Naomi...

961 131 7
                                    

Veranda melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Sesekali ia menghubungi ponsel Naomi namun nihil, Naomi masih tidak mengangkat telfonnya. Veranda berdecak kesal lalu memukul stir beberapa kali. Tidak biasanya ia gelisah seperti ini, entah kenapa perasaannya mendadak tidak enak. Ketakutan yang sebelumnya ia rasakan kini menjadi berlipat-lipat rasanya.

Veranda menarik napas dalam dan dihembuskan keras berusaha untuk tetap tenang. Sudah hampir tiga jam ia berkeliling mencari mobil Naomi. Sebelumnya ia memang sudah mengunjungi kantor Naomi tetapi Naomi belum masuk, padahal jam masuk Naomi sudah terlewat. Tidak biasanya Naomi telat masuk kantor hampir satu jam lebih seperti ini. Dalam hati ia terus berharap tidak akan ada hal buruk yang terjadi pada Naomi.

Karena tak kunjung menemukan Naomi, Veranda memutuskan untuk kembali ke kantor Naomi barang kali Naomi sudah sampai di kantor. Mobil Veranda berhenti tepat di depan kantor Naomi. Ia turun dari mobil dan langsung berlari kecil masuk ke dalam kantor. Sambil berlari, ia mengedarkan pandangan ke sekeliling. Jantungnya berdetak sangat kencang saat mengetahui tidak ada mobil Naomi yang terparkir disini.

"Shinta Naomi," Veranda menghentikan ucapannya untuk mengatur nafasnya yang sudah sangat tersenggal, "apa dia sudah masuk?" tanyanya pada salah satu teman Naomi.

Pemuda itu menatap Veranda dengan tatapan Iba. Veranda menyipitkan matanya menyadari ada kejanggalan dari tatapan pemuda itu. Ia berdehem pelan, "Maaf, saya bertanya pada anda."

"Mobil Shinta mengalami kecelakaan. Jasadnya sudah ditemukan dan saat ini ada di rumah sakit."

Veranda menggeleng tidak percaya lalu tertawa kecil, "Leluconmu sangat lucu."

"Aku tidak sedang bercanda, nona. Kami pihak ke Polisi an sudah memeriksa mobil beliau."

Tubuh Veranda mendadak lemas, tangan dan lututnya bergetar hebat. Ia menggeleng-gelengkan kepala tidak ingin percaya dengan apa yang pemuda itu ucapkan. "Katakan, dimana Naomi?"

"Jasad Naomi sudah ada di rumah sakit."

"Jasad?!" tanya Veranda berteriak keras, "apa maksudmu?!"

"Itu mobil Shinta Naomi, bukan?" Pemuda itu mengangkat tangannya menunjuk pada Mobil Naomi yang sudah sangat hancur di parkiran, "kami sudah membawa mobilnya."

Veranda menjuruskan pandangannya pada mobil itu. Matanya memicing memperhatikan plat nomor mobil itu. Benar, itu mobil milik Naomi. Veranda kembali menatap pemuda itu dengan tatapan sedikit tajam, "Dimana Naomi?!"

"Saya sudah mengatakan, jasad Shinta Naomi ada di Rumah Sakit Bumi Kencana."

Tanpa berpikir lagi, Veranda langsung berlari memaksakan lututnya yang bergetar hebat.

***

Veranda berjalan cepat menyelusuri koridor rumah sakit. Gemuruh jantungnya kian terdengar sangat keras mengikuti langkah kakinya yang semakin cepat mengarah pada ruangan yang ditunjukan suster tadi.

Langkahnya terhenti saat melihat seorang yang sudah tidak asing berdiri tepat di depan pintu. "Sinka?"

Sinka menoleh menatap Veranda dan langsung menubrukan tubuhnya pada Veranda. Dalam sekejap, isak tangisnya mulai terdengar.

Veranda meneguk ludahnya dengan susah payah. Tangannya yang bergetar berusaha terangkat untuk membalas pelukan Sinka. Keringat dingin mengalir deras membasahi pelipis dan lehernya. Sampai detik ini tubuhnya masih membeku dalam pelukan Sinka, suaranya menghilang entah kemana, ia tidak punya tenaga sedikitpun. Bernafaspun rasanya sangat sulit.

"Ci Omi meninggal," lirih Sinka mengeratkan pelukannya pada Veranda

Tangan Veranda terhempas begitu saja kebawah. Ia mengerjap beberapa kali memaksakan matanya agar tetap terbuka. Namun yang terjadi malah sebaliknya, bumi seolah berputar dari pandangannya hingga tak butuh waktu lama, tubuhnya langsung ambruk kebawah.

Waktu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang