#12 Leslie

26 4 0
                                    

Mataku terbuka dari tidurku, ini hari favoriteku sabtu, libur. Rasanya aku ingin mengeluarkan kemalasan di hari free school ini. Aku masih setia dengan sahabatku 'kasur beserta bantal dan selimutnya' yang lembut. Suhu ac yang dingin dan selimut yang hangat make my day. Sampai saat...

Terdengar suara langkah kaki."Gwen.. bangun ayo kita olah raga !" Triak kak Glenda, oh.. bitch plz ini kan hari libur. "Lihatlah Cameron sudah bersiap dengan celana olah raganya !" Ujarnya shit dia bahkan membawa Camel ke sini. But Idc olahraga adalah hal yang paling tidak kusuka, terutama lari.

"Hei pemalas bangunlah !" Ujar Camel, aku masih dengan posisiku semula memeluk bantal dengan posisi seperti kura - kura.

"Ku kira ini akan berhasil." Suara pelan Auntie. "Rencana ke dua." Ujarnya. Rencana ke dua ?

"Gwen kau mau bangun sendiri atau mau Auntie seret." Ujarnya dia bahkan lupa dia sendiri yang ingin di panggil kaka. Aku masih terdiam. "Baiklah." Ia menarik kakiku sampai turun ke bawah kasur, aku masih menutup mataku sambil memegang erat bantalku. "Gwen ! Atau auntie panggil pelayan." Teriakmya mulai kesal. Aku mengingat kejadian dimana pelayang pelayan itu mengangkatku.

"Stop it." Ujarku sambil berdiri dan loncat ke kasur dan menyelimuti diri. Terdengar buangan nafas Camel kasar.

"Auntie akan melakukan apapun untuk membuatmu olahraga Gwen." Ujarnya aku hanya terdiam sambil berguling membungkus diriku dengan selimut. "Baiklah." Lanjutnya. "Cameron !" Teriaknya Cameron menggendongku keluar dari kasur dengan selimut yang membungkusku membuatku tidak bisa bergerak. "Cameron tepatnya, aku tidak kuat menggendong orang lain selain diriku sendiri." Ujarnya.

"Lepaskan akuuuuuu." Teriaku.

"Ayo ikuti kaka ke lemarinya." Perintahnya.

Cameron melepaskanku dan membuatku berdiri.

"Ini dia bajumu !" Ujarnya aku terdiam. "Sana masuklah ganti pakaianmu." Ujarnya.

Aku mendelekan mataku."Nah..." Sahutku seperti anak kecil.

Ia menajamkan matanya."Lepaskan selimut itu, dan ganti pakaianmu Gwen." Ujarnya memaksa.

"Selimut adalah sahabatku, dia memberikan pelukan hangat. Dan aku tidak mau melepaskanya." Jawabku seperti anak kecil, sejak kapan aku jadi seperti ini. "Nah." Tegasku sekali lagi, sambil membuang 'seperti anak kecil' nya.

Aku membuang nafas kasar."Baiklah, tadinya auntie mau memberikanmu kartu kreditmu yang baru." Ujarnya sambil berjalan pelan menuju keluar.

Tidaaak kartu kredit adalah malaikatku.

"Baiklah." Aku berjalan kedalam ruang ganti dengan selimut besar yang terseret.

***

"Udaranya sangat dingin, kenapa tidak ada sinar matahari sedikitpun." Umpatku, aku bahkan tidak mengeluarkan keringat sedikitpun. Demi kartu kredit berjuanglah sebentar lagi Gwen.

Lihatlah kake bahkan sangat semangat, mereka semua sangat semangat, dan Cameron hanya dengan ekspresi dingin.

Kak Glenda memperlambat larinya. "Ayo Gwen kita lomba lari sampai rumah." Ujar kak Glenda.

"Aku benci lari." Sahutku.

"Baiklah bila kau tak mau kartu kreditmu." Ujarnya. Hilangkan kebencianmu kali ini saja Gwen.

"Baiklah." Ujarku sambil belari mendahuluinya. Sebentar lagi sampai rumah, dan kulihat tante Glenda dan yang lainya masih di belakang.

Langkahku terhenti saat melihat tetangga baru yang memasukan barangnya ke dalam rumah barunya, ku lihat perempuan berambut blonde pendek.

"Leslie ?" Ujarku, ia menyadari kehadiranku. Dia melambaikan tangan ? Apakah dia tidak dendam atas apa yang aku lakukan padanya di sekolah lama. Benarkah dia Leslie ? Aku menghampirinya, meninggalkan Kak Glenda, pacarnya, kake, dan Cameron yang ikut berhenti melihatku berjalan.

Aku menghampirinya pelan dan ia menampilkan senyumnya yang ceria. "Benarkah kau Leslie ?" Tanyaku. Ia tersenyum lalu memberikan permen karet dari sakunya. Aku mengambilnya. "Leslie." Aku tersenyum tulus, dan ia memeluku senang.

"Kau pindah ke sini Gwen ?" Ujarnya. Tiba - tiba ibunya keluar.

Aku memperhatikanya."Hi." Ujar ibunya tersenyum tulus, senyumnya seperti Leslie.

"Mom ini Gwen temanku." Ujarnya.

Ia terkejut."Ooo kau Gwen ? Leslie sering bercerita tentangmu dulu, ternyata kau pindah ke sini." Ujarnya membuatku kaget, apakah ia bercerita tentang apa yang aku lakukan padanya. "Terimakasih sudah menjadi teman yang baik untuk Leslie." Ujarnya, Kenapa ? Leslie berbohong, ia bercerita sebaliknya tentangku. Aku menatap Leslie dan dia hanya tersenyum tulus.

Dia memang berbeda, aku melihat ketulusan saat pertama kali melihatnya.

"Kau mau masuk ?" Tanya Leslie.

"Masuklah Gwen." Ujar Ibunya.

"Tidak terimakasih aku akan mengganggu pemberesan barang kalian." Ujarku.

"Tidak Gwen kau tidak mengganggu." Ujar ibunya.

Aku tersenyum. "Tidak terimakasih aku baru saja menyelesaikan joggingku." Ujarku." Keluargaku juga menunggu." Lanjutku lalu menjatuhkan tangan ke pahaku.

"Baiklah." Jawab ibunya tersenyum.

Aku tersenyum. "Bye." Ujarku aku berjalan berpikir dan berhenti lalu membalikan badan. "Oh ya kapan Leslie akan memulai sekolahnya lagi ? Aku harap kita akan satu sekolah lagi." Ujarku di jawab dengan senyuman tulus Leslie.

"Aku akan memulai sekolah lusa." Ujarnya.

"Benarkah ?" Tanyaku. "Aku akan menjemputmu lusa ! Jam 08:30am." Ujarku girang.

"Baiklah." Jawab Leslie dengan senyuman ceria.

Aku berjalan menghampiri kak Glenda dan yang lainya.

***

Aku benar - benar bosan, ini hari libur dan kami tidak kemanapun, aku hanya menonton film penyihir gila ini di laptop sambil memakan cemilan. Aku merindukan kalian squadku.

Aku memilih keluar dari kamar dan memasuki lift, sambil memainkan handphone kesayanganku ini. Apa yang aku harus lakukan sekarang ? Aku berjalan menuju dapur mencari ice cream tapi tak ada dan akhirnya kuambil mufins. Aku hampir gila karena kebosanan ini. Ku lihat Cameron dengan gamenya.

Aku menghampirinya. Aku benar - benar bosan rasanya aku ingin membully orang. Dan akhirnya sasaran utama adalah Cameron.

Aku mencubitnya. "Aww." Teriaknya membuatnya kalah dalam permainan. "Apa yang kau lakukan !" Umpatnya, aku masih menatapnya ingin menerkam.

Aku merengek."Aku bosan !" Teriaku. "Maukah kau membelikanku ice cream, dan aku ingin tacos, sebenarnya aku ingin mengajak Zach jalan - jalan tapi aku takut mengganggunya, tadinya aku ingin mengajak Lilly dan Ryleigh pergi tapi aku pasti tidak di izinkan mengendarai mobil, dan supir sedang pergi dengan tante dan kake dan kak Edward." Ujarku panjang lebar, anyway kak Edward adalah pacar kak Glenda.

Cameron tetap memainkan Gamenya. "Kau pikir aku pelayan." Ujarnya, aku membuka mulutku, untung saja tak ada pelayan di sini.

Aku benar - benar bosan. "Baiklah aku akan pergi sendiri, aku tidak peduli. Lagipula aku sudah mendapatlan kartu kreditku, bye bye Camel." Teriaku.

"Hei kau tidak tahu jalan sini kan ?!" Ujarnya. "Silahkan saja kalau kau berani !" Lanjutnya. Ya memang aku tidak mengenal tempat tempat di sini, dan jalan di sini banyak sekali pohon - pohon lebat, tapi aku tak peduli, aku mengambil mantelku dan pergi.

Udara sangat dingin, dan aku berjalan sendiri di sini. Ini masih siang tapi matahari tak terlihat, awan - awan menutupinya. Suasana ini membuatku takut, terutama dengan pepohonan yang lebat di sekitar jalan. Tak ada satupun mobil berlalu lalang. Udara yang dingin dan pemandangan ini membuatku merinding, rasanya aku ingin pipis di celana.

Suara terdengar....

suara langkahan kaki. Aku terlalu penakut untuk melihat ke belakang. Detakan jantungku mulai terdengar kencang.

Wooft.

Gwen Da WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang