Part 7

2.1K 146 24
                                    

"Hai.." sapa cowok itu, bukan kepada kami tapi kepada Nazzan. Cowok itu bahkan mengusap kepala Nazzan.

"Hai" Nazzan menjawab sapaan cowok itu malu – malu dan itu membuatku sukses melongo. Astaga, ternyata Nazzan yang kelihatan cuek bahkan dingin pacaran sama-

*****

Oke, oke, ini mending kalau Nazzan pacaran sama Aldi atau mungkin Daffa tapi ini..., sama Genta.

Astaga ... ini Genta yang katanya Linda cowok paling berandal di sekolah lho, dan ternyata dia pacarnya Nazzan.

"Udah mbak, ditutup mulutnya, nanti kemasukan lalat lho..."

Ucapan Linda sukses menyadarkanku dari keterkejutanku dan langsung membuatku menutup mulutku. Aku bahkan tidak sadar bahwa sedari tadi mulutku terbuka.

"Dan lo berdua jangan pacaran di sini, bikin sakit mata tau nggak," sambung Linda yang diikuti anggukan Mila.

Nazzan yang mendengar ucapan Linda langsung salah tingkah berbeda dengan kekasihnya yang malah langsung membalas.

"Ye ... bilang aja lo iri, makanya cari pacar sono ... jangan bisanya gangguin orang aja,"

"Eh, seenak udel aja lo kalau ngomong. Gini-gini gue punya pacar ya, tapi masih tau situasi dan tempat. Gue cuma kasian sama temen gue yang masih jomblo ini," Linda membalas sambil menunjuk Mila dan Mila yang sepertinya belum sadar hanya mengangguk menyetujui.

Tapi beberapa detik kemudian..

"E ... eh, tunggu deh kok bawa-bawa gue sih," protes Mila setelah sadar.

"Lo kan Jomblo?"

"Ih.. gue nggak jomblo ya, cuma belum jadian aja."

"Sama aja dodol," Linda menoyor kepala Mila.

"Aduh, lo main noyor-noyor kepala orang aja. Dikira nggak pusing apa?" Mila balas menoyor Linda.

"Aduh...lha elo sama aja main noyor-noyor juga,"

Linda dan Mila ribut, Nazzan dan Genta juga sibuk berdua. Sedangkan aku melongo di tempat. Apa nggak ada yang sadar dengan keberadaanku ya?

"Ehmm...ehmm..." aku berdehem mencoba menyadarkan mereka akan keberadaanku dan berhasil.

"Hehehe.." Linda dan Mila cengengesan sedangkan Genta sepertinya terkejut karena baru sadar bahwa ada orang di depannya.

"Oh..hai, kenalin gue Genta. Lo pasti murid baru itu kan?"

Genta mengulurkan tangannya padaku yang langsung kubalas sambil menyebutkan namaku juga.

"Genta!!" teriakan seseorang yang memanggil nama Genta membuat semua orang di meja ini menoleh.

"Sini lo, dicariin, malah ternyata nyangkut disitu." Aldi, orang yang berteriak tadi kembali berbicara –kalau nggak mau dibilang teriak– dari tempat duduknya.

"Ribet lo," Genta balas berteriak.

Tetapi meskipun begitu dia tetap bangkit berdiri dan menuju ke tempat Aldi setelah sebelumnya berpamitan kepada kami dan mengacak-acak puncak kepala Nazzan. Saat itulah aku bertemu tatap dengan Daffa.

Kita bertatapan cukup lama yang akhirnya terputus karena aku yang mengalihkan pandangan terlebih dahulu. Kalau kalian tanya, tentu saja aku canggung dan salting. Hei, seseringnya aku dekat sama berbagai cowok, kalau ada yang natap aku intens tentunya aku salting dong, apalagi Daffa kan...kalian tau sendiri lah.

"Ekh...ehm.." deheman seseorang membuatku mendongak dan melihat ketiga teman baruku tengah menatapku intens.

"Udah selesai tatap-tatapannya?" Linda bertanya sedangkan Mila dan Nazzan tampak geli.

"Hah?" aku melongo.

"E..cie... Fira," Mila menggodaku.

"Wah... wah... ada apa nih antara anak baru sama most wantednya adinata?" Linda ikut menyahut.

"Apaan sih, nggak ada apa-apa juga." Aku menjawab acuh atau tepatnya berusaha acuh sambil menunduk memakan pesananku.

"Nggak ada apa-apa tapi kok pipinya merah," Linda membalas sambil tertawa begitu juga Mila.

"Udah, udah, buruan makan, keburu bel. Nanti kepalanya Fira bisa meledak lagi kalau kebanyakan digodain. Udah merah gitu juga." Nazzan menegur –meledek– yang akhirnya dituruti Linda dan Mila meski masih sambil cekikian.

*****

"Gue ke kamar mandi dulu ya, kebelet," pamitku pada ketiga temanku. Yah, Saat ini kita sedang berjalan menuju ke kelas setelah tadi terdengar bunyi bel.

"Eh, ya udah gue temenin," Mila menawarkan.

"Nggak usah, lo langsung balik aja. Nanti kalau gurunya masuk, tolong izinin." Aku menjawab sambil langsung berbalik pergi sebelum Mila sempat memprotes.

*****

"Duh, kayaknya gue telat deh," aku berucap sambil menunduk melihat jam di tanganku setelah keluar dari kamar mandi.

'Apa bolos aja ya?' pikirku sambil mendongakkan kepala.

Dan betapa terkejutnya aku ketika melihat Daffa saat ini tengah berjalan ke arahku. Aku yang berpikir bahwa Daffa akan ke kamar mandi pun hanya langsung berjalan melewatinya. Tetapi pikiran itu langsung terpatahkan saat aku merasa seseorang menahan lenganku dan langsung membalik tubuhku.

"Pipi lo kenapa?" Ucap Daffa tiba-tiba.

"Hah?"

"Pipi lo bengkak,"

"Eh.. e..enggak, perasaan lo aja kalik," aku berucap sambil mengarahkan pandangan ke arah lain.

'Sial, kok Daffa bisa nyadar sih, padahal Mila sama yang lain aja nggak nyadar'

Daffa menundukkan wajahnya ke arahku yang membuatku gugup.

"Lo...lo ngapain sih!" aku mendorong Daffa agar menjauh, tapi tak ditanggapi olehnya.

"Akh.. apaan sih" aku menampik tangan Daffa yang nangkring dengan seenaknya di pipi bengkakku dan membuatku meringis.

"Kemarin kayaknya pipi lo nggak kenapa-kenapa, ini kenapa bisa bengkak gini?"

Bukannya menanggapi ucapanku, Daffa malah bertanya sambil menatapku tajam.

"Bukan urusan lo," aku berucap acuh lalu melangkah meninggalkannya.

Tapi aku kembali terkejut saat tiba-tiba saja Daffa melangkah di sampingku dan langsung menarikku berbelok ke koridor lain yang berlawanan dengan arah kelasku.

"E..eh, lo mau bawa gue kemana? Ini jam pelajaran kalau lo lupa," aku berucap sambil berusaha menarik tanganku.

Daffa tidak menjawab tetapi hanya menatapku tajam dan itu sudah sukses membuatku hanya terdiam pasrah mengikutinya.

*****

Akhirnya bisa update juga setelah sekian lama😂😂

Maaf ya kalau bab ini mengecewakan dan semakin aneh🙇

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan comment😊

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang