4

9.1K 557 6
                                    

"Selamat pagi.."sapa Caleb ketika Ariana sudah keluar dari kamarnya dengan gaun biru lembut dan rambut berkepang rapi. Caleb memandangnya dengan senyum dan tampak terpesona.

"Selamat pagi..."

"Kau mau sarapan denganku?"

"Ya.."sahut Ariana menyelipkan tangannya ke dalam lengan Caleb dan berjalan menuju ruang makan.

Mereka berjalan dalam diam hingga tiba di pintu coklat besar yang di jaga dua orang prajurit. Salah satu prajurit segera membukakan pintu. Caleb menarik sebuah kursi dan Ariana duduk sambil mengucapkan terima kasih padanya. Lalu Caleb mengambil posisi duduk di seberang Ariana. Beberapa pelayan masuk membawakan keranjang berisi buah-buahan dan roti, sementara yang lainnya membawa telur, daging dan makanan lainnya. Ariana terpana melihat sarapan mewah di hadapannya, di rumahnya dulu ia hanya makan roti dengan susu dan baginya itu sudah sangat istimewa. Ariana mengambil roti dan telur lalu mulai menyantapnya. Terus memakannya hingga habis dan saat ia mengambil telur kembali, ia baru menyadari mata Caleb yang tertuju padanya. Ariana memandangnya dengan sorot mata bertanya.
"Apa aku melakukan suatu kesalahan?"

Caleb tersenyum. Ia menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku hanya sedang mengagumi dirimu..."

"Aku?"

"Ya, kau. Kau sangat cantik. Matamu....rambut indahmu....kau sangat cantik, Ariana."

Ariana merasa wajahnya panas dan tersenyum malu. 

"Dan aku menyukai pipimu yang memerah, karena aku..."

Ariana merasa salah tingkah dan hanya melanjutkan makannya dalam diam. Mencoba mengatasi rasa gugupnya namun tidak bisa. Ia tak berani makan dengan lahap lagi karena masih merasakan mata Caleb yang menatapnya. Dan hal itu semakin membuat wajahnya memerah. Caleb tersenyum melihat Ariana.
Beberapa saat kemudian seorang pria berambut hitam dengan pakaian ksatrianya masuk berjalan mendekat ke tempat Caleb duduk. Berdiri hingga Caleb menyadari kedatangannya dan menoleh.

"Yang Mulia, latihan Anda akan segera di mulai 20 menit lagi."

"Baik, sebentar lagi kami selesai sarapan dan akan segera ke lapangan."sahut Caleb.

Pria itu membungkuk memberi hormat dan berjalan keluar. Lalu Caleb melambaikan tangannya agar para pelayan bisa membereskan meja makan. Caleb berdiri dan membantu Ariana bangun dari kursinya. Menawarkan lengannya dan berjalan keluar ruang makan

"Apa kau mau melihat aku latihan?"

"Dengan senang hati..."

Caleb tersenyum kecil. "Bagus,''sahutnya seraya berjalan menuju ruangan. "Tunggulah sebentar di sini."

Ariana menunggu di luar ketika Caleb masuk ke dalam ruang ganti dan tak lama kemudian Caleb keluar dengan pakaian hijaunya serta sepatu bot hitam. Caleb meraih tangan Ariana dan berjalan menuju lapangan tempat para ksatria berlatih hingga mereka tiba di sebuah gudang yang menyimpan banyak senjata seperti pedang, tombak dan panah dengan anak panahnya. Caleb menatap Ariana seraya berkata, "Maukah kau membantu aku memilih sebuah pedang?"

Ariana menoleh memandang Caleb dengan terkejut. "Aku?"

Caleb tertawa melihat Ariana yang terperangah. "Ya...kau..."

Ariana melangkah mendekati tembok di mana banyak pedang tergantung di sana dan memilih satu yang terdekat lalu membawanya pada Caleb. Caleb mengambil dan tampak menimbang seraya sedikit mengayunkan pedang itu. Ia menyunggingkan senyum.

"Apa pilihanku tepat?"

"Tidak, pilihanmu tidak tepat,"sahut Caleb terkekeh. "Pertama, pedang ini tidak memiliki panjang seperti lenganku dan ke dua, pegangannya terlalu panjang untukku."

Ariana kembali mengambil pedang itu. Mengembalikan pada tempatnya lalu mulai memperhatikan pedang lainnya seraya melihat lengan Caleb. Ia mengambil satu dengan ragu dan membawanya. Caleb menerima dan mencoba memegang pedang itu. Lalu ia tersenyum puas.

"Sudah benarkah pilihanku kali ini?"

"Ya, sempurna!"ujar Caleb

Caleb mengajak Ariana berjalan menuju tepi lapangan. Menyuruhnya duduk di sebuah bangku. Dan ia melangkah menuju tengah lapangan di mana sudah ada seorang pria berdiri menunggu. Mereka berbincang sebentar dan mulai mengambil posisi. Latihan pun di mulai. Ariana melihat pria itu cukup mahir namun tidaklah semahir Caleb. Caleb terus melawan dengan berputar dan mengayunkan pedangnya hingga pria itu nyaris terjatuh. Caleb memegang lengan pria itu agar tidak jatuh dengan napas terengah dan penuh peluh. Caleb kembali berlatih dengan pria lainnya hingga hari semakin siang dan latihan pun selesai.

Lalu Caleb mengajak Ariana makan siang dan menghabiskan waktu berdua di perpustakaan. Membaca dan membahas buku yang mereka minati. Menceritakan masa kecil serta impian mereka. Ketika hari sudah sore, Caleb mengajak Ariana untuk kembali piknik di padang rumput seraya menatap langit gelap dengan bintangnya. Ariana menyetujui usul Caleb dan membantunya memasukkan beberapa makanan ke dalam keranjang. Lalu mereka berjalan menuju padang. Duduk di bawah sebatang pohon dan menatap langit yang mulai gelap dengan beberapa kilau bintangnya.

"Aku belum mengucapkan terima kasih karena kau sudah menyelamatkan aku dari Sir James hari itu, juga membantu menjauhkan dia dariku.."ujar Ariana.

"Kau tidak perlu berterimakasih. Ini tanggung jawabku, aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika aku tidak menyusulmu..."

"Kenapa kau merasa bertanggung jawab padaku?"tanya Ariana seraya menatapnya.

"Aku tak tahu. Aku merasa aku harus menjagamu sejak pertama melihatmu. Aku ingin melindungimu, membuat kau nyaman dan bahagia dan...aku mencintaimu."ujar Caleb menoleh dan menatap Ariana dengan sungguh-sungguh. Ariana merasa jantungnya berdebar cepat saat mata Caleb bertemu dengan miliknya. Mata biru indah itu semakin mendekat dan lalu bibir mereka bersentuhan dalam ciuman lembut.

Ariana merasa seakan ada banyak kupu-kupu yang menari dalam dirinya. Ia merasa nyaman dalam pelukan dan ciuman Caleb. Ariana dapat merasakan bibir Caleb yang tersenyum saat menciumnya. Lalu Caleb menatapnya dan mereka tertawa bersamaan.

"Aku juga mencintaimu, Caleb..."

To be continue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



To be continue

Queen Of My Heart (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang