2

281 26 47
                                    

Seorang gadis bersurai pirang pucat berjalan sendirian di gelapnya malam. Ino berjalan tak tentu arah wajahnya-pun terlihat murung, lagipula untuk apa dia dirumah? Toh, kakaknya juga sedang pergi, jadi dia bebas.

Ino melihat siluet pemuda berkulit putih pucat didepannya, sepertinya dia kenal. Lalu Ino menghampiri pemuda itu lalu menepuk pundaknya sekali.

Puk...

Pemuda itu berbalik, dan tersenyum pada Ino. Itu Sai. Ino-pun membalas senyuman Sai dengan senyuman terbaik yang Ia miliki, tapi menurut Sai itu adalah senyum palsu.

" Sedang apa kau disini? Ini sudah malam, jalanannya-pun sepi. " -Sai.

" Aku hanya bosa dirumah, kak Samui pergi dengan teman-temannya, aku hanya bersama maid dirumah. " -Ino.

" Kudengar ada pasar malam di dekat sini, bagaimana kalau kita kesana? " -Sai.

Wajah murung Ino tiba-tiba berubah menjadi ceria mendengar usul Sai. Dia langsung menarik-narik lengan Sai, Sai hanya bisa terkikik geli melihat Ino yang kekanak- kanakan.

" Baiklah-baiklah, ayo pergi aku bawa mobil." -Sai.

" Bawa aku kesana, sudah lama aku tidak pergi ke pasar malam. " -Ino.

" Iya Ino cantik... " -Sai.

Blushh...

Wajah Ino merona akibat penuturan Sai tadi, Sai yang menyadari perubahan warna pada wajah teman barbie-nya itu hanya mendengus geli.

Lalu Sai menarik pergelangan tangan Ino untuk masuk ke mobilnya. Setelah mereka siap, Sai langsung melajukan mobilnya membelah jalanan konoha yang sepi.

" Sai-kun " -Ino.

" Hm? "-Sai.

" Kau menyukai kakakku? "-Ino.

" Kenapa kau tanyakan itu? "-Sai.

" Aku hanya menebak saja, dilihat dari pandangamu saat dikantin tadi kurasa kau menyukainya. " -Ino.

" Mungkin. "-Sai.

Deg...

Ino merasakan sakit pada dada sebelah kirinya, Ia tak tau kenapa dia harus merasa sakit. Apa dia menyukai sai? Itu tak mungkin, mereka baru saja bertemu.

Ino menggeleng-gelengkan kepalanya, Sai yang melihat tingkah konyol Ino hanya menepuk pundak Ino.

" Kau kenapa? " -Sai.

" T-tidak... " -Ino.

" Kita sudah sampai... "-Sai.

Sai dan ino-pun turun dari mobil, Ino yang memang dasarnya suka dengan anak-anak langsung menghampiri beberapa anak-anak yang sedang mengemis.

" Hey..Naoki-chan, Kento-kun, Mizu-chan, Mirae-chan, Nero-kun..." -Ino.

" Hey kak Ino... " -Naoki,Kento,Mizu,Mirae,Nero.

" Em...aku punya sedikit uang untuk kalian, mungkin bisa untuk meringankan beban kalian. " -Ino.

Ino- pun membuka dompetnya dan mengambil beberapa lembar uang, lalu memberikannya kepada anak-anak itu.

" Terimakasih nee-chan, kau baik sekali. "- Mizu.

" Arigato nee-chan..." -Naoki,Kento,Mirae,Nero.

" Sama-sama, kalau begitu kakak pergi dulu ya, kapan-kapan kak Ino dan kak Sakura akan main ke rumah kalian. " -Ino.

" Ha'i." - Naoki,Kento,Mizu,Mirae,Nero.

" Jaa... " -Ino.

" Jaa-ne onee-chan... " - Naoki,Kento,Mizu,Mirae,Nero.

***

" Kau sangat baik, Ino. " -Sai.

" Itu sudah kewajiban kita sebagai orang yang mampu menolong orang yang tidak mampu. " -Ino.

Sai hanya tersenyum mendengar penuturan Ino, dia perempuan yang baik. Sebenarnya Sai mendengar pembicaraan Ino dengan anak-anak tadi, setelah Ino kembali, Ino meminta maaf kepadanya dan menjelaskan semuanya.

Sai hanya pura-pura tidak tau karena dia hanya ingin melihat Ino yang sedang cerewet mode on, baginya itu sangat lucu.

Mereka telah banyak mencoba permainan disini, dan Ino adalah yang paling bersemangat.

" Sai-kun, bagaimana kalau kita bermain bianglala. " -Ino.

" Boleh. " -Sai.

Sai membelikan tiket untuk mereka berdua, beruntung antriannya tidak terlalu ramai. Setelah membeli tiket, Sai langsung menghampiri Ino dan mengajak Ino masuk.

Ino sangat senang, dia memang jarang pergi ke pasar malam karena tidak diperbolehkan kakaknya. Entahlah, Ino-pun juga tak tau alasannya.

" Sai-kun, pemandangannya bagus kan? " -Ino.

" Ya, kau senang? " -Sai.

" Sangat!!! " -Ino.

Sai hanya tersenyum melihat tingkah Ino. Entah berapa kali dia tersenyum karena ulah gadis di depannya ini.

Ya, mereka berada di salah satu bilik bianglala, mereka duduk berhadapan. Sedari tadi Sai hanya memandangi wajah ayu milik Ino, Ino tidak sadar akan hal itu karena sedari tadi ia terlalu fokus melihat pemandangan dari atas.

" Sudah selesai, ayo turun. "- Sai

" Baik. " -Ino.

Mereka sudah turun dari bianglala, karena hari sudah semakin larut Sai-pun mengantarkan Ino pulang.

" Terimakasih Sai-kun, maaf merepotkanmu. " -Ino.

" Tidak apa, aku juga senang bisa ke pasar malam bersamamu. " -Sai.

" Baiklah aku masuk dulu, kau hati-hati dijalan. " -Ino.

" Jaa... " -Sai.

" Jaa ne... " -Ino.

Terlihat gadis bersurai pirang kusam pendek tengah berdiri di depan pintu rumah sambil melipat tangannya di depan dada, Yamanaka Samui.

" Sudah berani pulang malam, eh? " -Samui.

" Ma-maaf kak... " -Ino.

" Hh...yasudah, cepat ke masuk dan tidur! " -Samui.

" Baik kak... " -Ino.

Samui memang tegas pada adiknya, tapi dia juga tidak tega jika adiknya terus berada di rumah. Toh, adiknya juga sudah besar, jadi apa salahnya membiarkannya pergi ke pasar malam.

Tapi bukan itu masalahnya. Samui merasa sakit ketika ia mengetahui bahwa adiknya diantar oleh pemuda yang ia temui dikantin. Bahkan dia belum mengetahui nama pemuda itu.

Ingin rasanya ia pergi ke kamar adiknya dan menanyakan nama pemuda itu, tapi egonya melarangnya. Dia akan berusaha sendiri.



( BERSAMBUNG )

THE TWINS [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang