15. Aku Siap

2K 172 21
                                    

Oke fix! Kak Mendung balik seperti dulu lagi. Dia cuekin gue dan pemandangan apa yang tadi gue lihat saat Zen dan Kak Mendung saling merangkul layaknya sahabat itu benar-benar mengejutkan. Gimana ceritanya coba? Gue kan nggak melakukan apa-apa buat bantu Kak Zen. Mungkin dari Kak Mendung sendiri. Ah, tahu lah, bodo amat. Yang penting mereka sudah baikan, gue turut bahagia aja.

Gue pikir Kak Mendung bakalan kejar-kejar gue buat minta maaf atas kesalahan dia. Ternyata enggak dan dia malah cuekin gue tadi. Ngeselin banget kan? Tanpa dosa. Kayak nggak punya salah apa gitu sama gue. Gue manyun sendirian di kantin. Yasmin udah pulang duluan. Jadi nggak ada teman manyun bareng disini. Gue masih manyun dengan segala perasaan gue yang kesel banget sama cowok itu. Duh, kok gue jadi mikirin dia terus sih. Ih ogah, deh! Hemm... tapi gue kangen pingin lihat diaaaa lagi.... Gue masih manyun.

"Jontor bibir kamu ntar, manyun-manyun terus!" maki seorang lelaki yang baru aja duduk di samping gue sambil bawa botol pulpy orange.

Pas gue nengok, ternyata dia Kak Mendung!!! Gue akting buang muka. Ceritanya gue nggak peduli sama dia gitu. Terakhir gue ketemu dia kan gue lagi marah sama dia. Jadi kalau gue tiba-tiba senyum sama dia kan nggak matching banget lah ya. Sesuai alur aja gue cuekin.

"Jadi aku nggak mau dimaafin nih? Padahal sih rencananya aku mau jujur tentang sesuatu yang mungkin akan membuat kamu mikir nggak mungkin. Tapi buatku itu nggak main-main."

"Ngomong apa sih, belibet bikin ribet. Intinya aja!" ketus gue yang memang tidak paham omongannya.

"Aku mau kamu."

Gue mengerutkan kening saat dia ngomong gitu. Mau aku? Mau apa?

"Mau apa?"

"Aku kan bentar lagi lengser di BEM nih. Terus fokus skripsi. Lulus, kerja.

Terus kita... nikah yuk!"

WHAT!?! Gue langsung nengok ke dia dan natap dia nggak percaya.

"Biasa aja mukanya!"

Gue nggak jadi natap dia, jaga image, cielah. Apa dia tadi bilang?!? Mau nikahin gue? Hahaha gue panik! Gue senang banget! Dia serius? Aaaa mau banget Kak!

"Mau nggak nikah sama aku? Nggak perlu aku bilang suka dulu kan buat kamu tahu aku punya rasa lebih sama kamu?"

Sumpah gue pingin ketawa saking senengnya! Wkwkwk! Nggak tahan deh, ah! Tapi akting dulu kalik ya, biar seru.

"Nggak ah! Bosen lihat muka Kakak. Aku nggak pingin kelak rumahku gelap gara-gara Mendung."

"Dulu kan aku dah pernah bilang, kalau kamu mau jadi pelanginya, aku siap hujan sekarang. Jatuh bangun buat mempersiapkan masa depan kita kelak. Aku sadar untuk berubah tanpa harus kamu ucap. Karena aku ingin kamu. Aku serius. Intinya mulai detik ini kamu sudah aku pesan."

Gue cengengesan. Eh! Ah, sialan ketahuan akting kan! Dia natap gue curiga sambil mengerutkan kening. Ah, gue keceplosan. Ah nggak kuat mau bilang iya. Mau ngangguk juga kok dagunya nggak bisa gerak. Gimana ya, bingung. Hahaha! Duh kok gue jadi sebahagia ini sih? Gue kayaknya beneran jatuh cinta sama dia deh.

Cowok itu tersenyum manis sendirian. Dia kayaknya udah tahu kalau gue akting. Uluh-uluh senyumnya... manis bikin diabetes berlebih.

"Dasar tukang akting!" gue dijitak oleh Kak Mendung.

Gue senyum usil, "Ya, habisnya Kak Mendung merayu sih! Aku kan nggak suka dirayu."

"Ngomong apa sih? Yang merayu kamu itu siapa? Aku kan serius. Jadi gimana? Mau jadi pelangiku?"

Gue sengaja diam lama, pura-pura mikir.

"Kakak boleh hujan sekarang. Aku siap," kata gue sambil mesem semanis mungkin buat dia dan dia ikutan mesem.

Hahaha! Mana pegangan? Gue kempes mau melayang! Pingin terbang! Ahahahahaha! Gue beneran bahagia! Kita sekarang posisi lagi senyum-senyum nggak jelas.

"Emm... ya udah. Mungkin kita bakal agak berjarak dan kamu harus menunggu karena beberapa hal yang memungkinkan aku bakal sibuk. Kamu mau nunggu?"

"Apapun itu, selama niat kakak baik, aku siap menunggu."

"Semoga kita bisa memelihara perasaan ini dengan baik dan sehat."

"Amin!"

Gue tersenyum semanis mungkin buat dia.

"Aku mau masuk kuliah dulu, ya. Da... payung kecil," kata dia sambil mengacak-acak rambut gue dan tersenyum lucu.

Uluh-uluh... nyebut gue payung kecil. Gemes deh lihatnya adik, bang. Wkwkwk!

"Semangat, Kak!" kata gue dengan masih mesem.

Dia hanya mengangguk dan pergi meninggalkan gue. By the way, sebutan dia buat gue bagus juga. Dia sebenarnya tahu nama asli gue nggak sih, setelah berabad-abad saling ngobrol begini?

TAMAT

***

Selamat berjumpa dengan cerita-ceritaku yang lain... :) Terima kasih atas kunjungannya kemari dan telah menyempatkan diri untuk membaca sampai akhir. Terima kasih juga kepada pembaca-pembaca yang sudah memberi komentar maupun vote. :)

Salam hangat,
Haricahayabulan

Mendung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang