Bab 4: Persetujuan (Tak) diberikan

79 6 1
                                    

Suasana kelas hari ini sangat hening. Saking heningnya, aku tidak sadarkan diri.

Ya, aku tertidur. Ketika aku terbangun, semua orang di kelasku melihatku. Hei, ada apa ini. Apa aku ini menarik perhatian kalian?

Tidak hanya murid yang melihatku, guruku juga melihatku dengan tampang marah. Oh sial, ini buruk, ini buruk...

"Bagus.... Anji, karena kau sudah bersikap tidak sopan pada bapak, kau harus mengerjakan soal yang ada di papan tulis ini."

Sudah kuduga, ini buruk. Karena aku tidak mengerti pelajaran IPA, jadi aku akan meminta maaf dan mencoba untuk tidak tertidur lagi.

"Maafkan saya pak..."

"..... Yasudah, lain kali kau tidak boleh tidur terlalu larut."

"Iya pak."

Dia langsung melanjutkan pelajaran nya lagi dan mengabaikan jawabanku. Lagipula, sekarang ini jam pelajaran ke 6. Jadi kelas akan berakhir sebentar lagi. Dan pada jam itulah iblis tidur selalu menyerangku. Mungkin aku sedang tidak beruntung hari ini.

Baru saja guru itu menjelaskan kira kira selama 10 menit bel langsung berbunyi dan seluruh siswa mulai berhamburan keluar kelas.

Karena kelas sudah selesai dan aku tidak ada pekerjaan lain hari ini, Aku akan langsung pulang kerumah dan melayani iblis tidur yang hinggap di mataku.

Aku mengemas buku - bukuku yang berada di atas meja dan memasukannya ke dalam tas lalu pergi ke luar ruangan kelas.

Ketika aku keluar, ada seseorang yang sudah menungguku di depan kelasku.

Dia adalah Rika. Mau apa dia datang ke kelasku? Mungkin dia sedang menunggu seseorang?

Aku mengabaikannya dan berjalan menyusuri lorong. Ketika aku sudah agak jauh dari kelasku, seseorang memanggilku.

"Ada apa?" Tanyaku

"Aku ini mencarimu tahu...."

Oh..... Jadi dia mencariku ya?

"Ada apa?"

"Bisakah kau tidak menanyakan hal yang sama lagi..."

Eh, apa aku salah? Aku cuma menanyakan kenapa dia kesini. Mungkin, suasana hatinya sedang tidak bagus ya? Baiklah, aku akan memulai sedikit basa basi dahulu.

"Bagaimana kabarmu?"

"Baik, kau bagaimana?"

"Tidak terlalu, jika ada hal penting katakan sekarang."

"Santai dahulu, santai.... Aku tahu kau habis kena marah guru karena kau tidur. Tapi melampiaskan amarahmu kepada orang lain itu tidak baik lho.."

"Sudah berapa lama kau diam di depan kelasku?"

"30 menit yang lalu. Mungkin?"

"Kelasmu berakhir cukup cepat ya..."

"Ya.... Oh ya, bagaimana soal yang waktu itu?"

"Yang mana?"

"Apa kau mau membantuku?"

Dia mengatakan hal itu dengan ekspresi yang memelas. Aku pun langsung memalingkan wajahku. Sialan, sepertinya kau ini orang yang licik ya?

"Baiklah... Tapi kita akan membuka isi dari dokumen itu bersama sama.."

Jujur saja, aku tidak ingin membantunya. Tapi aku penasaran tentang isi dari dokumen itu.

"Oke, aku setuju."

Untuk sesaat, keheningan menyelimuti kami berdua. Suara benturan sepatu dengan lantai pun bisa terdengar karena keheningan itu.

"Apa hanya itu urusanmu dengan ku?"

"Omong- omong, apa kau sudah memasuki ekstrakulikuler?

"Tidak,aku tidak mempunyai minat untuk itu."

"Baiklah. Kalau begitu, mari kita bentuk sebuah ekstrakulikuler bidang sastra. Bukannya di sini tidak ada ekstrakulikuler bidang sastra?"

"Lalu, apa hubungan nya denganku?"

"Tidak ada, aku hanya suka membaca dan mungkin ada banyak orang di sekolah ini yang suka membaca juga. Jadi ini adalah masukan bagimu sebagai wakil ketua OSIS."

"Baiklah, nanti akan kusampaikan."

"Kalau begitu, aku pulang dulu."

"Ya...."

Lalu dia berjalan menuju tangga yang ke lantai bawah.

"Baiklah, sekarang aku tidak ada pekerjaan lain lagi. Aku akan pulang."

Begitulah niatku tadi, dan sekarang sudah dihancurkan karena kehadiran Radith yang menarik bajuku

"Ada apa?"

"Apa kau lupa? Sekarang itu jadwalmu untuk piket ruang OSIS."

Sialan, aku lupa. Jika saja aku tadi pulang lebih cepat, mungkin aku akan selamat dari piket ruang OSIS.

"Ya,ya. Aku akan melakukannya."

"Nah, begitu dong. Jangan jadi anak pemalas begitu. Semangat, semangat"

Radith menepuk punggungku lalu berpaling kembali ke kelas.

Ketika Radith menepuk punggungku, aku dapat merasakan bahwa gerakan disekitarku melambat. Bahkan, lalat yang terbang di depanku terlihat sangat lambat.

Hei, ada apa ini? Apa aku berada di perbatasan dunia nyata dan dunia mimpi?

Aku merasakan waktu melambat sekitar 15 detik. Lalu Radith menepuk punggungku untuk kedua kalinya.

Pergerakan di sekitarku mulai kembali normal. Aku langsung melihat sekitar dengan terkejut.

Mungkin tadi cuma perasaanku saja. Jadi aku tidak menghiraukannya dan langsung pergi ke ruang OSIS.

Aku berjalan menuju tangga yang mengarah ke bawah. Karena kelasku berada di lantai 2, aku dapat langsung melihat ruang OSIS karena tempatnya berada di bawah kelasku sedangkan di samping nya adalah kelas XII- A.

Aku langsung memasuki ruangan itu dan melihat sekitar.

Ternyata baru aku yang datang ya? Yasudah, aku ingin langsung pulang ke rumah jadi aku segera membersihkan tempat ini.

Ruangan itu berbentuk persegi panjang dengan panjang 7×14 meter dan dilengkapi meja seperti ruang kelas. Tapi bedanya di setiap meja terdapat nama orang yang duduk di sana dan ada lemari di bawahnya. Itu bertujuan agar anggota dapat menyimpan barang barang yang berhubungan dengan OSIS di sana. Walaupun mereka kadang menyimpan barang pribadi mereka di sana.

Aku menyapu ruangan ini dari belakan ke depan lalu keluar kelas. Setelah itu aku membuang sampah di sekitar ruangan itu.

Aku ingat sesuatu. Katanya Radith menyimpan sebuah dokumen rahasia. Karena aku penasaran, aku pun membuka lemari Radith.

Di dalam lemari itu terdapat sebuah dokumen berlambangkan OSIS dan hanya satu yang tidak berlambangkan OSIS.

Dokumen itu bertuliskan :

PROJECT: THANATOS

COMEBACK (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang