Keesokan harinya, aku terbangun dengan adanya keributan dari arah dapur. Tapi sebentar, ini pertama kalinya setelah sekian lamanya aku mendengar bisikan memasak di dapur.
Bergegas aku yang tanpa busana dari sofa langsung mendatangi ruangan dapur, dan tak ku sangka gadis yang seharusnya beristirahat di kamar malah sedang memasak sarapan untuk kami. Saat ia membalikan wajahnya, ia pun merasa terkejut melihatku tanpa busana.
Dengan kagetnya ia langsung melempar teplon masak panasnya kepadaku sehingga aku kembali terpental seperti kemarin. Gadis itu sungguh tak percaya hingga ia tak sadar telah melempar teplon panas yang sedang digunakan untuk memasak itu.
"Untung aku tahan panas, tapi sakitnya itu lho tak terbayangkan. rasanya seperti baru saja di lempar puluhan teplon darinya."
Aku benar-benar tak sadar kebiasaan bodohku ini ku perlihatkan kepada gadis itu. Mungkin aku yang selama seharian penuh mengobatinya setengah terlanjang saat kemarin, sepertinya sudah impas setelah apa yang ia perbuat pagi ini.
Di ruang makan. Sarapan yang seharusnya ku hancuri akibat insiden di dapur tadi, kini sarapan tersebut telah berubah drastis dari yang ku lihat tadi. Tapi aku bingung mulai dari mana seharusnya ku makan dulu lalu aku bertanya darimana ia mendapatkan semua bahan masakan ini.
"Aku ambil rempah-rempah dari kebunmu dan ayamnya ku potong dari ternakmu" jawabnya dengan tenang sambil mengunyah makanannya
Teganya, aku serasa ingin pinsan akibat mendengar ucapan dinginnya tersebut. Tapi bagaimana ia bisa memasak makanan ini secara istimewa hanya dengan bahan seadanya. Sambil penasaran bagaimana rasa masakannya, aku pun memulai sendok nasi pertama dan perlahan memasukannya ke mulut.
"HUP, wah enaknya!!!"
Aku tak percaya hanya dengan bahan seadanya ia bisa masak sarapan seenak ini. Lama-kelamaan aku bisa diabetes jika terus-menerus memakan masakannya.
Saat aku sedang ke-enakan memakan sarapannya, teringat ia langsung memperkenalkan namanya padaku.
"Reina, namaku Reina Mahayanti" sambil menatapku
"Nama yang bagus" dengan responku yang sesang sibuk makan
"Oi, aku sedang sesius tahu!" Marahnya karena aku yang tak peka
Dan aku pun menanyakan kenapa ia bisa berada diatas pohon. Namun sepertinya ia menjawab dengan penuh keraguan.
Alasan ia bisa di atas pohon sedang memetik buah dari pohon itu. Namun karna aku yang sedang berada di bawahnya, ia jadi tak bisa turun dan hingga pohon yang terus ku tebang itu tak mampu menahan getaran ayunan kapak-ku dan dia yang berada diatas ranting tersebut akhirnya pun terjatuh tepat disampingku.
Dan saat ku tanya lagi dari mana asalnya, ia kembali merasa pusing jika mengingatnya lagi. Ya sudah, sebaiknya 'ku suruh ia kembali istirahat di kamarku.
Jadwalku hari ini adalah mengembalakan sapi ke lapangan. Oh ya, aku lupa untuk menyetor kayu hasil tebangan ku ke kota untuk dijual. Sebaiknya aku segera menyetornya kepada paman toko kayu di kota agar tidak marahi.
Saat aku baru duduk di atas kereta yang bersiap untuk pergi, tiba-tiba Reina menghalangku dengan tangan terbentangnya sambil berkata ia ingin ikut. Aku masih tak mengizinkannya untuk ikut karena tubuhnya yang masih belum pulih tersebut.
Namun dengan berbagai paksaan, mau bagaimana lagi, seorang lelaki harus menuruti apa perintah wanita, bukan? Atas izin dariku, dengan cepatnya ia lalu duduk disamping dan mengambil alih kereta yang ku bawa.
Di perjalanan warga desa seolah menjadi patung melihat kami berdua di kereta. Aku menyesal telah mengizinkannya ikut bersama karena merasa malu di lihat mereka. Namun sebaliknya ia malah menyapa para warga desa dengan senyumnya yang sangat manis tersebut. Aku yang tak bisa menahan melihat senyuman manisnya tersebut serasa ingin menjadi salah satu warga yang disapanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lord Of Elementals
FantasyAliran Kegelapan yang dulunya telah lama kalah dari peperangan Aliran Cahaya, kini mereka bangkit dari kematian dan kembali berambisi untuk mengambil alih dunia dan menciptakan realitas yang baru dengan bantuan para Roh Element yang akan segera diba...