[✨]
Setelah pertandingan, coach Kevin menyuruh tim basket untuk kumpul mengevaluasi jalannya pertandingan tadi. Itu yang membuat gue yang sudah memanggul tas berbalik kembali untuk duduk lagi bersama yang lain.
Secara garis besar, perfoma tim dinilai bagus. Nggak sia-sia buat gue sama yang lain tiap minggu latihan sampai tiga kali. Mana tiap salah dikit atau kehilangan fokus suka diteriakin sama pelatih lagi. Untung kuping gue sampe sekarang masih sehat walafiat.
Coach Kevin pun memuji gue karena dari 54 skor yang diperoleh, gue berhasil menyumbangkan 35 skor.
Hebat, kan?
Kurang apalagi aku buat jadi pacar kamu?
Eakss
''Ya udah, lo pada boleh pulang. Istirahat. Besok nggak usah latihan deh, gue yakin lo semua pasti capek.''
Vernon yang ada di sebelah gue sontak menabok punggung gue sambil berseru yes. Iya, dia pasti seneng. Soalnya besok malem minggu, jadi dia bisa jalan-jalan bareng doi-nya.
Gue yang jomblo bisa apa?
Bisa mendoakan biar hujan dong NGAHAHA
Setelah coach Kevin menutup evaluasinya dengan doa. Kami semua berdiri dan membentuk lingkaran kecil, lalu menumpuk tangan kanan di tengah-tengah lingkaran.
Kemudian seperti yang selalu kami lakukan sehabis latihan, kami pun bersorak, ''96 96 96 JAYA!!'' Sangat keras sampai membuat kuping gue berdenging untuk beberapa detik.
96 itu nama tim basket sekolah gue. Dulu, hampir dinamain 69, tapi karena terlalu vulgar (hkmm) jadinya angkanya dibalik.
Gue segera meraih tas, memanggul satu talinya di bahu kanan. Yang ada di pikiran gue sekarang adalah; menuju lapangan indoor secepatnya untuk menemui Carlin.
Masa bodoh dengan anak-anak lain yang sibuk berdiskusi menentukan tempat tongkrongan mana yang akan kami gunakan untuk merayakan kemenangan hari ini.
Seseorang mencolek bahu gue dari belakang, sontak membuat gue berbalik. ''Heh? Jenna?''
Seorang cewek dengan rambut berpotongan pendek kini berdiri di depan gue dengan senyum kecil.
Dia Jenna, tambahan: dia pacarnya Jackson sekaligus sepupu jauh gue.
''Tumben lo ngikut Jackson." Tambah gue sambil mengerutkan dahi.
Setahu gue, Jenna paling nggak suka diajak basket sama Jackson. Bahkan, waktu tanding beberapa minggu lalu, dia nggak nonton dengan alasan: mager & nggak guna.
Jenna mengangkat bahunya tak acuh sebelum menjawab. "Dipaksa Jackson. Lagian gabut, ya udah nonton. Sekali-kali nggak papa, kan?''
Kemudian, mata Jenna melirik tas ransel yang sudah nangkring asoy di bahu gue. ''Udah mau balik lo?''Gue mengangguk sekali sebagai jawaban.
''Ya udah ya, gue balik.'' Pamit gue sambil menepuk-nepuk bahunya.
Mungkin tepukan gue itu cukup keras karena Jenna sampai meringis dibuatnya. Sejurus kemudian, cewek itu membalasnya dengan menabok belakang kepala gue.
''Anjing! Sakit tolol.'' Mulut gue kelepasan memanggil anjing. Gue memegang bagian belakang kepala yang berdenyut-denyut dan menatap Jenna dengan sinis.
Ini gue udah goblok, abis ditabok Jenna bisa-bisa makin goblok lagi sampai nggak bisa baca alfabet.
''Bodo.'' Jenna berbalik angkuh mendekati Jackson yang tampak sedang menunggunya, sebelum itu dia sempat menjulurkan lidahnya ke gue.
Syaland
Untung sepupu :)
Masih dengan kepala yang berdenyut-denyut sehabis ditabok badak (re: Jenna) gue pun melangkah menuju gedung indoor. Menghiraukan beberapa anak yang bertanya kemana gue akan pergi.
[✨]
KAMU SEDANG MEMBACA
lapangan ft. hood ✔
Fiksi Penggemar❛❛Dan di lapangan indoor itu, Calum bertemu dengan sosok Carlin juga buku gambar yang selalu dibawanya.❞ ilustrasi cr. pinterest