CHAPTER : 1

62 4 3
                                    

Namaku Rosalie Stone. Ayahku merupakan orang Inggris dan Ibuku berasal dari Amerika. Mereka berdua bertemu di Vancouver, Kanada saat mereka sama-sama sedang berlibur. Mereka akhirnya saling jatuh cinta dan memutuskan untuk menetap di negara tersebut setelah menikah, termasuk melahirkanku. Mendengar cerita mereka tidak pernah membosankan di telingaku. Aku justru merasa sangat iri dan ingin juga merasakan bagaimana saat rasanya mencintai dan dicintai oleh belahan jiwamu. Saat ini, aku tinggal bersama Bibi Jules di apartemen peninggalan mendiang suaminya di pinggiran kota Manhattan.

"Rosie, apakah kau sudah siap?" teriak Bibi Jules dari dapur.

Aku segera keluar dari kamar dengan tas tanganku. "Ya, Bibi Jules. Aku akan sarapan dulu,"

"Oh, Rosie, aku senang sekali kau mendapat kesempatan menjadi karyawan di perusahaan besar itu, pasti sangat sulit masuk kesana. Kau begitu beruntung," ucap Bibi Jules sambil mengelus rambutku.

"Hanya karyawan pengganti, Bi. Aku cukup beruntung karena Lily mengenal salah satu karyawan disana, dan dia tahu aku sangat butuh pekerjaan setelah aku berhenti di kedai kopi," balasku sambil memakan sandwich buatan Bibi Jules.

"Aku senang kau dan Lily berteman baik. Dulu kau sangat pemalu saat pertama kali datang ke Manhattan,"

"Sudah 2 tahun, Bibi Jules. Kau tak perlu terkesima hanya karena aku menemukan 1 orang sahabat dalam kurun waktu selama itu,"

Aku dan Bibi Jules tertawa. Wanita 49 tahun itu sudah kuanggap seperti Ibuku sendiri disini. Dia yang selalu membantuku menyiapkan keperluan, menyiapkan makanan, dan merawatku. Bibi Jules tidak memiliki anak dari Paman Nick, sehingga dia begitu senang saat tau bahwa adiknya, yaitu Ibuku, mengirimku ke Manhattan.

**

Aku turun dari taksi didepan sebuah perusahaan dengan ukiran nama yang besar diatasnya, Foster Enterprise. Aku mengenakan rok span hitam dengan kemeja putih tulang tembus pandang yang kubalut dengan kardigan berwarna abu-abu. Aku bertanya dengan sopan pada seorang wanita dibalik counter depan yang terdapat didalam perusahaan tersebut.

Terdapat name tag bertuliskan Cindy didadanya. Cindy menelepon seseorang untuk memastikan keberadaanku disini. Setelah menutup telepon, dia pun menatapku dengan senyum. "Kau bisa naik lift dan menuju ke lantai 3, lalu kau bisa menemui Mrs. Portman disana."

Aku mengangguk mengerti dan mengucapkan terima kasih padanya. Lalu segera aku masuk kedalam lift dan menuju ruangan yang Cindy arahkan tadi. Tak lama lift berbunyi, tanda bahwa aku sudah tiba di lantai yang kutuju. Ada beberapa meja tersusun dengan tumpukan berkas-berkas di ruangan itu, namun aku hanya menemui satu meja yang diisi seorang wanita yang mungkin usianya sekitar 40 tahunan.

"Maaf, apakah saya bisa bertemu dengan Mrs. Portman?" tanyaku sopan.

Dia mendongakkan kepalanya melihatku, "Kau Miss Stone? Aku Mrs. Portman."

"Ah, maaf Mrs. Portman, aku tidak tahu." ucapku menunduk.

"Tidak apa-apa, kau bisa bersikap santai denganku." ujar Mrs. Portman dengan senyum ramahnya, ia terlihat seumuran dengan Ibuku. "Kau akan bekerja denganku untuk menggantikan Stacy yang sedang cuti melahirkan. Aku sangat kesulitan, kau bisa melihat betapa banyak berkas yang belum ku selesaikan." sambungnya sembari melihat ke sekeliling yang memang terdapat banyak tumpukan kertas.

"Tentu, Mrs. Portman. Aku akan dengan senang membantumu," balasku dengan senyum.

Aku mengikuti perintah Mrs. Portman yang menyuruhku merapikan berkas-berkas yang berantakan. Lalu menginput beberapa data yang belum lengkap. Aku juga membantu menyerahkan dokumen yang sudah disiapkan oleh Mrs. Portman kepada bagian pemasaran di lantai 7. Aku menikmati pemandangan perusahaan besar ini dari dalam lift dengan kaca yang tembus pandang tersebut.

"Kau bekerja sangat keras dan baik di hari pertama mu, Miss Stone. Aku senang sekali," ucap Mrs. Portman saat kami sedang membereskan meja untuk pulang.

"Kau tidak perlu berbicara seperti itu, Mrs. Portman. Aku dengan senang hati mengerjakannya, aku sangat menikmati hal ini." balasku.

Kami pun masuk kedalam lift dan turun menuju lobi kantor. Aku berpisah dengannya saat ia dijemput oleh lelaki paruh baya yang kurasa merupakan suami Mrs. Portman. Cuaca sore itu sedikit mendung, aku masuk kedalam taksi yang berhenti didepanku dan pulang ke apartemen.

D for DestinyWhere stories live. Discover now