Kebangkitan

137 3 3
                                    

"Nasib dunia ini ada pada dirimu, nak! Aku harap engkau dapat menyelamatkan dunia ini kelak!"

Doa dan harapan seorang ibu menggendong bayi dan kemudian menaruhnya ke perahu kecil ke aliran sungai.

Panjangnya aliran sungai yang membentang tanpa ujung, lama kemudian di tepi sungai tersebut terdapat seorang pria yang sedang memancing dan merasakan suatu yang tersangkut pada kail pancingnya, sontak pria itu menarik pancingnya dan kemudian terkejut dengan isi di dalam perahu kecil itu.

Hal yang paling membuatnya terkejut ada pada bayi itu memiliki beberapa bagian kulit bersisik naga serta ekor di buntutnya dan lengkap dengan sayap serta tanduk di tubuhnya.

Tak ada pilihan lain, karena pria itu tak ingin bayi tersebut membuat bahaya menhampirinya. Oleh karena itu ia beranjak pulang membawa bayi itu dan merawatnya meskipun ia tahu bahwa tak memiliki pengalaman punya anak, tetapi pria itu berusaha sepenuh hati merawat bayi itu layaknya anak kandung sendiri.

Pria tersebut adalah Ayahku. Kini aku sudah 12 tahun bersamanya, dan telah mempelajari berbagai macam kehidupan manusia seperti memasak, bekerja, dan bahkan mempelajari ilmu bela diri berkat pengetahuan ayahku. Dia adalah seorang Elementer Petir, meskipun berbeda element Blaze milikku, tetapi aku masih bisa mempelajarinya karena masih dalam satu cabang element.

Setiap usai berlatih, kami biasanya akan bekerja menjalani berbagai tugas desa untuk mendapatkan uang. Tetapi kali ini berbeda..

Saat ini cuaca saat sedang tidak bersahabat. Ayahku memaksa kepadaku untuk tidak ikut dengannya karena ini tugas ini sangatlah bahaya. Ia memberikan sebuah gelang yang biasanya ia pakai dan berpesan kepadaku bahwa..

"Dunia ini tidak selamanya sesuai harapan kita, tetapi kamu masih dapat merubah dunia ini agar sesuai keinginananmu melalui kekuatan yang ada pada dirimu!"

Setelah memberikan pesan kenangan, ayahku tersenyum dan beranjak dari hadapan dan meninggalkanku sendirian di rumah. Aku merasa sangat cemas memikirkan Ayah sambil menggenggam gelang pemberiannya.

Selain mendengar hujan dan petir gemuruh, aku mendengar ledakan besar yang tak jauh dari rumahku. Tak lama kemudian rumah ini mulai bergetar dan akan segera roboh..

Sontak diriku keluar menyelamatkan diri dan merelakan apa yang sudah terjadi pada rumah kenangan ini bersama ayah. Aku yang diguyur kehujanan melihat sekeliling dan terdapat kekacauan dimana-mana.

Aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. sepertinya sedang terjadi peperangan untuk perebutan wilayah. Karena desa tempatku tinggal berada pada perbatasan antar kedua kerajaan yang berbeda. Dan saat ini desa ini sedang menjadi zona perang dan yang menang dapat menguasai wilayah ini.

"Woi, cepat tangkap dan bunuh dia!!"

Suara seruan belakang dari arah belakangku dan saat melihatnya terdapat para pasukan segera akan menangkapku. Tak sanggup untuk melawan banyaknya pasukan itu, akhirnya keputusan untuk lari agar nyawaku tidak terancam.

Berlari tanpa arah tujuan, aku menemukan beberapa mayat tergeletak di jalanan, dan diantaranya terdapat ayahku juga terkapar disana..

Tak mungkin ini bisa terjadi.. Aku tak ingin kehilangan keluargaku satu-satunya.. Aku benar-benar tak rela ayah pergi meninggalkan diriku.. Aku Tetap mencoba untuk membangunkannya dengan berbagai cara, tetapi tak kunjung berhasil..

Aku melampiaskan emosiku dengan tangisan yang mengalir.. Dan meluapkan emosiku dengan teriakkan.. Hingga membuat para prajurit di sekitar menyadari keberadaanku..

Akibat luapan emosi, tiba-tiba aku kehilangan kesadaran dan perlahan tubuhku merasa panas, mataku berubah menjadi pupil reptil, kulitku perlahan berubah jadi sisik naga dan menumbuhkan ekor, dan punggungku terasa sakit saat kedua sayap tumbuh di belakangku, dan puncak rasa sakit yang kualami ada pada kedua tanduk yang tumbuh di atas kepalaku.

The Lord Of Elementals Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang