-8-

38 4 4
                                    

"Aku bukan kayak dia. Aku cuma mau kamu bahagia sama aku." Andra mengelak dan memegang kedua pundak Meli.

"Sama aja. Kamu persis kayak dia." Meli kecewa dengan perubahan sikap Andra. Atau mungkin Meli baru menyadarinya jika sikap Andra seperti ini. Mungkinkah? Sehingga saat SMA tidak ada yang mau dekat – dekat dengan Meli? termasuk teman – temannya yang perempuan.

"Aku bukan ayah kamu yang benci sama kamu, Mel. Malahan aku cinta banget sama kamu. Kalaupun besok kamu minta aku nikahin kamu, aku bakal setuju."

PLAK..terdengar sebuah tamparan yang berhasil melepaskan genggaman tangan Andra pada bahu Meli.

"Mirror An..Mirror. Harusnya dari dulu gue gak usah baik – baik sama lo. Kalo kayak gini ceritanya, yang ada gue ngecewain banyak orang."

"Mel.. lo gak ngecewain siapapun. Gue gak kecewa sama lo, Mel..."

"An.. gue harap lo jauh – jauh dari gue. Jangan pegang – pegang gue. Jujur..gue mulai risih sama lo." Tanpa menunggu jawaban dari Andra, Meli yang saat itu melihat teman sekelasnya berjalan di depannya langsung berlari menghampirinya.

∞∞∞

Cinta itu apa? Haruskah memiliki seseorang yang kamu cintai?

Mungkin kamu bukan mencintaiku, tapi terobsesi untuk mendapatkan cintaku.

Meli semenjak tadi merasa selalu jadi bahan pembicaraan di kelas. Bukan secara terang – terangan..beberapa temannya yang jaraknya lumayan jauh dari Meli menatapnya sinis sambil beberapa kali bisik - bisik. Meli mencoba mengabaikannya dengan mendengarkan mp3 melalui headset. Meli yakin dia tidak melakukan kesalahan di kelasnya. Meli termasuk orang yang giat mengerjakan tugas dan tidak bersikap kurangajar di kelas.

Lena hari ini tidak masuk kampus karena bolos kuliah. Memang kuliah ini hanya satu makul dan sore hari. Padahal jarak kos Lena hanya 10 menit dari kampus. Dia beralasan untuk istirahat sejenak karena besok mereka akan pergi KKL ke Bandung.

Setelah selesai kuliah Meli segera keluar dari kelas karena merasa panas disana. Saat dia melewati laboratorium jurusannya, kakak tingkat, Kensi mengisyaratkan Meli untuk berhenti. Ada tatapan yang membuat Meli berpikir apa yang salah padanya.

"Kenapa kak, Ken?" Meli berusaha seramah mungkin dengan kakak tingkat yang selalu berurusan dengan adik tingkat yang bermasalah.

"Jadi cewek tu punya harga diri dong. Receh banget."

"Sorry, ya kak. Aku gak ngerti." Meli bingung dengan sindiran Kensi.

"Gak usah belagak lugu. Kalo udah punya pacar tu badannya dijaga, gak usah tepe tepe sama Andra."

"Ya ampun.." Meli merasa kesal dengan tuduhan Kensi padanya. "Siapa yang tepe – tepe sama Andra. Andra aja yang gesrek. Sorry ya kak. Jadi orang gak usah asal nuduh. Pikir dulu kalo mau nyablak orang."

"Lo ngapain Meli! dasar cabe main labrak orang aja." Andra sudah berada di belakang Meli dengan tatapan marah pada Kensi.

"Yaelah..niatnya dibela malah dicaci. Gak tau terimakasih lo, An." Kensi terlihat canggung setelah Andra justru memarahinya.

Andra menarik Meli dan mendekap bahu Meli. Kensi dan teman – temannya terkejut melihat Andra. Meli berusaha melepasnya. Lagi.. Andra melakukannya seperti itu lagi. Mungkin image Meli yang bisa dibilang cewek baik – baik mulai luntur semenjak Andra selalu melakukan kontak fisik dengan Meli. Memeluknya, mendekap bahunya, sementara Meli sudah memiliki Yong.

"Cabe ketemu eceng gondok. Tadi gue gak usah belain aja, ya. Pergi aja yuk gengs, perih mata gue liat mereka kayak sambel." Ejek Kensi dan mengajak teman – temannya pergi.

∞∞∞    

I know you were troubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang