CHAPTER : 4

30 1 0
                                    

Aku telah selesai menghabiskan sarapan yang disiapkan oleh Bibi Jules. Aku pun bergegas berangkat menuju kantor karena aku masih berstatus karyawan pengganti di Foster Enterprise selama satu bulan lagi. Aku menatap gedung 21 lantai di hadapanku itu. Andai saja aku bisa menjadi karyawan resmi, pastilah menyenangkan dan gaji yang kuterima bisa dua hingga tiga kali lipat dari gajiku sebagai karyawan pengganti.

Aku menyapa Cindy, ia menyambutku dengan senyum sumringah. Aku masuk kedalam lift dan menekan angka 3. Lift baru saja akan tertutup namun mendadak terbuka lagi. Seorang pria tinggi dengan jas yang sudah pasti mahal dan parfum white musk-nya, sungguh nikmat wangi tersebut. Aku berusaha untuk tidak melirik padanya namun aku tersadar bahwa ia memperhatikanku. Aku menoleh dan hanya memberi senyum padanya. Aku tak mengerti maksud tatapannya, apakah dia mengenalku? Tentu saja tidak, memang kau siapa, Rosie!

"Kau...." ucapnya tiba-tiba sambil mengkerutkan dahi dan melihatku.

"Ada apa, Sir?" tanyaku berani.

Ia menggeleng dan memandang lurus kedepan. "Tidak. Mungkin aku salah orang,"

"Ah, baiklah. Saya permisi," ucapku saat sudah tiba di ruanganku dan segera aku keluar dari lift yang menyesakkanku itu.

"Here she is! Well, it's funny but I miss you here, Rosie!" seru Mrs. Portman saat melihatku masuk.

"Don't you lie, Mrs. Portman. Hahaha, but I got you something from Manchester." Aku mengeluarkan dua buah miniatur Big Ben dan bus merah khas Inggris. Ia tersenyum senang dan berterimakasih padaku.

"Maaf aku meninggalkanmu dengan pekerjaan menumpuk, Mrs. Portman." ucapku.

"Tidak. Banyak pekerjaan yang sudah selesai atas bantuanmu, dan aku sangat sedih karena kau hanyalah karyawan pengganti disini. Aku ingin kau lebih lama," ujarnya.

"Andai saja, Mrs. Portman. Andai saja bisa, aku pasti mau. Tapi kau tahu kan, sangat sulit mendapatkan pekerjaan di perusahaan ini. Aku sudah sangat bersyukur diterima sebagai karyawan pengganti," kataku sambil mengetik keyboard komputer didepanku.

"Ya, aku tau. Dan lagi si Tuan Muda Foster hari ini akan datang untuk mengecek pekerjaan kita. Aku benci saat orang-orang berkuasa melakukan itu, aku bahkan tak tau harus menyiapkan apa."

"Tuan Muda Foster?" tanyaku.

Mrs. Portman mengangguk. "Dylan Alexander Foster, anak dari Jacob Foster, pemilik perusahaan ini. Ia sama seperti anak pengusaha lainnya, sedikit arogan, namun tetap memiliki sisi baik, hanya terlalu pendiam menurutku. Umurnya kurasa tidak jauh darimu, 27 tahun saat ini. Oh ya, saat kau melihatnya, pastikan kau tidak jatuh cinta karena wajahnya sungguh rupawan." goda Mrs. Portman.

"Come on, Mrs. Portman. Siapa aku hingga aku berani jatuh cinta pada konglomerat?" balasku sambil tertawa pada Mrs. Portman, ia pun ikut tertawa bersamaku.

**

Selesai makan siang, aku dan Mrs. Portman kembali ke ruangan kami. Melanjutkan mengecek berkas-berkas yang tersisa dan menginputnya kedalam laporan. Kami dikejutkan dengan kedatangan seorang pria yang tak asing dimataku, pria tampan yang naik di lift bersamaku tadi pagi.

"Mr. Foster, anda mengagetkanku." ucap Mrs. Portman yang sontak berdiri dan menghampiri si pria tersebut. "Perkenalkan, dia karyawan pengganti kita yang membantuku di ruangan ini selama Stacy cuti, namanya Rosalie Stone."

Aku menganggukkan kepalaku untuk memberi hormat padanya. "Rosalie Stone, Mr. Foster. Maaf tadi pagi aku tidak mengenali anda di lift. Saya tidak sopan,"

"Well, Miss Stone, aku harap kau senang bekerja disini." ucapnya tanpa melepas matanya dariku, dan ya ampun, aksen british! Aku luluh!

Aku canggung, entah apa maksud tatapannya itu. Kenapa dia terus memberiku tatapan seperti itu sejak saat kami bertemu tadi pagi. Aku bahkan tidak mengenalnya. Ah, apakah dia dendam karena aku tidak menghormatinya tadi pagi? Matilah aku!

"Kau benar-benar tidak mengenaliku?" tanya Mr. Foster padaku.

Aku tertegun dan menggeleng. "Aku baru tahu mengenai anda saat Mrs. Portman bercerita tadi,"

"Bukan, bukan tentang aku sebagai pemilik perusahaan ini. Tapi, apakah kau yang menulis ini?" ucapnya sambil mengeluarkan secarik kertas dan menunjukkannya padaku. Aku melongok melihat kertas tersebut, itu adalah nomor ponselku yang kuberikan kepada Mr. Bower di Manchester.

"Ke-kenapa ada pada anda?" tanyaku bingung. Mrs. Portman pun tak kalah bingung melihat interaksi ku dengan Mr. Foster.

"Secara teknis, akulah pemilik mobil yang menabrakmu waktu itu. Oliver adalah tangan kananku,"

Aku kaku. Ya Tuhan, kau bermain dengan orang yang salah, Rosie! "Maafkan aku, Sir. Waktu itu aku..."

Mr. Foster mengangkat tangannya menyuruhku diam. "Oliver sudah menceritakannya, aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja. Dan secara kebetulan kau ternyata bekerja disini," Ia pun dengan angkuh meninggalkan ruangan, namun terlihat sedikit rasa kepuasan di senyumnya. Dan lagi, jantungku, ya Tuhan, kenapa jantungku berdetak sangat kencang? Apa maksudnya ini? Kau tidak boleh menyukai lelaki seperti itu, Rosie. Tidak boleh!


D for DestinyWhere stories live. Discover now