CHAPTER : 6

29 0 0
                                    

Rosie's POV.

Aku sedang berbelanja bersama Bibi Jules di salah satu supermarket. Bibi berencana untuk membuatkan pesta sederhana untuk merayakan ulangtahunku akhir minggu ini. Aku sudah menolak namun ia bersikeras ingin melakukannya.

"Rosie, tolong ambilkan beberapa tomat. Aku akan pergi ke bagian daging," seru Bibi Jules. Aku pun menuju ke tempat tomat berada, aku memilih-milih dan memasukkan kedalam keranjang.

"Berencana untuk membuat jus tomat, Miss Stone?" aku mengerjap mendengar suara itu yang datang dari belakangku. Suara Dylan Foster. Aku membalikkan badan dan mendapati sosoknya disana. "Kenapa kau selalu terkejut dengan kehadiranku?" tanyanya sambil berjalan mendekatiku.

"Karena anda selalu datang tiba-tiba. Apa yang anda lakukan disini?" tanyaku. Aku menahan diriku untuk tidak terlihat terlalu canggung didepannya sembari melirik kanan kiri karena sangat sulit rasanya untuk menatap mata lelaki ini.

"Saat ini aku hanya melihatmu," jawabnya sambil menatapku. Ya Tuhan, apa yang harus kuperbuat dengan wajah didepanku ini?!

"Rosie?" panggil Bibi Jules yang ternyata sudah berdiri didekatku dan Mr. Foster.

Aku menoleh padanya. "Bibi Jules, maaf lama. Kenalkan ini atasanku, Mr. Foster." ucapku sambil melihat Mr. Foster.

"I know this guy," ucap Bibi Jules dengan senyumnya. "Kau adalah Dylan Foster, pemilik Foster Enterprise. Kau sangat tampan saat dilihat secara langsung," sambungnya sambil tak berhenti tersenyum dan menatap Mr. Foster.

"Dylan Foster, Ma'am." ucap Mr. Foster sambil mengulurkan tangannya pada Bibi Jules.

"Jules. Just call me Jules, Mr. Foster." balas Bibi Jules sambil menjabat tangan Mr. Foster.

"Sepertinya akan ada acara besar," ujar Mr. Foster saat melihat troli belanjaan Bibi Jules yang memang terlihat cukup penuh. "Apa yang akan kalian adakan?"

"Oh, kami berencana membuat pesta sederhana di apartemen kami akhir minggu ini. Ulangtahun Rosie yang ke-25, kau boleh datang jika mau, Mr. Foster." jawab Bibi Jules yang mengejutkanku.

"Bibi, kau pikir orang sibuk seperti Mr. Foster mau datang ke apartemen kita hanya untuk sebuah pesta kecil?" sindirku.

"Alright. I will come, thanks for inviting me, Jules." ucapnya tiba-tiba. Aku dan Bibi Jules saling menatap tak menyangka bahwa Mr. Foster akan menerima ajakannya itu.

**

Bibi Jules mengundang beberapa temannya dan aku mengundang Lily dan Cody, pacarnya. Kami semua menikmati pesta sederhana tersebut, namun ada yang mengganjal dihatiku. Hingga pukul 10 malam, sosok yang kutunggu tak kunjung datang. Ah, sudah kutebak, mana mungkin orang seperti dia mau datang ke pesta seperti ini. Dia hanya tidak enak menolak tawaran Bibi Jules waktu itu.

Kami mengantarkan teman-teman Bibi Jules yang pulang satu persatu. Lily dan Cody memilih untuk tinggal lebih lama di apartemen kami dan kami pun sangat senang. Lily memperhatikanku yang sedikit tidak fokus selama pesta tadi, ia meninggalkan Cody yang menonton TV dan menghampiriku.

"Kau tidak apa-apa?" tanyanya padaku yang sedang duduk didapur sembari mengaduk-aduk minuman yang sebenarnya tak kuteguk.

Aku tersenyum dan menggeleng. "I'm okay, Lily. Terimakasih karena masih disini, aku dan Bibi Jules sering kesepian."

Lily memelukku dengan hangat. "Kau tahu, kan? Aku bisa memilihkan pacar untukmu kalau kau mau," godanya saat melepas pelukannya.

Aku tertawa. "Kau pikir aku ini apa?" Lily pun ikut tertawa denganku. Tawa kami berhenti saat bel apartemen berbunyi. Siapa yang bertamu selarut ini? Aku beranjak kedepan dan membuka pintu. Aku terpaku melihat sosok Dylan Foster didepan apartemen ku, ia membawa buket bunga dan sebuah bingkisan mewah.

"Mr. Foster? Anda..... datang," ucapku tanpa melepas pandanganku dari matanya.

"Kalian mengundangku, tentu saja aku datang. Maaf karena aku terlambat, ada urusan mendadak." jawabnya. "Kau tak akan menyuruhku masuk?"tanyanya sambil melirik kedalam apartemen kami. Apartemen sederhana yang mungkin saja tak sebanding dengan miliknya.

"Astaga, maafkan aku, Mr. Foster. Silahkan masuk," aku pun minggir dan membiarkannya masuk. Wangi parfumnya lagi-lagi menghanyutkanku. Bibi Jules terlihat sumringah melihat kedatangan Dylan Foster. Bibi Jules mengajaknya berbicara sementara aku menghidangkan beberapa makan yang masih tersisa. Lily dan Cody pun saling bertukar pandang denganku. Aku tahu mereka terlihat bingung melihat seorang pengusaha besar di apartemen sederhana ini. Setelah menghabiskan waktu 2 jam, Mr. Foster pamit untuk pulang. Aku pun menawarkan diri untuk mengantarkannya sampai ke parkiran, ia tak menolak.

"Anda tidak bersama Oliver, Mr. Foster?" tanyaku saat melihat tidak ada siapapun didalam mobil Porsche mewah miliknya yang terparkir didepan gedung apartemen.

Ia menggeleng. "Bisakah kau memanggilku Dylan saja? Kau tidak sedang di kantor,"

"Apakah anda tidak keberatan?" tanyaku.

"Why? Itu memang namaku, kan?" balasnya tersenyum. "Terimakasih sudah mengundangku, Rosie."

Aku terpaku. Jantungku berdetak kencang sekali saat ia menyebutku dengan panggilan itu. Apa dia sedang menggoda? Oh, jangan bermimpi, Rosie!

Aku tersenyum. "Thanks for coming, Dylan. I'm so happy,"

Dylan masuk kedalam mobilnya dan pergi dariparkiran apartemen ku. Aku masih berdiri menatap mobilnya yang sudah tidakterlihat. Mungkin seperti ini rasanya jatuh cinta, pikirku. Tapi aku masihberharap bahwa aku memberikan hatiku pada orang yang tepat. Aku berjalan masuk kembali keapartemen. Sesampainya di apartemen, mataku langsung tertuju pada bingkisan yang dibawa oleh Dylan dan kuletakkan di sofa. Aku membukanya perlaha dan terperanjat saat mendapati sebuah tas Hermes edisi terbatas di hadapanku. Initerlalu berlebihan, Dylan Foster.


D for DestinyWhere stories live. Discover now