Hujan baru saja berhenti, menyisakan genangan pada setiap jalan yang terkikis. Veranda berdiri di belakang Taman Rumah, memandang pada sisa gemircik air yang turun dari sela-sela genting rumah. Mendadak gema suara langkah kaki masuk kedalam Indra pendengarannya, ia berbalik mendapati Naomi sedang berjalan kearahnya
"Baru pulang?" Tanya Veranda berjalan beberapa langkah agar bisa berhadapan dengan Naomi
"Iya" Jawab Naomi singkat mengalihkan pandangannya kedepan, ia mengembuskan napas berat seraya memasukan kedua tangan kedalam saku Jaketnya, "Dingin sekali"
Veranda mengangkat bahu, memandang kearah yang sama. Sekilas ia melirik pada Naomi yang sepertinya terlihat kedinginan lalu kembali memandang lurus kedepan. "Aku buatkan coklat panas, mau?"
Naomi menoleh kearah Veranda kemudian menurunkan kedua tangan dari saku jaket, "Sejak kapan disini?"
"Sebelum hujan turun, jam delapan pagi" Jawab Veranda tanpa menatap Naomi. Ia bergedik, memang cuaca sore ini terasa sangat dingin
"Aku membuatkan makanan untuk mu" Ucap Veranda setelah hening beberapa detik. Namun ia masih tidak mengalihkan pandangannya dari Taman
"Tidak perlu seperti ini, kau bukan asisten yang setiap hari harus membuatkan makanan untukku"
Veranda memutar bahunya menghadap Naomi yang saat ini sudah menatap kearahnya, "Aku belajar masak untukmu"
"Kenapa? Kau tidak perlu repot-repot, aku bisa membuatnya sendiri"
Veranda mendengus sambil merangkul bahu Naomi dan mulai berjalan menuju dapur, "Aku mencintaimu"
Naomi memilih untuk diam lalu duduk dikursi meja makan, ia bersandar memandangi Veranda yang sedang memasukan nasi dan beberapa lauk pauk kedalam piring yang langsung diberikan kepadanya. Tanpa ingin membuka bahan pembicaraan lagi, ia mulai memasukan sesuap nasi kedalam mulutnya.
"Hari ini lelah?" Tanya Veranda sambil menyimpan segelas airputih disamping piring Naomi lalu duduk, menjuruskan pandangannya pada Naomi
"Tidak terlalu" Jawab Naomi masih mengunyah masakan. Dahinya berkerut merasakan Ayam Goreng buatan Veranda, rasanya seperti bongkahan garam yang berbentuk ayam(?) Segera ia mengambil airputih dan langsung meminumnya
"Kenapa? Tidak enak? Maafkan aku, aku akan belajar lagi"
Naomi menggeleng pelan, "Tidak, ini enak. Terima kasih" balasnya berbohong. Ia memberikan seutas senyum sebelum akhirnya kembali memakan nasi itu, "Aku menyukainya"
"Benarkan?" Veranda menyimpan kedua tangannya dimeja, wajahnya langsung berbinar mendengar pujian Naomi
Naomi mengangguk mantap, masih mengunyah nasi dan Ayam itu dengan ekspresi wajah yang dibuat sesenang mungkin. "Ini masakan terlezat yang pernah aku mekan selain buatan Ibu ku, kau pandai memasak, Jessi"
Veranda bertepuk tangan karena merasa sangat senang, senyumannya semakin lebar seiring dengan Naomi yang terlihat sangat bersemangat melahap semua masakannya. Selang beberapa detik, senyumannya pudar ketika mengingat sesuatu. Ia menghela napas kasar, "Ini sudah empat bulan tapi kita belum bisa menemukan siapa pembunuh itu"
Naomi tergelak dan langsung menghentikan makannya, "Kita tidak bisa mendapat petunjuk apapun"
Tiba-tiba Veranda ingat sesuatu, "Aku menemukan sebuah brangkas yang tersimpan di Gudang rumah, tapi aku tidak bisa membukanya"
Mata Naomi memicing, detik berikutnya ia menggerogoh saku celana meraih sebuah ponsel untuk membuka foto yang pernah ia ambil beberapa bulan lalu. Setelah menemukan foto itu, ia langsung menunjukannya pada Veranda, "Ini nomer yang aku temukan, apakah ini kode dari berangkas itu?"