Desir angin yang semilir, berhembus menerbangkan daun-daun tua yang putus dari tangkainya lalu jatuh berserakan sepanjang belantara yang hijau dan rimbun. Dewaya beserta romongan yang telah memutuskan untuk mendarat di selat tersebut-pun segera meninggalkan kapal-kapalnya. Mereka membawa semua perbekalan makanan yang tersisa, juga semua alat-alat penting serta senjata-senjata - Entah itu alat pertukangan, alat pertanian ataupun alat-alat perang seperti tombak beserta panah - yang memang semuanya itu harus di bawa karena suatu saat pasti dibutuhkan.
Segera, setelah mendapat perintah mereka semua sibuk menjalankan tugasnya masing-masing. Lalu dengan caranya masing-masing, ada yang menggunakan bambu panjang serta ada pula yang menggunakan ranting, barang-barang tersebut dipikul, ada yang empat orang dan ada yang enam orang, bahkan ada pula yang hanya dipikul dua orang. Segeralah mereka semua berjalan, tak ada yang melenggang tangan kosong, menembus pepatnya hutan belantara yang sama sekali belum terjamah manusia. Saking rimbun dan pepatnya hutan terkadang sama sekali tak bisa untuk lewat ataupun menyelinapkan tubuh sekali-pun, maka terpaksa mereka harus memutar mencari jalan lain, atau memotong batang batang kayu serta rotan liar yang melintang.
Sementara suara-suara binatang asing entah itu cuit burung atau erangan binatang yang sebelumnya belum pernah mereka temui nampak riuh sahut-sahutan tak ada putusnya seperti menyambut kedatangannya. Namun mereka semua nampak selalu bersemangat, tak mengendur ataupun berbalik arah walau setapak. Itu karena mereka semua percaya kepada Dewaya dan Dewaya telah memotifasi mereka semua, bahwasanya perjalanan yang mereka tempuh itu adalah perjalanan mulia, yang telah mendapat restu dari Dewata, sehingga mereka semua berbesar hati, merasa senang walaupun harus menempuh segala rintangan apapun bentuknya.
Kini, mereka telah lama sekali berjalan menembus pekatnya belantara namun tak jua kunjung mendapatkan tanda-tanda akan adanya perkampungan. Sepanjang yang mereka jumpai hanya binatang-binatang rimba seperti, babi hutan, macan, rusa, selain juga harus melintasi rawa-rawa yang anyak lintah yang besarnya melebihi ukuran normal.
"Kita telah berjalan hampir dua harian penuh, tapi belum ada tanda-tanda akan adanya kehidupan." gumam Ki Sunya.
"Ya apakah kita akan berjalan terus sampai nanti, sampai menemukan perkampungan?" tanya salah seorang kepala prajurit yang ada di sampingnya, dia bernama Samara.
"Mungkin saja. Kita telah sepakat, jika semua ini terserah tuan Dewaya. Apa kau sudah capek Samara?" Samara hanya terdiam, dia seperti tidak enak mengatakan hal yang sesungguhnya karena tak jauh darinya ada Dewaya yang tengah bercakap-cakap dengan Sentanu.
Namun Dewaya adalah pemimpin yang sangat perduli, ketika ia mendengar percakapan keduanya maka ia segera mengambil tindakan."Baiklah, saudaraku sekalian.... Untuk sementara kita beristirahat dahulu sembari memeriksa keadaan."
Seketika semua anak buahnya yang berjumlah tuju puluh lima orang itu berhenti, "Apakah kita akan berhenti disini Dewaya?" tanya Sentanu yang berada di sampingnya."Ya, disini juga tak apa-apa..." jawabnya. Lalu kembali berseru, "Samara kau suruh salah satu anggotamu untuk memanjat pohon itu. Pohon yang besar di sebelah sana."
"Siap tuanku, apakah tuan berharap dapat melihat perkampungan dari tempat tersebut...?"
"Ya, benar...!"
Maka segeralah Samara memerintahkan salah satu anak buahnya, "Jakun, kau panjatlah pohon di sebelah sana dan amati, apakah di seputar sini ada perkampungan terdekat...?" maka segeralah orang yang di sapa Jakun tersebut tanpa banyak bertanya lagi berjalan kearah pohon tersebut dan langsung memanjatnya.
Semua mata tertuju pada Jakun dan berharap semoga menemukan perkampungan terdekat.
Namun setelah Jakun naik kenyatannya lain, "Bagaimana Jakun?" apakah ada tanda-tanda...?" tanya Ki Sunya berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ajisaka sraya
Historical FictionHukum adalah sebagai timbangan dan keseimbangan buat kehidupan manusia dan juga buat jagad raya ini, anakku. Karena ada hukum yang lahir bukan dari kesepakatan bersama antar mausia, yakni hukum alam. Sedangkan hukuman adalah, penjabaran dari sebuah...