Ajisaka Sraya

1K 24 0
                                    

Pendahulu

Ajisaka-Sraya
Oleh: Aradea Rofixs

Dalam peradapan awal kehidupan manusia, banyak cerita-cerita dan falsafah kehidupan yang tak tergali. Bahkan untuk memastikan kapan permulaan peradapan; seperti kerajaan dan sebagainya pun seakan hilang tak terlacak oleh sejarah. Semua hanya kira-kira, terutama oleh kaum arkeologi yang dapat menebak “kapan kira-kira tahunnya peradapan itu dimulai”. Konon, sebelum bangsa Arya dari Persia pada 2000 sm datang ke dataran lembah Hindus, disana telah ada kehidupan yang telah berjalan berabad-abad lamanya. Yakni suku Daravidia yang notabene masih Bar-bar, mereka adalah para pemuja Pahallus, kejayaan peradapan mereka disebut kebudayaan Harappa. Dan, kemudian di jelaskan dalam kitab vedha, suku Daravidia lebih disebut dengan suku maya, sementara para pasukan suku Arya lebih di cenderungkan sebagai pasukan Indra yang bersenjatakan petir dan mampu mengubah kebencian menjadi cinta. Mereka hidup berdampingan yang hanya di batasi oleh sungai besar adalah gangga, dan oleh suku Daravinda lingkungan suku Arya disebut “khayangan” atau parahiyangan adalah lazim disebut tempat para Dewa bersemayam.

Dengan dibatasi oleh aliran sungai Gangga yang panjang dan bukit serta gunung-gunung menjulang mereka hidup damai dalam kelompok masing-masing. Namun seiring bergulirnya waktu setelah berabad-abad lamanya, sedikit demi sedikit di antaranya ada yang terjalin dalam perkawinan, bukan hanya dalam keturunan saja namun juga dalam bidang ilmu pengetahuan ataupun ilmu jaya kawijayan. Maka kemudian di sini, lahirlah kebudayaan baru yang disebut peradapan Troya dan berdirilah kota Mahenjondra sebagai bukti besar  peradaban mereka yang memang pernah ada, lalu kemudian menyusul kota-kota purba lainnya disepanjang aliran sungai Hindus yang kemudian lebih dikenal dengan kebudayaan Hindus, sebagai wakil dari dua kota ditepinya.

Dari situlah kemudian para pemikir-pemikir suci yang lebih dikenal dengan sebutan Resi dilahirkan. Dan kemidian, Zaman itulah yang disebut sebagai zaman vedha. Zaman dimana mulai dikumpulkan-nya wahyu-wahyu yang berserakan di sepanjang lembah Hindus. *1) Karena, Kitab Vedha itu disusun dalam masa yang amat panjang dan berabad-abad lamanya, yang mana nilai-nilai spiritual keagamaan serta tuntunan dalam kehidupan banyak bermunculan. Namun, Dharma didalam susastra suci tersebut, vedha merupakan yang paling tua dan lengkap, yang di ikuti dengan Upanishad sebagai susastra dasar yang sangat penting dalam mempelajari filsafat Hindu. Sedang sastra lainnya yang menjadi landasan penting dalam ajaran Hindu adalah Tantra, Agama, dan Purana serta kedua Itihasa (epos), yaitu Ramayana dan Mahabharata. Sedangkan Bhagawadgita adalah ajaran yang dimuat dalam Mahabharata, merupakan susastra yang dipelajari secara luas, yang sering disebut sebagai ringkasan dari Vedha.

Sekedar kalian tahu, Hindu meliputi banyak aspek keagamaan, tradisi, tuntunan hidup, serta aliran/sekte. Umat Hindu meyakini akan kekuasaan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Brahman dan memuja Brahma, Wisnu atau Siwa sebagai perwujudan Brahman dalam menjalankan fungsi sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur alam semesta dan seorang Resi atau Raja adalah sebagai perwujudannya. Vedha merupakan kitab suci yang menjadi sumber segala ajaran agama Hindu yang merupakan kitab suci tertua di dunia, karena umurnya setua umur agama Hindu itu sandiri. Wedha atau Vedha berasal dari bahasa Sanskerta. Yaitu dari kata vid yang berarti "tahu". Kata Vedha berarti “pengetahuan”. Para Maha Resi yang menerima wahyu Vedha jumlahnya sangat banyak, namun yang terkenal hanya tujuh saja yang disebut Saptaresi. Ketujuh Maha Resi tersebut yakni:
Resi Gritsamada
Resi Wasista
Resi Atri
Resi Wiswamitra
Resi Wamadewa
Resi Bharadwaja
Resi Kanwa
Ayat-ayat yang diturunkan oleh yang maha kuasa kepada para Maha Resi tersebut tidak terjadi pada suatu zaman yang sama, dan tidak diturunkan di wilayah yang sama. Resi yang menerima wahyu juga tidak hidup pada masa yang sama dan tidak berada di wilayah yang sama dengan Resi lainnya, ribuan ayat-ayat tersebut tersebar di seluruh wilayah India dari zaman ke zaman, tidak pada suatu zaman saja. Agar ayat-ayat tersebut dapat dipelajari oleh generasi seterusnya, maka disusunlah ayat-ayat tersebut secara sistematis ke dalam sebuah buku. Usaha penyusunan ayat-ayat tersebut dilakukan oleh Bagawan Byasa atau Krishna Dwaipayana Wyasa dengan dibantu oleh empat muridnya, yaitu: Bagawan Pulaha,
Bagawan Jaimini,
Bagawan Wesampayana, dan
Bagawan Sumantu.
Setelah penyusunan dilakukan, ayat-ayat tersebut dikumpulkan ke dalam sebuah kitab yang kemudian disebut Vedha. Itulah zaman yang disebut jaman lahirnya Vedha. Dan, sesuai dengan isinya, Vedha terbagi menjadi empat, yaitu:
*Regveda Samhita
*Ayurveda Samhita
*Samaveda Samhita
*Atharvaveda Samhita
Keempat kitab tersebut disebut “Caturweda Samhita”. Selain keempat Vedha tersebut, Bhagawadgita yang merupakan intisari ajaran Vedha disebut sebagai “Vedha yang kelima”. Dalam agama Hindu, dikenal istilah Catur Warna — itu tidak sama dengan istilah kasta. Karena di dalam ajaran Pustaka Suci Vedha, tidak terdapat istilah kasta. yang ada hanyalah istilah Catur Warna. Dalam ajaran Catur Warna, masyarakat dibagi menjadi empat golongan, yaitu: Brhmana:
1)golongan para pendeta, orang suci, pemuka agama dan rohaniwan.
Kesatria:
golongan, para raja, adipati, patih, menteri, dan pejabat negara.
Waisya:
golongan para pekerja di bidang ekonomi.
Sudra: 
golongan para pembantu.

Ketiga golongan di atas Menurut ajaran catur Warna, status seseorang didapat sesuai dengan pekerjaan yang ia jalaninya. Jadi, status seseorang tidak didapat semenjak dia lahir, melainkan didapat setelah ia menekuni suatu profesi atau ahli dalam suatu bidang tertentu. Catur Warna menekankan seseorang agar melaksanakan kewajibannya dengan sebaik-baiknya. Ke-empat golongan sangat dianjurkan untuk saling membantu agar mereka dapat memperoleh hak. Dalam sistem Catur Warna terjadi suatu siklus “memberi dan diberi” itu jika keempat golongan tersebut saling memenuhi kewajibannya. Oleh karena kaum Brahmana — pemuka agama seperti Resi dan Bagawan — adalah termasuk golongan paling atas, dan mereka selalu dihormati melebihi daripada kasta Satriya atau para Raja.

Maka kelahiran sebuah kerajaan; sebut saja “Pallawa” yang di dirikan oleh Maha Resi Gusumudyawarmandewa yang merupakan cucu murid Bagawan Jaimani murid dari bagawan Biyasa, dan wasampayana ikut serta pula menyusun kitab veda bersamanya, sudah pasti tidak mengundang reaksi apapun dari Kerajaan yang telah ada pada waktu itu, yakni Kerajaan Murayya, dan kerajaan lainnya yang sudah ada sebelum kerajaan Pallawa ada. Justru, sebaliknya. Pallawa mendapat dukungan penuh dari kerajaan yang telah ada tersebut, apalagi jika para Raja tersebut menilik; apa yang dilakukan Gusumudyawarman bukan sekedar membesarkan tahtanya Kerajaannya, melainkan lebih menitik beratkan pada penyebaran Hindu, maka kerajaan-kerajaan yang telah adapun akhiurnya lebih melindungi kerajaan Pallawa dari serangan luar’ daripada’ harus menaklukkannya.

Waktu berlalu, setelah terjadi pergantian kepemimpinan, tepatnya pada tahun 49 penanggalan saka atau 130 Masehi terjadilah gerakan penyebaran agama Hindu besar-besaran. Dimana Raja yang berkuasa waktu itu adalah Indrawarmandewa putra Gusumudyawarman yang melanjutkan tahtanya, mengutus beberapa tokoh Brahmana dan Resi utuk menjadi duta suci, guna melakukan Exspedisi besar-besaran ke seluruh pelosok Bumi untuk menyebarkan ajaran Hindu. Dengan dibekali armada para Resi tersebut berjuang menaklukkan lautan hingga salah satunya ada yang jauh sampai ke kawasan asia tenggara, bahkan ada yang sampai ketanah Jawa. Kisah berikut adalah, sebuah kisah bagaimana “Raja” pertama di pulau Jawa itu ada. Maka, dia disebut sebagai sang Aji Saka, artinya adalah “Aji” itu Raja dan “Saka”adalah pertama.

           🍉🍉🍉🍉🍉

Ajisaka srayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang