Memories

94 2 7
                                    

Setelah meninggalkan Reina sendirian di tengah keramain pasar, dengan paniknya ku tanya semua orang yang sedang melintas dan berusaha untuk segera menemukannya secepat mungkin agar gadis cantik itu tidak digoda mapun dijahili oleh pemuda mesum yang nakal.

Sekian banyak orang yang kutanya,namun sayang sekali tak ada seorang pun yang tahu dimana Reina berada. Kembali ke kereta dengan pasrahnya, sambil berfikir kenapa ia tega meninggalkanku tanpa ucapan terima kasih karena telah menjaganya selama ini.

Dengan hati yang penuh gelisah, ku tundukan kepala sambil bersedih di dalam hati atas kepergian Reina yang telah meninggalkanku begitu saja.

"Kenapa kau?" Seseorang muncul begitu saja dari hadapanku.

Aku terkejut melihat Reina kembali lalu segera memeluk dirinya dengan penuh riang.

Namun ia membalasku dengan rasa jijik dan mendorongku hingga terjatuh.

"Apaan sih kau ini!? Kau mau melakukan hal mesum di tempat seramai ini, hah!??" Ucap darinya sambil menjaga tubuhnya agar tidak aku sentuh.

Aku lalu memarahinya atas kepergian tanpa sepengetahuan dariku dan memohon kepadanya untuk tidak meniggalkan aku lagi.

Mendengar permohonanku, ia pun terkejut sambil membawa kantung belanjaan dan menjatuhkannya. Berlinang air mata karna merasa bersalah atas apa yang ia lakukan barusan, lantas ia pun mendekatiku dan sepertinya ingin membalas pelukanku tadi.

Namun ternyata tak seperti apa yang kubayangkan, ia malah menamparku sambil berkata "Dasar Bodoh!".

"Aku hanya membeli bahan makanan, tahu!" ujarnya darinya sambil marah atas kesalah pahaman ini.

Lah? Begitu tenangnya ia bisa berbelanja dengan leluasa dari kekacauan para berandalan tadi. Namun sebentar dulu, dari mana ia mendapatkan uang untuk membeli belanjaan sebanyak ini?

"Aku pakai uang kencan kita yang di berikan paman tadi" jawabnya dengan wajah yang penuh sombong

Yaampun, Kencanku berubah menjadi barang belanjaannya. Sekarang kencan yang baru 'ku jadwalkan besok akhirnya batal akibat kepentingannya sendiri. Padahal aku ingin sekali berduaan di sebuah tempat romantis yang telahku idamkan dengan uang itu.

Dengan melihatku menangis sambil berfikir yang tidak-tidak, ia lalu menjewer telingaku dan memaksa ke kereta untuk pulang.

Kembali ke rumah, tak lupa aku pergi untuk mengembalakan sapi ke luar kandang sambil membawa seruling yang selalu menemaniku setiap saat. Reina yang memutuskan untuk tetap di rumah sedang asyik dengan urusan belanjaanya.

Kutiupkan seruling pertama dengan menutup mata agar bisa menyatukan jiwaku dengan alam, semua binatang yang hadir seolah menikmati siulan seruling dariku.

Reina yang tak sengaja mendengar suara silulan seruling dari arah jendala menjadi terpukau melihatku memainkan seruling indah ini. Dengan terbawa suasananya ia pun teringat akan alasan ia bisa bertemu bersamaku yang telah menolong dan menemaninya selama ini. Namun, Reina masih menyembunyikannya dariku.

Usai makan malam, Reina ingin membasuhi diri. Saat baru memasuki dan menghidupkan air kamar mandi tersebut, kerannya tak mau berfungsi lalu dengan penuh emosi ia mengetok-ngetok keran tersebut dengan keras agar airnya bisa keluar. Aku yang sedang mendengar keributan dari kamar mandi lalu mendatanginya dan menyuruhnya untuk berhenti.

"Air sumur rumah ini sudah habis, jadi berhenti merusak kamar mandiku!!!" ujar dariku yang memaksanya untuk berhenti merusak keran air mandi

Reina bilang, ia tak bisa tidur tanpa sebelum membasahi tubuhnya terdahulu. Dengan terpaksa 'ku suruh ia untuk mandi di sungai yang berada tak jauh dari belakang rumah. Namun karena takut terhadap gelap, ia menyuruhku untuk ikut dengannya. Aku lantas menertawakannya dengan tawa terbahak-bahak kerena melihatnya takut akan gelap tersebut. Kerena telah menertawainya, ia kembali menamparku lagi dengan kerasnya dan menyeretku untuk ikut bersamanya.

The Lord Of Elementals Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang