[✨]
"Car, please sekali ini aja, ya ya?'' Gue menangkupkan kedua tangan di depan dada, memasang wajah paling memelas yang gue punha.
Hari ini tim basket sekolah gue mengadakan sebuah pertandingan kecil dengan sekolah lain. Tidak bisa disebut pertandingan sih, lebih tepatnya seperti latihan bersama.
Gue membujuk Carlin untuk menonton latihan ini. Tapi, sepertinya dia sama sekali tidak tertarik melihat kumpulan cowok-cowok yang saling berlarian untuk merebut satu bola dan mencetak poin.
"Car, ayolah! Pasti seru deh kalau lo nonton." Carlin hanya mengerling sekilas sebelum menukar pensil warna coklat di tangannya dengan warna biru langit.
Lalu, ia menggesek ujung karbon itu untuk mewarnai langit cerah diatas gambar pantai yang dibuatnya. Tanpa perlu repot-repot untuk menjawab ajakan gue.
Jahat sekali kamu, Car
"Males ah." Tukas Carlin yang membuat gue menjatuhkan kedua tangan di atas paha.
Gue menyerah.
Cewek ini benar-benar tidak tertarik.
Nghhh.
"Jahat lo!" Dan dia hanya mengangkat bahu tidak peduli.
Gue menghela nafas panjang. Kalau seperti ini, mau gue jungkir-balik pun rasanya Carlin tidak akan mengiyakan ajakan gue.
Emang dia nggak bosen mendekam di tempat seperti ini?
Rata-rata ya, cewek akan sangat bersemangat kalau diajak menonton basket.
Alasannya? Gampang, gue yakin lo pasti tahu (terutama kalian para cewek yang suka mencuci mata dengan cowok-cowok berseragam basket).
Gue sangat mudah mengetahuinya, ketika mereka mengibaskan tangan di depan wajah atau berbisik-bisik dengan pekikan tertahan bersama teman-teman mereka ketika anak-anak basket bermain.
Gue makin sadar kalau mereka nonton basket itu bukan karena emang benar-benar ingin menonton pertandingannya, tapi lebih ingin melihat para cogan-cogan yang keringetan. Walau nggak sedikit juga yang murni menonton untuk melihat permainannya.
Dan ketika gue melirik Carlin sekali lagi, gue sadar dia bukan bagian dari ''kebanyakan cewek-cewek itu".
Carlin itu....
Apa ya?
Yang jelas, di mata gue dia terlihat berbeda.
Tangan gue bermain-main dengan pensil warna Carlin. Menyusunnya sesuai warna, dari warna yang paling gelap lalu yang paling terang. Gue dan dia membisu cukup lama.
Dari luar, gue bisa mendengar keributan kecil yang menandakan tim basket sekolah gue dan tim lawan sudah datang.
Gue menoleh ke Carlin, hendak meminta izin untuk keluar.
Tapi, ternyata dia sudah memandangi gue lebih dulu dengan tatapan tak terbaca.
"Ya udah gue nonton." Gue sedikit merasa kalau dia mengatakannya dengan terpaksa karena melihat wajah menyedihkan gue.
"Seriusan?"Gue ingin memastikan. ''Nggak kepaksa, kan? Kalau lo nggak mau, ya udah nggak papa, Car.''
Tapi, dia menggeleng. ''Gue mau nonton, Cal.''
Gue berusaha menahan diri untuk tidak memeluknya karena perasaan bahagia yang benar-benar membuncah di dalam diri gue.
Sekarang, gue sangat yakin, senyum lebar gue terlihat begitu bodoh di depannya. "Lo harus nonton di kursi paling depan!"
"Mmm... gue nontonnya dari sini aja, ya?"
Gue menatap Carlin dengan bingung. ''Hah? Kenapa?''
"Iya gitu. Gue nonton dari pintu masuk.'' Carlin menunjuk pintu masuk lapangan indoor dengan telunjuknya.
''Nggak papa, kan?" Sorot matanya polos dan waswas.
Gue hampir memaksanya lagi untuk menonton langsung di lapangan bukan dari pintu masuk lapangan indoor.
Itu terdengar sangat aneh.
Kenapa?
Apa dia merasa segan dengan teman-teman gue?
Tapi, pada akhirnya semua pertanyaan itu hanya bisa gue simpan. Gue mengangguk mengiyakan, dan rasa waswas yang sempat muncul di mata Carlin hilang digantikan kelegaan yang kentara.
Ya udah sih.
Yang penting dia mau nonton gue main.
Nggak masalah mau darimana dia menonton.
[✨]
ettt... ini kayanya chap terpanjang deh wkwk.
btw...
LUKE TERLIHAT SGT SEKSI NGHHHH
KAMU SEDANG MEMBACA
lapangan ft. hood ✔
Fanfic❛❛Dan di lapangan indoor itu, Calum bertemu dengan sosok Carlin juga buku gambar yang selalu dibawanya.❞ ilustrasi cr. pinterest