11. Bersama Zen

1.2K 135 0
                                    

Wow... gue nggak bohong. Cewek ini manis banget penampilannya! Nggak biasanya dia membiarkan rambutnya tergerai. Oke, inget Zen! Lo akan menjalankan misi, bukan nge-date! Dia masuk mobil gue dan kita berangkat ke kafe Express. Cusss!

Kita bertukar senyum di dalam mobil. Gilaaa... nggak kuat lihat senyumnya. Kalau sama Triya, dia jauh lebih manis sebenarnya. Jauh lebih ceria juga. Dan nggemesin. Sayangnya dia nggak suka sama gue. Hahah! Ternyata gue bisa juga nggak laku! Biasanya banyak cewek pada nge-fans sama gue. Tapi ini enggak. Terkhusus teman kuliah dia, Yasmin. Iya, gue tahu dia ngefans sama gue. Cuma dia yang nggak tahu kalau gue udah tahu. Mungkin dia yang harus gue gebet. Ya, udahlah. Firda buat Mendung aja.

Yaps! Kita udah duduk hadap-hadapan sekarang dengan jus pesanan kita masing-masing. Ya, gue move on dari alkohol menjadi jus agar hidup gue menjadi sehat.

"Kamu kelihat manis banget dengan penampilan begini Fir. Dan kok kamu tumben banget nggak kuciran?" kata gue dengan sedikit muji dia.

Dia agak salting gue puji gitu.

"Biasa aja. Niatnya tadi mau aku kucir, tapi kucirannya dibuang sama orang nyebelin dan aku lupa mau ambil lagi."

"Orang nyebelin? Siapa?"

"Udah deh nggak penting! Lupakan aja!"

"Oke... udah siap bahas Mendung?" tanya gue, memastikan.

"Lumayan..."

"Kok lumayan?"

"Nggak apa-apa. Udah, ngomong aja."

"Sebenarnya aku nggak benar-benar yakin kalau kamu kenal sama Mendung itu kenal-kenal aja. Kamu pasti udah sering ketemu dia. Kamu harus tahu bahwa sebenarnya dia memang punya nama panggilan Mendung. Tapi yang panggil dia Mendung cuma adiknya, namanya Triya.

Triya adalah seseorang yang memberi kekuatan pada Mendung untuk nggak kacau dalam hidupnya. Maksud gue nggak kacau itu, nggak nakal. Karena mereka kurang diperhatikan oleh orang tua mereka. Tapi... sekarang adiknya udah meninggal karena suatu hal. Mendung jadi kacau. Dia suka minum. Aku pernah jadi sahabat Mendung. Tapi aku nggak bisa memberikan yang terbaik buat dia. Nggak bisa mengubah dia menjadi Mendung yang dulu. Yang nggak nakal dan kacau. Dan sekarang, karena kayaknya kamu punya keterkaitan dengan cowok itu dengan sebutan Mendung, kamu mau nggak bantuin aku buat membahagiakan dia.

Jadikan dia orang baik seperti yang sedia kalanya. Orang yang baik, nggak nakal lagi. Jauhin dia dari kecanduan minum alkohol dan menyudahi hobi merokok beratnya. Aku cuma pingin dia mendapatkan kebahagian yang mungkin itu bisa hadir dari kamu. Kamu nggak perlu buat dia jatuh cinta kalau kamu nggak suka. Tapi jadikan dia sahabat kamu. Gimana? Dia baik kok sebenarnya. Lumayan kan... hitung-hitung buat nambah teman dekat...."

Firda diam. Matanya nggak fokus ke gue. Dia malah asik lihat lukisan yang ada di belakang gue. Dia sebenarnya dengerin gue ngomong nggak sih?

"Fir?"

Dia diam.

"Firda?"

Dia masih diam.

"Firda Sahara!!"

Dia gelagapan mencari fokus mata gue dan...

"Iya, Kak Mendung?"

What!? Gue dipanggil Mendung? Kayaknya dia melamunin Mendung deh dan penjelasan gue yang panjang kali lebar kali tinggi dikuadratkan lalu dibagi itu nggak di dengarkan oleh dia. Sialan.

"Kak Zen maksudnya," kata dia, mengubah kalimatnya dengan hati-hati.

Gue diam natap dia. Dia kelihat nggak enak sama gue. Gue nyengir kuda. Benar kan dugaan gue. Dia nggak benar-benar cuma kenal aja sama Mendung. Ngelamunin Mendung apa aja coba dia?

"Ngelamunin Mendung, ya?" tanya gue dengan cengengesan.

Dia kelihat gugup banget.

"Eng...nggak. Cuma salah sebut aja."

"Yakin? Tadi gue ngomong apa aja sama lo? Coba dong gue dijelasin ulang."

Dia diam mlempem nggak jawab. Gue ketawa lepas dan dia bingung lihat gue.

"Kamu sedih gegara Mendung kayak gitu kemarin? Nggak usah sedih... dia nggak jahat kok. Dia orangnya baik banget malah. Dia sahabat aku. Cuma dia lagi banyak tekanan. Gue nggak bisa jadi sahabat baik buat dia. Dia cuma sedang membutuhkan orang lain untuk membahagiakan dia yang mungkin bisa lebih memahami dia. Mungkin kamu mau?" gue mesem penuh harap.

"Iya aku tahu dia baik. Cuma ngeselin aja. Eh, hah, apa?! Aku? Membahagiakan dia?"

"Ngeselin gimana? Iya, kamu."

"Ih, kok aku sih, ogah ah. Yaaa... gitu. Aneh! Mana payung aku nggak dibalik balikin lagi. Ngeselin banget!"

"Payung?" gue menaikkan satu alis gue. Mendung sampai pernah pinjam payung ke Firda? Buat apa coba?

"Aduuuuh... aku bingung deh Kak kalau mau bahas dia. Nggak ngerti! Rasanya campur aduk, Kak! Kayak gado-gado."

Ha! Ha! Ha! Gue ketawa geli. Gila ya, cewek ini polos-polos lucu gimanaaa gitu.

"Eh, aku nggak apa-apa loh kalau kamu mau curhat soal Mendung. Tenang aja... aman."

"Nggak ah! Terlalu rumit untuk dijelaskan," kemudian dia pegang pipi kiri dia sambil dilap-lap terus kayak merasa ada sesuatu yang nggak bisa dia lupakan.

Kenapa sih dia? Perasaan pipinya nggak ada apa-apanya deh. Dia nutup muka dia pakai kedua tangan, terus dibuka lagi. Terus dia pegang kedua pipinya sambil manyun-manyun.

"Kenapa sih pipi kamu?"

Dia cuma geleng dan masih manyun.

"Habis dicium orang nyebelin tadi?" tanya gue ngasal dengan suara yang cukup keras dan mungkin bisa di dengar orang sekitar.

Mungkin habis ini gue digampar. Tapi nggak, gue nggak digampar. Gue dilempar sedotan dari gelas jus dia, terus dia nggak jawab. Kayaknya benar deh dugaan gue. Mungkin kejadiannya belum lama dan dia masih panik. Gue geli, Men! HA HA HA! Dia pasti baru pertama kali ini dicium cowok. Aha! Kelihatan deh.

"Jangan ketawain deh, ah! Ngeselin!" omel dia dengan ketus.

"Jadi benar dicium cowok nyebelin itu?"

"Iiiih... jangan dibahas, jijik!"

HA HA HA! Gue ngakak lagi. Puas banget gue ngakak, Men!

"Aku jadi kepo. Siapa sih cowok nyebelinnya?"

Dia nggak jawab. Dia diam sambil masih pegangin pipi.

"Mendung?" tanya gue lagi, semakin ngasal.

Dia melototin gue dan mukanya cemberut. Dia tiba-tiba bangkit dari duduknya dan...

"Ah, tahu ah! Pulang aja deh! Aku nggak mau bahas Kak Mendung! Bete! Ayo, Kak. Antar pulang!"

Dia berjalan meninggalkan gue dengan muka cemberutnya. Emm... kayaknya jawaban gue benar deh. Ihiiirr... Mendung cium Firda? Dia jatuh cinta? Seketika gue punya ide buat memperbaiki pertemanan gue dengan Mendung.

Mendung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang