#5. Kumohon Ingatlah

413 38 6
                                    


"Len..." Rin menunggu dengan sabar di depan ruangan len di periksa. Air mata tak hentinya mengalir dari matanya yang indah, "Gara-gara aku...Len...semua karna ku..." Rin menutup mulutnya sambil menangis terisak-isak.

Jika Len mati...dia yang pantas di salahkan, dia akan di penjara dan teman-teman sekelasnya akan menjauhi dirinya. Ini buka suatu hal yang Rin inginkan, tidak satu pun.

Tak lama kemudian Luka datang bertepatan dengan dokter yang memeriksa Len juga keluar dari dalam.

"Rin! Apa yang..." Luka melihat anaknya terisak lalu segera bertanya kepada dokter, "Apa yang telah terjadi dok? Dan Rin, dimana saudara mu itu?" Luka tampak was was, rumah sakit bukanlah tempat yang ingin dia kunjungi.

"Bu, bisa kita bicara sebentar?" Dokter itu menatap Luka dengan serius. Sebelum Luka menjawab, Rin tiba-tiba menyela

"Dok! Bo-boleh kah aku menjenguk kakakku?"

Sebelum sang dokter menjawab, Luka mengangguk kepada dokter itu, dengan napas panjang dokter itu tersenyum kepada Rin.

"Boleh, tapi jangan terlalu ribut, dia masih butuh istirahat"

Setelah mengucapkan terimakasih Rin langsung berlari masuk kedalam kamar Len.

"Permisi..." Perlahan Rin membuka pintu kamar Len, tidak ada jawaban dari Len tentunya karna Len masih tertidur di kasur rumah sakit itu. Len tidak memakai baju, setengah badannya terbalut oleh perban, tak lupa kepalanya juga. Rin ingin segera menangis melihat kondisi Len, ini semua karna dirinya yang egois.

Perlahan Rin duduk di kursi yang susah di sediakan dan menggenggam tangan Len halus.

"Kumohon Len...jangan buat aku cemas seperti ini, a-aku minta maaf" Satu air mata meluncur melewati pipi mulus Rin.

Di depannya, Len tertidur nyenyak seperti memang sedang ada di dunianya sendiri. Bulu mata Len lentik seperti perempuan, memang betul dia adalah saudara kembar Rin, memikirkan hal itu Rin tersenyum kecil.

"Rin?" Luka masuk dan melihat Rin yang menangis.

"A-ah! oka-chan? Apa yang di katakan dokter itu?" Rin mengusap air matanya halus.

"Hmm...katanya Len hanya perlu banyak beristirahat dengan begitu dia akan segera pulih dengan sendirinya dan..."

"Hiks...semua karna ku bukan? Jika saja...jika saja aku yang tetabrak...jika saja aku yang mati, ya seharusnya memang seperti itu..."

Luka memeluk putri semata wayangnya itu, "Rin, berhenti menyalahkan dirimu sendiri, aku tahu jauh di dalam hati mu kau adalah perempuan yang baik hati. Sama seperti ayah mu, dulu ayah mu, Gakupo mirip sekali dengan mu saat kamu seumuran kalian" Luka tersenyum kecil saat mengingat suaminya itu, ada sedikit rasa pedih saat dia mengingat Gakupo.

"Maksud Oka-san ayah? Coba ceritakan kepada ku bagaimana ayah saat kecil" Perlahan Rin mulai tersenyum lagi.

"Hahaha dia sangatlah ceroboh sama seperti mu Rin, dan dia pemberani sama seperti kakakmu"

"Huh! Jadi aku hanya mewarisi sifat jelek ayah, begitu?" Rin menggembungkan pipinya.

"Hahaha Rin,Rin, tentu saja tidak, ayah mu adalah seseorang yang baik, terkadang dia rela melakukan apapun untuk Oka-san. Dan tentu saja walaupun Oka-san sudah menolak ayah mu akan terus memaksa"

Rin terkekeh kecil, Luka kembali melanjutkan ceritanya,

"Dan Len, dia sama seperti Gakupo" Luka memandang anak laki-lakinya itu, "Dia begitu romatis, namun juga sensitif benar-benar deh, kalian itu seperti kembar yang tertukar"

Dont Leave Me Alone [ Len and Rin fanfiction ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang