Chapter : 5

30 1 0
                                    

Jumat malam, Lily mengajakku ke sebuah klab malam yang ada di tengah kota Manhattan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jumat malam, Lily mengajakku ke sebuah klab malam yang ada di tengah kota Manhattan. Aku sudah berusaha menolaknya namun ia dan Bibi Jules terus memaksaku. Bibi Jules sangat bosan melihatku hanya berteman dengan Lily, ia selalu ingin aku memiliki banyak teman, bergaul dengan orang-orang. Apalah dayaku yang lebih ingin berbaring di tempat tidur untuk membaca buku-buku kesukaanku.

Suasana di klab itu sangatlah riuh. Aku bahkan harus mengencangkan suaraku setiap ingin berbicara pada Lily. Ia mengajakku menuju suatu meja dimana sudah ada 5 orang yang menunggu disana. Teman-teman Lily, pikirku. Tentu saja, Lily adalah orang yang mudah bergaul dan dengan wajah cantiknya itu ia mudah sekali memikat pria. Lily menawariku bir namun aku menolaknya, aku lebih memilih lime juice.

"Lily, aku ingin pipis. Dimana toiletnya?" tanyaku. Lily pun mengarahkanku dengan tangannya. Aku mengerti dan segera meninggalkannya menuju toilet.

Setelah lega, aku berpikir untuk sejenak menghirup udara segar diluar. Klab malam itu penuh dengan asap rokok dan bau minuman yang tidak nyaman untukku. Aku menuju ke pintu belakang, bersandar di sebuah pagar besi dan menarik napas dalam sambil memejamkan mata.

"Miss Stone?" ucapnya sebuah suara yang baru-baru ini tak asing di telingaku.

Aku mengerjap dan membuka mata. "Mr. Foster?"

"You're here. Dengan siapa kau kesini?" tanyanya sambil berdiri didekatku. Penampilannya malam ini sangat berbeda. Ia hanya mengenakan kaus polo berkerah dan celana jeans, berbeda saat aku melihatnya di kantor saat itu.

"A-aku bersama teman. Apa yang anda lakukan disini?" tanyaku.

"Menenangkan pikiran. Aku tidak tahu kau sering kesini," balasnya.

"Sebenarnya, ini pertama kalinya aku kesini, Mr. Foster." ucapku lagi.

Mr. Foster terdiam sejenak seperti memikirkan sesuatu. "Hmm, Miss Stone? Maukah kau pergi denganku? Aku memarkirkan mobilku tak jauh dari sini, kurasa kita bisa pergi untuk minum berdua." ucapnya mengejutkanku.

"Maaf, Mr. Foster. Aku bukan gadis yang biasa masuk kedalam mobil orang lain sembarangan. Maaf, aku permisi dulu," balasku sambil buru-buru masuk kedalam klab dan menemui Lily, meninggalkan Mr. Foster sendirian dengan keterpakuannya.

**

Dylan's POV.

Apa aku tidak salah? Dia baru saja menolak ajakanku? Dia menolak seorang Dylan Alexander Foster?

Aku tertawa sendiri tak mempercayainya. Aku mengepalkan tanganku, amarahku tiba-tiba memuncak. Seorang gadis yang sedari tadi duduk bersandar padaku dan mencoba menyentuhku pun langsung kuacuhkan. Aku meninggalkannya dan juga teman-temanku. Aku tau mereka pasti merasa heran, namun aku tidak peduli lagi. Aku akan memberi pelajaran padamu, Miss Stone.

Aku tidak bisa tidur malam ini, ingatanku pada sosok Rosalie Stone terus saja terngiang. Siapa wanita itu hingga berani melakukan hal ini padaku? Ia hanya seorang gadis yang tak sengaja menabrakkan dirinya pada mobilku dan ternyata ia seorang karyawan pengganti di perusahaan ku. Dan sekarang, ia menolak ajakanku? Besar sekali nyalinya!

**

Pagi ini, aku berencana untuk memanggil Miss Stone ke ruanganku dan berbicara padanya. Apa yang ia lakukan di klab padaku beberapa hari lalu masih menjadi dendam tersendiri pada harga diriku. "Mrs. Portman, bisakah kau menyuruh Miss Stone ke ruanganku?"

Gadis itu kini tengah berdiri di hadapanku. Ia menundukkan kepalanya, aku tau ia sedang merasa bersalah padaku. "Jadi, apa yang akan kau bilang mengenai kejadian waktu itu?"

"Mr. Foster, aku sadar bahwa anda adalah atasanku dan tentu saja aku tidak bisa menerima ajakanmu." jelasnya gugup didepanku.

"Tapi aku hanya ingin mengajakmu pergi ke suatu tempat untuk sekedar minum berdua," ucapku.

"Aku tidak... terbiasa. Dan seperti yang aku bilang, aku bukan gadis yang mudah masuk kedalam mobil orang lain sembarangan. Mohon anda mengerti, Mr. Foster." balasnya lagi sambil menatapku. Ah, tatapan itu, kenapa rasanya aku ingin luluh pada gadis ini.

"Kau berasal dari Manhattan?" tanyaku mengalihkan.

Ia menggeleng. "Aku baru 2 tahun berada di Manhattan, Sir. Selama ini aku tinggal di Vancouver,"

"Kau orang Kanada? Lalu kenapa waktu itu kau berada di Manchester?" tanyaku yang semakin penasaran dengan gadis didepanku ini.

"Bukan, aku hanya lahir dan besar Kanada. Ayahku orang Inggris dan Ibuku Amerika, waktu itu aku berkunjung ke Manchester untuk menjenguk bibiku yang sedang sakit. Itu pun pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Manchester," jelasnya.

"Kau memiliki pacar, tunangan, suami?" tanyaku yang sedetik kemudian pun ku sesali karena aku terlihat seperti pria murahan.

Ia menatap aneh padaku, "Tidak, Sir. Aku tidak memiliki pacar, tunangan ataupun suami. Aku belum berniat untuk berada di sebuah hubungan, setidaknya selama 24 tahun hidupku ini.

Aku terbelalak. "Maksudmu, kau belum pernah berpacaran?"

Ia mengangguk dan sedikit tertawa. "Anda tahu, sangat sulit mencari belahan jiwa jaman sekarang ini.... Ah, maaf Sir, aku kelewatan. Apakah anda sudah selesai? Aku masih banyak pekerjaan,"

Aku mengangguk dan membiarkan dia keluar dariruanganku. Aku memegang profil dirinya yang diberikan oleh Oliver pagi ini.Rosalie Stone, kau membuatku begitu ingin mengenalmu.


D for DestinyWhere stories live. Discover now