#8. Aku Titipkan Dirinya

181 19 5
                                    

Len PoV

"Nah, kalian duduk saja disini dulu" Kaito meninggalkan kami di ruang tamu rumahnya sebelum lelaki itu berjalan ke belakang rumahnya.

Rin di sebelahku sendari tadi masih menunduk, memainkan jemari kecilnya yang terlihat begitu pucat itu

Sepertinya gadis itu masih menyalahkan dirinya sendiri,

Ku edarkan pandanganku ke sekeliling penjuru ruangan itu, di depan ruangan ini tadi kami sempat melewati sebuah aula besar, tempat apa itu? Apa itu aula untuk dojo ?

"Len..." setelah beberapa saat hening, gadis bersurai kuning disebelah ku akhirnya angkat bicara, suaranya terdengar lemah

"Tanganmu masih sakit-?" Tanya nya hati hati,

Aku menengok kearahnya, berpikir dulu lalu menatap kearah tanganku yang terbalut perban itu "Hm..sedikit, tapi sekarang sudah lumayan"

Gadis itu menghembuskan napasnya lega, "Syukurlah.."

Kemudian langkah kaki terdengar mendekati kami, Kaito kembali dengan membawa sebuah kotak putih

"Maaf ya membuat kalian menunggu, kabar buruknya sepertinya ayahku belum kembali kemari"

Dan lelaki bersurai biru itu duduk di depan kami, "Tapi tak masalah, bagaimanapun juga aku menguasai beberapa teknik medis dasar" lelaki itu tersenyum, yang membuat diriku semakin tak nyaman.

"Coba ku lihat tanganmu"

Tanpa disuruh dua kali, aku mengulurkan tanganku yang perbannya sedikit mengeluarkan warna merah itu, Kaito segera membuka perbannya perlahan yang membuat diriku sedikit meringis.

"Oh? Sakit kah-? Maafkan aku" Tawanya pelan yang hanya di balas oleh anggukan kecil dariku.

Aku menatap kearahnya yang sedang fokus mengganti perban di tanganku, tanpa sadar aku menggerutu pelan. Lelaki ini, dia nampak baik, apalagi pintar dan berbakat,

Tak ada bandingannya denganku yang tak bisa apa apa,

Bahkan..dengan bodohnya sampai bisa kehilangan ingatan seperti ini-

"Ukh-" Aku sedikit membuang wajahku ke samping

"Nah, selesai" Dan Kaito mengikatkan perban yang baru di tanganku, lelaki itu bangkit sambil membereskan peralatannya.

"Anu..aula itu, aula dojo kan?" Ku sempatkan diriku bertanya selagi lelaki itu melirik kearahku

"Hm? Ahh, iya" Kaito mengangguk, "Kakek ku membuka kursus dojo disini dan terkadang dia suka mengajariku beberapa trik..begitulah"

Ternyata benar,

"Eh-? Kaito Senpai juga latihan dojo?" Rin yang sendari hanya diam akhirnya menatap kearah lelaki itu

"Hanya teknik dasar saja kok" tawanya

"...." Aku terdiam di samping mereka

"Oh, sekarang sudah larut kan? Kalian ingin makan dulu? Kebetulan ibuku membuat banyak makanan malam ini"

Rin langsung mengangguk, lalu menatap kearah ku "Len-! Ayo kita makan dulu! Aku sangat lapar" tatapnya dengan wajah memelas yang tak bisa ku tolak, gadis itu padahal sedetik yang lalu masih terlihat murung

"Nghh..-baiklah tapi hanya sebentar-"

Rin langsung memekik girang. Kaito juga nampaknya senang karena kami bisa ikut makan malam di rumahnya "Kalau seperti itu rumahku jadi tak terlalu sepi juga"

Aku menghembuskan napas pelan, walaupun aku menyetujuinya tapi rasanya ada sesuatu yang mengganjal di dalam ku-

...

"Kaito-san biar ku bantu bereskan meja" Setelah selesai makan malam dengan ibu lelaki ini, Rin dan ibu lelaki itu nampak mencuci piring di belakang. Aku tak mau merepotkan mereka, jadi ku tawarkan diri membantunya membersihkan meja makannya

"Hm?" Kaito yang tengah merapihkam piring piring menatap kearahku, "Boleh" senyumnya

Lalu tanpa disuruh aku langsung mengambil kain disana dan mulai mengelap meja itu. Hening, tak ada yang memulai percakapan diantara kami berdua

"Kau kakak yang baik Len, kau tahu itu" Tiba tiba Kaito berbicara, ku lirik dirinya yang juga tak menatap kearahku.

"Memangnya kenapa?"

"Bagaimana ya..sepertinya Rin juga senang punya kakak sepertimu" Sekarang dia baru berbalik menatapku "Dia gadis yang baik, kau juga pasti tahu itu"

Aku langsung terdiam, aku tahu arah pembicaraan ini akan kemana

"Dia sangat khawatir tadi ketika kau melawan oara penjahat itu sendirian"

"..." Aku perlahan menghembuskan napas, lalu menengok kearahnya

"Kaito-san, aku ingin bicara satu hal"

Kaito dengan senang hati menatap kearahku, ku tarik napas perlahan lalu menatapnya mantap.

Aku benci akan mengatakan hal ini-
Tapi apa yang bisa kukatakan-

Aku tak ingin menyesal nantinya,

"Boleh ku titip Rin kepadamu? Aku punya firasat, gadis itu akan membutuhkan mu suatu saat nanti"

Kaito mengerjap, ia tak percaya sepertinya aku mengatakan hal itu. "Eh? Memangnya kenapa, Len?"

Aku beralih menatap kearah meja, meja itu memiliki ukiran pasir yang sangat indah-

"..aku hanya mendapatkan firasat buruk," Lalu dapat kurasakan aku tersenyum tipis

"Aku..hanya tak ingin gadis itu menderita lebih jauh lagi"

...

Normal PoV

Rin yang baru saja mengelap tangannya menghembuskan napas pelan,

Ia sangat senang hari ini, apalagi kakaknya tak kenapa napa

"Ugh.." Jauh di dalam dirinya, gadis itu masih menyalahkan dirinya

Tentang kejadian ketika Len kehilangan ingatan-

Hingga kemarin malam ketika dirinya dengan lemah tak bisa melawan orang orang jahat itu-

Ini semua salahnya..Len jadi menderita seperti ini-

"--!"

Lalu seketika, Rin tiba tiba menutup mulutnya, dadanya terasa sesak

"Uhuk-?!"

Kemudian, ia menatap kearah tangannya-

Ah-...

Cairan berwarna merah-
Dengan cepat ia mengusap mulut dan tangannya

Ada apa ini..? Rasanya, dadanya sedikit sakit-

.......

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dont Leave Me Alone [ Len and Rin fanfiction ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang