~Roda Kehidupan~

979 90 3
                                    

16 tahun kemudian.

Suara keyboard mengisi kekosongan ruangan yanh cukup besar ini. Seorang pria berjas sedang duduk di depan komputer, matanya terus menatap monitor sementara tangannya sibuk mengetik hingga memunculkan bunyi keyboard yang serempak.

Pintu terbuka dengan kencang, membuat suara yang lumayan besar. Seorang wanita beraparas cantik masuk ke dalam ruangan dan segera duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya.

Pria itu menatap singkat lalu kembali melanjutkan aktivitasnya.

"Tidak bisakah kamu menghargaiku, manager Oh?" Tanyanya sinis.

Pria bermarga Oh itu menatap wanita tersebut dengan sorot mata yang tajam.

"Keluarlah, aku bekerja sekarang dan orang asing dilarang masuk. Apa kamu sudah membuat janji temu terlebih dahulu?"

"Apakah aku terlihat seperti orang asing?"

"Oh." Jawab Pria itu singkat.

"Bagaimana kamu bisa berkata begitu pada putri tunggal presdir perusahaan tempatmu bekerja ini?"

"Aku bekerja untuk ayahmu, bukan dirimu."

"Oh Sehun!!!" Teriak wanita itu geram.

"Pergilah aku sibuk."

"Seharusnya kamu memberi hormat sebelum aku pergi?"

Sehun menatap wanita itu lalu menunduk dengan sopan.

"Anak yang baik." Gumam wanita itu lalu berjalan menuju ke arah Sehun.
"Manikahlah denganku lalu perusahaan dan semua ini jadi milikmu?" Tawar wanita itu sambil membelai rambut Sehun.

"Aku tak menginginkan perusahaan." Jawab Sehun.

"Orang-orang akan memberimu hormat manager Oh, menjadi menantu presdir kenapa kamu tak berminat?" Tanya Wanita itu sekali lagi sebelum akhirnya keluar dari ruang kerja Sehun.

Ahh! Kesal Sehun.
Ia melonggarkan dasinya serta menggulung  tangan kemejanya hingga sampai siku.

Tak ada rasa ingin untuknya melanjutkan apa yang ia kerjakan sebelumnya.
Sehun bersandar di kursi kerjanya dengan nyaman.

Putri seorang presdir yang telihat seperti rubak licik.
Mengingatkannya pada seorang putri kaya raya yang tak kalah licik dengan wanita tersebut.

***

Ia berlari menyusuri anak tangga dari gang sempit yang cukup kumuh, sampah berserakan di ujung-ujung jalan, bangunan sudah keropos termakan usia, jalan-jalan mulai berlubang. Sungguh daerah kecil yang memprihatinkan.

Kakinya terasa pegal, otot-otot tubuhnya tak sanggup lagi untuk berlari. Ia duduk diantara tangga-tangga jalan.

Roda kehidupan berputar dengan cepat, ia tak menyangka bahwa menjalani kehidupan tak semudah yang ia bayangkan dulu.

Ia yang dulu suka menertawakan sekarang ditertawakan.
Ia yang dulu mencaci maki sekarang sumpah serapah jadi sarapannya.
Ia yang dulu bahagia sekarang berduka.
Inikah yang namanya karma?

I Will Go to You [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang