Tanpa kehadiran pengantin pria tak mungkin pernikahan bisa dilangsungkan. Kekacauan terjadi saat para tamu berupaya mengambil kembali uang dan kado mereka.
Kesadaran Raka tersentak tatkala Sukaesih menarik lengannya dengan kuat. Tidak cukup kuat untuk membuat lengan kekar itu bergoyang. Demikian kuatnya ibarat dahan sebuah pohon jambu.
Perempuan muda itu kini menggunakan kedua lengannya untuk menarik lengan Raka secara paksa.
Selampe berisi uang untuk kado Anita dia titipkan ke Pendi, lelaki yang bisanya cuma bengong dan bengong dalam menyikapi selintas drama kehidupan yang terpapar di depan matanya.
“Kamu harus berbuat sesuatu untuk menolongnya, Raka!” desak Sukaesih.
“Tak ada yang bisa kulakukan selain memberi sedikit kado itu untuknya, Esih. Kau tahu, aku bahkan tak diundangnya!”
“Untuk saat ini Anita tak butuh uang. Ia butuh bantuanmu, butuh kehadiranmu, Raka.”
“Aku sudah berada di sini.”
“Jangan pergi dulu, kamu harus menemuinya. Sekarang!”
Sementara itu dari pelantang terdengar pengumuman;
“Bapak-bapak, Ibu-ibu, dan hadirin undangan terhormat, dimohon tenang…. mohon tenang…!!!”
Nada bicara orang di pelantang itu semakin keras dan sekarang ada nada kepanikan terselip di dalamnya. Sedangkan Sukaesih mencoba menarik Raka lebih mendekat mulut aula, disusul Pendi yang tetap menggenggam selampe,ikut begitu saja. Dua tabung bambu yang telah kosong tetap berayun di pundak Raka.
Inilah puncak yang terdengar dari pelantang itu kemudian;
“Kepada hadirin mohon maaf kami sampaikan… pesta pernikahan ini kami batalkan karena ketidakhadiran calon pengantin pria… Sekali lagi, mohon maaf….!!!”
Ibarat bom teroris yang diledakkan seketika, dalam hitungan detik terjadi kekacauan yang tak pernah terbayangkan imajinasi liar para tamu undangan terhormat itu.
Mereka menyerbu makanan dan minuman untuk pesta tanpa basa-basi tanpa ada yang mengomando.
Hal yang paling mencengangkan terjadi tatkala para tamu undangan terhormat itu menyerbu kotak amplop berisi uang yang mereka masukkan sebelum memasuki aula tadi atau menyerbu tumpukan kado berupa barang yang tadi mereka berikan!
Dua kotak kado di kiri dan kanan pintu masuk dan tumpukan kado di dekat panggung pengantin menjadi serbuan berpuluh-puluh tamu undangan. Mereka ingin mendapatkan kembali amplop dan kado yang telah diberikan kepada pengantin itu.
Sukaesih dan Pendi terdorong keras sampai jatuh terjerembab, terlepas dari lengan Raka yang dituntunnya.
Suasana semakin tak terkendali ketika orang-orang mulai berebut dua kotak berisi uang itu, seperti burung pemakan bangkai mengoyak bangkai banteng. Bahkan yang tidak merasa memberi amplop pun, kini ikut-ikutan menyerbu, memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.
Raka tidak tahu harus berbuat apa selain menjauhi mulut aula, menjauhi kekalutan itu.
Sukaesih mencoba menerabas masuk ke dalam aula di tengah air bah orang-orang yang justru menyerbu ke luar, berusaha merebut amplop miliknya sendiri yang tadi telanjur dimasukkan ke dalam kotak.
Pendi tetap saja terbongong-bengong. Sukaesih ingin memastikan Anita masih aman di ruang ganti pengantin sana. Tetapi ia justru gagal membawa Raka masuk ke dalam untuk menemui Anita.
Dengan sekuat tenaga dan susah payah, Sukaesih berhasil menerabas masuk ke kamar rias pengantin perempuan. Raka yang kini tercecer entah di mana, mungkin masih menunggu di luar sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anita : Tragedi Perawan Desa
Chick-LitSebuah kisah Romansa Dan Dendam seorang wanita cantik dari desa