-10-

41 6 4
                                    

Aku cukup tahu kalau kamu belum mampu menerimaku. Tidak. Kamu harus mau menerimaku. Menerima cintaku dan aku disisimu.

Andra mengikuti Meli dan teman – temannya untuk main ke Alun – Alun Kota Bandung. Andra menatapnya dari jauh. Meli menikmati suasana kota Bandung dengan duduk di lapangan hijau daerah Masjid Raya Bandung. Andra tersenyum melihat Meli. Seakan Meli adalah kebahagiaan Andra, sehingga tidak boleh seorangpun yang ada disampingnya. Andra mulai berjalan mengikuti Meli yang pergi dan berjalan ke arah street art. Saat Meli akan menyeberang jalan, ia terlambat menyeberang sehingga tinggal Meli sendiri yang belum menyeberang.

"Manja. Harus disebrangin ya." Andra sudah memegang tangan Meli dan memperhatikan kendaraan yang lalu lalang. Sementara Meli yaa..seperti biasa..terkejut dengan kedatangan Andra.

"Aku gak manja. Itu...tangan lo..bisa dilepas gak. Udah lupa sama kesepakatan kita?" Meli menatap tangan Andra yang menggenggam erat tangan kiri Meli.

"Emang aku pernah sepakat? Lagian kita kan harus bareng terus."

Anjir..ni anak lama – lama rada gak waras ya. Meli berjalan mengikuti Andra dari belakang karena tangannya ditarik oleh Andra. Sesampainya di seberang jalan, Andra melepas genggaman tangannya. Dan CUP.. Meli mendapatkan sebuah kecupan di kening dari Andra. Teman – temannya yang melihat mereka tampak sinis dan menatap Meli seakan dia gadis murahan.

"Anjirrr..kayak liat drama gue." Kata teman Meli yang menggunakan outer berwarna merah maroon.

"Wah..poligami ternyata Meli." Celetuk teman lainnya yang menggunakan hoodie bertuliskan nama univnya.

"Berisik lo semua!" Lena paham betul perasaan Meli sahabatnya. Pasti sakit dengan tanggapan teman – temannya yang tidak tahu kebenarannya.

"Udah puas bikin gue keliat murahan di depan mereka? Depan kakak tingkat?" Meli mundur selangkah dari hadapan Andra.

"Aku sama sekali gak buat kamu kayak gitu, Mel. Ngapain peduli sama orang lain. Toh yang punya perasaan kita.."

"Gue gak punya perasaan sama lo An. Kalo perlu kita gak usah temenan lagi. Risih gue." Meli menahan tangisnya.

"Eh kampret..awas lo kalo nglakuin kayak gitu lagi sama sahabat gue. Gue getok pake gagang sapu lo nanti." Lena melingkarkan tangannya ke tangan Meli, mencoba membuat Meli tenang dan kuat.

"HAHAHAHA..dasar aneh kalian. Emang salah kalo gue ngelakuin hal itu ke orang yang gue sayang?"

"SALAH banget. Karena Meli gak suka sama lo, dan lo kurangajar sama dia!" Sanggah Lena.

"Mingkem lo cabe. Mending lo jauhin Meli kalo gak mau lo kenapa - napa. Meli cuma buat gue. Harus sama gue."

"Bisa diem gak lo An. Jangan sampe gue laporin dosen." Meli mencoba memperingati Andra yang mulai mengancam Lena.

Andra hanya tertawa dan menatap Meli dengan senyumannya selebar mungkin.

∞∞∞

"Kamu gak bilang ke Yong kalo Andra nembak kamu, Mel?" Teriak Lena di lobby hotel.

"Gak usah teriak – teriak oneng. Ya belum,lah. Lo pikir kalo gue ngomong sama Yong mereka gak berantem apa?"

"Gue pikir lo dewasa, Mel. Yong itu gak bakal berantem sama Andra. Lo tau gak, gue suka kasih kabar ke Yong soal Andra yang mulai aneh ke lo."

"Ya ampun, Lena! Kenapa gak kasih tau gue. Jahat banget lo, gak minta ijin dulu."

"Lagian gue tahu, lo gak bakal ngomong sama Yong soal masalah ini. Jadinya gue bilang ke Yong."

"Terus Yong bilang apa ke lo?" Tanya Meli penasaran. Meli berpikir jika Yong sudah tahu bahwa Andra menyukai Meli. Dan kabar itu bukan dari Meli langsung.

"Jagain Meli. Jangan sampe Meli sendirian, waktu ada Andra." Jawab Lena yang seolah meniru kalimat dan gaya bicara Yong yang dewasa. "Jadi..lo belum tau?" Lanjut Lena bersambung.

"Tau apa?" Meli tidak bisa bersabar.

"Yong selama ini tahu kalo Andra suka sama lo, Mel. Dia juga udah tau kalo Andra nembak lo. Dia pikir Andra gak bakal kelewat batas kayak gini."

"Yong udah tau?" Meli menyesal tidak membicarakan masalah ini pada Yong. Meli hanya ingin tahu, apa Yong sebenarnya marah dengan Meli karena dia menyembunyikannya. Astaga..gue harus gimana.

Meli langsung merogoh Hp nya yang ada di saku celana. Menekan layar dan meletakkannya di dekat telinga.

"Halo?" Meli menelepon Yong.

"Iya..lagi apa kamu Mel?" Tidak ada yang berubah dengan sikap Yong. Atau dia hanya berpura – pura.

"Maaf..maafin aku, Yong." Air mata Meli mulai membasahi pipinya.

"Ngapain minta maaf Mel. Emang kamu salah apa sama aku?" Yong mulai khawatir dengan Meli.

"Kenapa lo gak kasih tau aja ke gue kalo lo tau semuanya?"

"Karena lebih enak kayak gini Mel. Maaf, aku gak kasih tau ke kamu."

"Kamu ngapain minta maaf ke aku, Yong. Udah tau cewek lo pelukan sama orang lain, pegangan tangan sama orang lain, adanya aku yang minta maaf sama kamu."

"Mel..lagian kamu gak minta digituin kan? Bukan keinginan kamu. Aku cuma pesen sama kamu, hati – hati. Jangan sendirian. Bukannya apa – apa, tapi lebih baik kayak gitu Mel."

"Yong..maafin aku..aku minta maaf.." Meli terus menerus meminta maaf pada Yong meskipun Yong sama sekali tidak marah dengannya.

∞∞∞

I know you were troubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang