Hatiku mendadak menjadi gundah. Apa yang sudah aku dengar barusan benar-benar membuat aku bingung. Jantungku berdetak kencang saat Mama memintaku untuk segera menikah dan aku nyaris tidak punya pilihan lain. Dan tidak pernah aku merasakan kebingungan seperti ini.Tadi sore, Mama memanggilku ke kamarnya untuk membicarakan hal penting. Mama memanggilku saat aku sedang asyik melanjutkan menulis Novelku di kamar.
Aku adalah seorang Novelis meskipun tak begitu dikenal banyak orang. Hanya sekedar hobi yang aku jalankan. Dan aku langsung menghampiri Mama. Mama sudang berbaring di kamarnya karena sudah lumayan lama Mama sakit dan sakitnya bisa dibilang parah.
"Ada apa Ma", sapaku ketika membuka pintu kamar Mama.
"Andien, kemarilah duduk bersama Mama. Ada yang ingin Mama bicarakan sama kamu", kata Mama dengan wajahnya yang masih pucat saja. Mama mengidap penyakit Kanker otak yang sudah kronis, bahkan dokter memprediksi waktu Mama sudah tidak lama lagi di dunia ini. Maka sebisa mungkin, aku ingin selalu membahagiakan Mama. Aku segera menghampiri Mama.
"Dien, Mama tahu umur Mama sudah tidak lama lagi, dan kamu sudah dewasa. Mama senang sekali masih bisa merawat kamu menjadi wanita yang sukses dan cantik seperti ini sampai akhir hayat Mama"
"Mama.. Jangan bilang seperti itu, Mama akan baik-baik saja Ma. Andien dan Papa akan terus berusaha agar Mama bisa sembuh total", kataku pada Mama.
"Dien, penyakit Mama sudah terlalu parah, dan Mama ingin sekali melihat kamu menikah. Kamu sudah dewasa, sudah cukup untuk menikah. Mama ingin melihat kamu jadi pengantin sebelum Mama benar-benar meninggalkan kamu", kata Mama terbata-bata.
"Ma, mama jangan ngomong seperti itu, Mama pasti bisa melihat Andien nikah Ma, mama pasti masih bisa sembuh", kataku menenangkan Mama.
"Kamu sudah punya pacar?", Tanya Mama kemudian. Aku tidak tahu harus menjawab apa.
"Kenapa Mama Tanya seperti itu?"
"Kalau kamu sudah punya pacar, mintalah dia agar segera melamarmu, tapi jika masih belum ada calon, Mama dan Papa berencana menjodohkan kamu dengan anak sahabat Papa. Hidupnya juga sudah mapan. Dien, mama harap kamu pikirkan tawaran mama, ini permintaan terakhir mama Din", pinta mama dan aku benar-benar tidak tega melihat mama karena meskipun aku selalu menguatkan mama dengan berkata penyakit mama akan sembuh, tapi aku sendiri tidak begitu yakin akan kesembuhan itu.
Dan mama akan menjodohkan aku, aku jadi teringat pada Fajar yang baru beberapa bulan ini menjalin hubungan special denganku.
Aku sangat mencintainya bahkan kitapun berencana untuk menikah dan apakah aku bisa mencintai orang yang akan dijodohkan denganku?
Aku tidak begitu yakin itu.
"Ma, Andien minta waktu untuk memikirkannya ya ma. Secepatnya Andien akan putuskan Ma. Andien janji", kataku meyakinkanku. Yang aku bingungkan, maukah Fajar melamarku secepatnya?
"Terima kasih Dien. Salamkan salam Mama untuk dia jika kamu memang sudah punya pacar", kata Mama kemudian dengan tersenyum.
Usai berbicara dengan Mama, terfikirkan olehku aku harus segera menemui Fajar karena aku sudah tidak punya waktu banyak untuk menunda-nunda ini.
Selang beberapa menit setelah aku keluar dari kamar Mama, sebuah mobil berhenti di depan rumah dan Papa datang. Dan begitu papa datang, papa langsung memintaku duduk di ruang tamu.
"Dien, Mama sudah tidur?"
"Baru saja Andien dari kamar Mama. Mama belum tidur pa.", jawabku singkat.
"Kita ke ruang tamu, ada yang ingin Papa bicarakan". Aku dan papapun menuju ruang tamu menyusul Papa.
"Dien, tadi siang Papa bawa Mama check Up ketika kamu sedang ke kantor. Dan papa mendapat kabar buruk dari dokter. Kondisi mama tidak semakin membaik, bahkan semakin buruk saja Din. Papa takut waktu mama sudah tidak lama lagi", kata Papa memelas menceritakan kondisi Mama yang semakin parah.
Tak terasa air mataku yang sedari tadi kubendung saat berbicara dengan Mama menetes.
"Lalu kita harus bagaimana Pa? Apa dokter tidak bisa menyembuhkan? Apa tidak ada obat yang bagus yang bisa menyembuhkan Mama?", tanyaku panik.
"Dien, dokter bilang tidak bisa melakukan apa-apa dengan kondisi mama kamu yang semakin melemah. Dokter hanya memberinya obat dan obat itu sudah yang paling bagus. Dan dokter bilang, kita harus terus membuat mama kamu senang, bahagia agar semangatnya untuk hidup semakin kuat dan bisa membuat kondisi Mama membaik meskipun belum bisa sembuh total. Jika mama tidak lemah seperti ini lagi, dokter menyarankan agar mama langsung di bawa ke Singapur. Saat ini, dengan kondisi Mama seperti itu, dokter tidak bisa membawa mama ke Singapur.". Remuk rasanya badanku mendengar kabar itu. Aku sungguh sangat bingung. Mama yang sangat aku banggakan selama ini, tergeletak tak berdaya menunggu waktunya. Oh, Tidak.. Aku tidak bisa terus-terusan melihat Mama seperti itu.
"Dien, sepanjang perjalanan tadi siang ke rumah sakit, mama sempat meminta sesuatu pada Papa. Mama bilang itu permintaan terakhir Mama Dien. Mama ingin melihat kamu menikah" kata papa kemudian.
"Andien sudah tahu Pa, baru saja Mama memanggilku dan membicarakan hal itu pada Andien", jawabku terisak.
"Lalu apa jawabanmu Dien? Kamu mau kan Dien? Mama dan Papa berencana menjodohkan kamu dengan sahabat Papa. Ini untuk mama, untuk kesembuhan Mama"
"Tapi Pa, Andien butuh waktu. Tadi Andien sudah bilang sama Mama, Andien minta sedikit waktu."
"Dien, kita tidak punya banyak waktu. Kita harus bisa bergerak cepat agar mama kamu bisa lebih semangat dan pengobatan itu bisa cepat dilakukan sebelum terlambat. Tolong kali ini kamu jangan egois. Mama tidak pernah melarang setiap apa yang kamu mau. Mama tidak pernah minta apa-apa dari kamu. Sekarang waktunya kamu menuruti kemauan Mama".
Aku terdiam dan tangisanku semakin menjadi karena semua musibah yang menimpaku. Papa hanya menepuk pundakku dan aku tahu Papa sama sedihnya denganku. Papa sangat mencintai Mama, dan Papa pasti sama terpukulnya denganku saat mendengar kabar buruk ini.
"Pikirkan baik-baik Dien, kita tidak boleh egois, ini untuk Mama, dan Mama Papa tidak mungkin menjodohkan kamu dengan sembarang orang. Papa tahu ini sangat berat untuk kamu tapi tolong dengan sangat, jangan terlalu lama ambil keputusan. Papa mohon Dien", kata Papa sampai memohon padaku.
Aku merasa tak berdaya lagi, seolah tak ada tenaga lagi untuk berdiri.
Bagaimana tidak?
Mama yang selama ini sangat memanjakan aku, sekarang tergeletak tak berdaya dan aku belum bisa membahagiakan mama sampai sekarang. Dan aku teringat kembali permintaan mama tadi.
Aku harus segera menemui Fajar agar dia mau secepatnya melamar aku sebelum mama dan papa menjodohkan aku dengan laki-laki pilihannya.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Demi Mama
RomanceSaat anak mengorbankan perasaan untuk sang Mama untuk menikah dengan seorang pria pilihan