Part · 22

11.3K 244 26
                                    

Matahari pagi telah terlihat hingga sinarnya yang terang menerobos masuk kedalam kamar seseorang melalui pintu kaca yang tak ditutupi gorden. Malika mengeliat dalam tidurnya merasakan terpaan sinar matahari pada wajahnya. Detik kemudian matanya terbuka sedikit, bibirnya menggumam sesuatu. "Marco serap! Tutup gordennya." Seketika dia tersadar sepenuhnya dengan apa perkataannya.

Raut kesedihan dan air mata kembali keluar dari kelopak matanya, Malika lupa bahwa sekarang dia sudah tidak bersamanya. Bukan, Malika bukan ingin berpisah selamanya dengan Marco. Hanya saja Malika membutuhkan waktu sendiri untuk menenangkan hatinya yamg terluka karenanya.

Entah dijebak atau tidak atau apalah intinya Marco sudah meniduri wanita lain dan wanita itu sekarang sedang mengandung anak Marco.

Tok… Tok…

"Teteh Malika, bangun teh."

Pintu kamar terketuk dan terdengar suara Resty.

Kedua tangan Malika cepat menghapus air matanya lalu turun dari ranjang melangkah kearah pintu dan membukanya. "Ini aku udah bangun kok" kata Malika.

"Hehehe iya udah bangun." Resty menyengir lebar.

"Ya udah kalau begitu cepat teteh mandi abis itu kita jalan·jalan dikebun teh" lanjut Resty.

"Okay."

Malika menutup pintu kembali. Malika melangkah masuk kekamar mandi membuka bajunya lalu mandi.

"Yuk Res" Malika mengjampiri Resty yang duduk dikursi meja makan.

"Minum dulu susunya teh nanti Ibu marah·marah lagi" Resry memberikan segelaa susu khusus untuk Malika.

Malika tersenyum meraih gelas tersebut dan meminum isinya sampai habis barulah mereka pergi berjalan·jalan santai dipagi hari disekitar kebun teh. Sebenarnya sih Resty hanya menemani Malika saja, karena kata Ibu nya wanita hamil seperti Malika yang usia kandungannya memasuji sembilan harus rajin jalan pagi agar dalam proses melahirkannya itu lancar. Ya walau sebenarnya Malika tidak melakukan lahiran normal melainkan secara operasu, tapi Malika senang·senang saja melakukan jalan dipagi hari apa lagi udara disini sangat sejuk sekali dan dingin dengan kabut·kabut masih terlihat.

"Res"

"Iya"

"Makan kupat tahu enak kali ya"

"Hmm teteh mau kupat tahu?"

"Hehe iya"

"Kita kesana kalau gitu"

Kepala Malika mengangguk. Mereka melangkah kearah dimana ada tukang penjual kupat tahu dan memesannya dua bungkus.

"Bukannya tadi kamu sudah makan nasi goreng?" Tanya Malika.

"Masih laper teh" cengir Resty.

Malika menggeleng·gelengkan kepala gadis berusia 18 tahun ini perutnya ternyata perut karet juga.

Selesai membeli kupat tahu mereka berdua kembali kerumah namun sesuatu yang aneh Malika rasakan pada perutnya, pelan·pelan Malika melangkah sambil mengelus perutnya hingga tibalah dirumah dimana selama sebulan lebih ini Malika tinggal bersama Ibu Resty dan Resty.

"Sepertinya dirumah ada tamu" Resty melihat sebuah mobil Pajero hitam terparkir dihalaman depan rumah.

"Hmm" Malika hanya mengumam dengan tangannya masih mengelus·elus perutnya.

Resty menatap Malika dan menghentikan langkahnya. "Teteh tidak apa·apa?" Tanya Resty cemas.

"Aku tidak apa·apa" Malika mengulas senyuman dibibirnya.

"Benar?" Resty sedikit tak percaya.

"Iya"

"Eh… kalian sudah pulang ternyata" kata Ibu Resty melihat kedatangan Malika dan Resty memasuki rumah.

"Ada tamu Bu? Siapa?"

Ibu Resty tak langsung menjawab dia membawa Malika ke ruang tengah.

"Mama"

"Malikaaa"

"Huaaaa Mama… Malika kangen Mama" Malika memeluk Mama mertuanya itu erat.

"Mama juga Kangen kamu sayang. Atas nama anak Mama yang bodoh itu Mama minta maaf sehingga membuat kamu pergi, tapi Mama mohon kamu pulang ya kerumah" kata Mama Rika memohon pada Malika agar menantunya itu kembali kerumah. "Kembalilah sayang." Lanjut Mamq Rika.

"Mama" Malika memeluk Mama Rika dan menangis.

Terdengar deringan dari ponsel Mama Rika membuat pelukan mereka terlepaa. Mama Rika mengambil ponselnya menatap caller id dilayar ponselnya.

"Marco" Mama Rika memperlihat siapa yang menelponnya pada Malika sebelum Mama Rika mengangkat panggilan telpon tersebut.

"Halo Marco"

"…."

"Kecelakaan! Dimana?"

"…."

Wajah Mama Rika berubah menjadi pucat tubuhnya bergetar. "Marco kecelakaan, Malika"

DEG

Malika menutup mulut menggunakan kedua tangannya, kepalanya menggeleng tak percaya. "Marco…"

"Astaga teteh" Resty menahan tubuh Malika yang akan terjatuh.

"Lebih baik kita kerumah sakit saja sekarang" kata Ibu Resty.

Akhirnya mereka semua berangkat menuju Jakarta, tepatnya rumah sakit di Jakarta.


***

Bersambung…

Marco kecelakaan tuhhh. Aku mau buat suaminya Malika meninggal ah, gimana menurur kalian? Hehehe…

Vote dan Comentar jangan lupa lhooo.



My Sexy Wife (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang