Part · 19

16.2K 321 4
                                    

Marco memarkirkan mobilnya asal tepat didepan sebuah cafe terkenal akan ke indahannya untuk berfoto·foto dan menguploud ke akun sosmed mereka. Kemudian Marco keluar dari mpbilnya dengan berlari dia memasuki cafe tersenut.

Cafe ini begitu ramai, padahal ini malam jum'at bukan malam minggu. Dengan keadaan Cafe yang begitu ramai sekali dipenuhi anak muda·mudi seperti dirinya ini, Marco mencari sosok istrinya itu. Iya, istrinya Malika.

Wanita itu lagi·lagi membuatnya marah dengam tingkahnya.

Sudah dua kali dalam sehari ini Malika membuat Marco marah. Pertama siang tadi, isrrinya ingin kembali bekerja sebagai model. Kedua malam ini, istrinya itu pergi tanpa se·ijin Marco pergi keluar saat Marco sedang ada meetinh bersama kliennya. Demi Tuhan istrinya benar·benar membuat kemarahan Marco semakin naik saja. Tapi Marco tidak bisa melampiaskan amarahnya itu kepada istrinya. Karena Malika sedang hamil.

"Kenapa harus dia, Ryan? Sania Bill tidak cocok memerankan sebagai Laurent difilm ini." Malika mengutarakan ketidak setujuanya kepada lelaki dihadapannya ini.

"Lalu siapa yang lebih cocok memerankan karakter Laurent ini?" Tanya Ryan.

"Aku. "

"Tidak boleh!"

Suara lantang didekat mereka sontak membuat Malika dan Ryan menoleh.

"Hai sayang." Marco mencium bibir Malika tanpa malu. Lalu menatap Ryan.

"Hai tuan Ryan."

"Tuan Marco."

"Mau pulang sekarang sayang." Marco menatap Malika dengan senyuman dibibirnya membuat Malika ingin sekali menerjang suaminya itu. Kalau saja ini bukan ditempat umum.

Malika mengangguk. Marco mengulurkan tangannya kepada Malika dan istrinya meraih uluran tangannya berdiri dari tempatnya.

"Ryan maaf sepertinya aku harus pulang." Ucap Malika.

"Iya, terima kasih sudah mau menemaniku disini." Ucap Ryan tersenyum. Malika membalas senyuman itu yang membuat Marco menggeram marah.

Marco tidak suka bila istrinya itu tersenyum seperti itu kepada lelaki lain.

Senyuman seperti itu hanya boleh untuk dirinya saja.

Tanpa sadar Marco mencengkram tangan Malika kuat dalam perjalanan menuju mobil. Malika meringis sakit merasakan cengkraman tangan Marco ditangannya dan air mata pun keluar dari kelopak mata Malika.

Suaminya itu jahat.


***


"Sayang." Marco memasuki kamar membawa segelas susu khusus ibu hamil untuk sang istri. Marco menaruh gelas tersebut dimeja kecil samping ranjang saat tidak menemukan sosok Malika dikamar.

"Hiks… hiks…"

Mendengar isak tangis dari arah kamar mandi Marco segera melangkah kesana. Membuka pintu, Marco melihat Malika duduk dicloset dengan wajah bersimbah air mata.

"Malika sayang." Marco berlutut didepan Malika. "Kamu kenapa?"

"Kamu jahat." Malika menyingkirkan tangan Marco yang akan menghapus air matanya.

"Jahat kenapa?" Marco tidak tahu apa salahnya hingga membuat calon ibu dari anak·anaknya ini.

"Nih." Malika memperlihatkan pergelangan tangan kirinya yang memang sedikit membiru.

"Ya ampun sayang tangan kamu kenapa?" Msrco meraih tangan kiri Malika dan melihat luka membiru disana.

Malika kesal. "Dasqr suami kejam! Ini perbuatan kamu sendiri hiks… hiks."

"Aku minta maaf." Ucap Marco menyesal akan perbuatannya yang telah tanpa sadar berlaku kasar pada istrinya. "Maafkan aku." Tambahnya mencium lembut pergelangan tangan Malika. Marco menggendong Malika keluar dari kamar mandi dan membawanya keranjang dan membaringkan Malika. Mengambil salep dikotak obat, Marco oleskan salep itu dipergelangan tangan Malika.

"Minum dulu susunya." Marco mengambil segelas susu tadi dia letakan diatas meja kecil dan menyerahkan kepada istrinya.

Malika menggeleng menolak susu tersebut. "Udah dingin."

"Akan ku buat kembali."

Malika mengangguk. Dan Marco keluar menuju dapur membuat susu kembali karena memang susu yang tadi dia buat telah dingin.

Semenjak mengetahui Malika hamil Marco berubah menjadi sosok suami yang posesif dan protektif. Namun kadang kala membuat Malika kesal.

Beberapa menit kemudian Marco kembali kekamar membawa segelas susu. Menyerahkan gelas tersebut kepada Malika,. Yang langsung diambil dan minum olehnya sampai tandad.

"Ayo kita ridur."

Malika menggeleng. "Belum mengantuk."

"Kalau belum mengantuk lalu apa yang harus kita lakukan?" Marco memeluk Malika dari samping yang berbaring telentang menatap langit·langit kamar. Dalam hati Marco berharap istrinya itu mengatakan "kita olahraga diatas ranjang". Namun harapan hanyalah harapan karena Malika berkata.

"Kita mengobrol saa."

"Ok."

Malika merubah posisinya menjadi memiring menatap suami muda berwajah tampannya itu lekat·lekat. Malika tersenyum. "Marco,"

Cukup! Oh astaga Marco tidak bisa menahannya. Marco menarik pinggang Malika merapat ketubuhnya mengikis jarak diantara mereka. Lalu bibirnya mencium bibir Malika melumatnya lembut, tangan satunya yang bebas dia gunakan meremas bokong Malika.

"Ahh." Desah Malika saat tangan nakal suaminya kini sedang meremas oayudaranya yang sesekali memilin puncaknya. "Ughhh… Marcohhh." Kepalanya mendongak keatas memberikan akses penuh Marco mencumbu lehernya.

"Kangen aku?" Marco menatap mata sayu Malika.

"Iya tapi…"

Marco menaikan alisnya. "Tapi sayang?"

"Kan kata dokter sebelum kandungan aku tiga bulan kita tidak diperbolehkan untuk melakukan hubungan ini."

Oh shit gagal… Rasanya Marco ingin menangis saja hiks.


***

Bersambung…

Masih ada banyak typo bertebaran dimana·mana maafkan saya ya ders…

Vote dan komentar aku tungguuuuuu…

My Sexy Wife (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang