[13]

1.9K 72 1
                                    

"ke.. kenapa lo.. manggil gu.. gue Dev?" gugup Rara.

"gue mau minta maaf soal kemaren" ucap Devan sontak membuat Rara tak menyangka. "mm iya gppa, udahh santai aja kali. yaudah cari lagi"

lo pasti gue maafin kali dev gumam Rara sambil tersenyum. Rara hanya menggeleng gelengkan kepalanya yang melihat Alena yang mulai malas mencari 1botol itu.

"udah jam8 nih, kita balik aja" ucap Devan yang melihat ke arah Rara, Alena. dan mereka hanya menganggukkan kepala.

***

Selesai melakukan hukuman, memotong rumput sampai 500 lembar, semua siswa boleh tidur boleh tidak, namun tidak boleh terlalu berisik.

Kayla dan Rara sedang menikmati bulan dan bintang di tepi perkemahan dengan menggunakan sebatang pohon untuk duduk.

"Ra gue baru putus sama Edo"

"loh kenapa?" ucap Rara sambil melihat wajah murung Lala. "gue gasanggup LDR an, dia dapet beasiswa di Australia" ucap Lala sambil menunduk. "udah gppa masih ada gue kok" ucap Rara sambil tersenyum.

"yaudah gue mau ke tenda dulu deh bye" ucap Lala berdiri dan meninggalkan Rara.

Rara kali ini sangat kedinginan karena ia hanya memakai kaos lengan pendek. Rara mengelus elus tangannya tampak kedinginan. Tiba tiba sebuah jaket mendaraat di tubuh Rara, jaket yang khas aroma Devan.

"mm makasih Dev" Devan mengangguk angguk.

canggung. Rara kali ini sedang menikmati 2pemandangan sekaligus, bulan bintang dan orang yang di sampingnya. Rara duduk sambil melipat kedua tangannya yang diletakkan di atas lututnya.

"Ra," pinta Devan. "Ya?" ucap Rara sambil menoleh mata coklat Devan. "gue sayang sama lo"

deg

Rara memandang mata coklat Devan penuh arti. mengartikan setiap kata yang telah Devan bicarakan. apa ini saatnya lo dan gue jadi kita, tapi lo aja sukak banget ke Alena gumam Rara kali ini bingung.

"sebagai seorang kakak buat lo, gue sayang banget sama lo. Gue ga bermaksud buat tengkar sama lo. cuman gue.." ucap Devan gantung.

lagi lagi lo nganggep adik kakak Dev gumam Rara tersenyum miris sambil menunduk. "ahh udalah gppa kok" ucap Rara mendongak ke atas melihat bulan dan bintang yang sangat terang seakan akan ia ingin bertanya kepada bulan dan bintang melalui hati.

"gue mau pindah ke Bandung"

ucapan Devan membuat hati Rara beku seketika. jam berhenti untuk bergerak. jantung Rara seakan tak berdetak. semua terasa beku. Rara yang mendengar hal itu langsung menoleh ke wajah Devan. mereka saling menatap satu sama lain. Rara yang mulai merasa matanya memanas, mulai mengeluarkan air mata yang bercucuran seperti air mancur, tak sanggup Rara tahan untuk tak keluar. Devan yang melihat Rara menangis, mulai menggerakkan jarinya. Ibu jari Devan kini menyentuh pipi Rara. Rara merasakan sentuhan Devan.
gue udah sabar untuk rasa sakit yang lo buat, tapi tidak untuk kepergian lo gumam Rara menangis menunduk sambil memejamkan mata. Kali ini Devan berdiri dan juga Rara.

"ke.. kenapa lo harus pergi Van?" ucap Rara dengan sesenggukannya. "ayah gue mau pindah kerja. kerja sama cuman pindah tempatnya aja. dan orangtua gue uda desak gue buat pindah." jelas Devan

"kenapa lo gak nolak aja? lo bisa dirumah lo sendiri atau sama siapa kek" pinta Rara.

"gabisa Ra gabisa, ini perintah dan gabisa di tolak gitu aja" "dan gue berangkat 1minggu lagi" ucalan Devan kali ini membuat tangisan Rara menjadi jadi.

Devan yang tak tahan melihat Rara menangis, langsung ia peluk dengan kasih sayang. Rara merasakan hangat yang hampir sehangat orang tuanya. Ia menangis menjadi jadinya di pelukan Devan.

"kenapa lo harus tinggalin gue Van? inget jangan lost kontak sama gue, lo jangan cuek di sosmed. kalo ada waktu luang vidcall gue" ucap Rara mendongak ke wajah Devan. "udah gausah nangis lagi ya" sahut Devan sambil mengusap air mata Rara dan mereka menikmati keindahan bulan dan bintang bersama.

hampir 1jam mereka disana, mereka kembali menuju tenda. Jaket Devan masih Rara gunakan dan jaket itu menjadi milik Rara kali ini. Rara berjalan menuju dalam tendanya. Ia melihat Lala yang asik memainkan handphonenya dan tidak ada Alena dan Thalita. Lala melihat mata Rara yang habis menangis.

"lo kenapa kok nangis?"

"Devan, 1minggu lagi mau pindah" ucap Rara sambil tersenyum ikhlas.

"itu jaket Devan kayaknya buat lo deh" Rara hanya menganggukkan kepala.

Hari ini ia banyak berpikir. Berjuang sendirian memanglah sangat sakit. Ia bingung dengan perasaannya harus diapakan sekarang. Apa ia harus mengekori Devan ke bandung?. tapi menurutnya tak bisa. Devan mengejar cita cita nya. begitu pula dengan Rara.

Kali ini Rara harus berpikir dewasa. Rara juga belum mendapatkan bukti tentang Alena buat Devan. mungkin mulai lusa, Rara akan menyelidiki Alena.

Mengingat tentang penyelidikan Alena, Rara mengingat Reno. Ia tak melihat Reno sama sekali. Ia terakhir melihat Lala dan Reno satu kelompok untuk penjelajahan. mungkin jawaban Lala bisa membantu dimana Reno.

"La , lo tau dimana Reno?"

"gue galiat sih, tapi dia bareng temen temen satu geng nya" Rara hanya menggangguk paham. "Lo uda cek grup?"

Rara mengerutkan dahinya dan ia mengambil handphone nya di tas. membuka chat grup berisi 159 message. Rara menggelengkan kepalanya.

Rara ikut tengkurep bersama Lala yang sedang bermain laptop. Ia menutup mulut dengan kedua tangannya melihat ada foto dari Nita dengan caption "pasangan baru nih😍 @Rasilma @Reno". Rara melihat komen di bagian bawah tak apa. ia merasa tak keberatan dan biasa saja terhadap foto dan komennya. Rara menggeser handphonnye menjauh dan mulai memikirkan Devan.

DEVAN

DEVAN

Hati Rara seakan berbicara bahwa Rara harus mengejarnya namun Logika Rara mengatakan sudah selesai kisah ini semua. Rara mengambil bantal di tas sebelahnya dan mulai memainkan bantalnya gemas karena Devan yang akan pindah sekolah. Ia merasa apakah ini sebuah happy ending yang terbaik? terbagus? tercantiik?

Rara kesal dan mulai mendengarkan lagu BTS - FIRE tanpa menggunakan headset. Ingin sekali Rara berteriak sekencang kencangnya untuk melepaskan kekesalannya.

drrttt drrttt

Handphone Rara bergetar. ada telpon masuk dari mommy nya.

otp.
Mommy : halo Ra?
Rasilma : iya ma? apa?
Mommy : kamu baik baik aja kan?
Rasilma : ya iyalah ma

entah kenapa hati seorang ibu sangat peka. sepeka hati Devan?. NO. bahkan seorang ibu tak butuh melihat dulu, namun feeling selalu benar.

Okey kali ini hari yang sangat tak terduga. sama sekali tak terduga bagi Rara.

***

Rara berjalan jalan di pagi hari. Ia sangat tertekan dengan kondisi yang mengejutkan kemaren. Dan akhirnya ia datang. Wajahnya sedikit berbeda entah kenapa.





_____________

Haluuuu

Semangat puasa:)
Puasanya kalo ada waktu kosong, dibaca terus ya @AFFECTATION

tinggalin vote nya juga makasih.

kalau mau promosiin @AFFECTATION, nanti di instagram ku follow+spamlikes deh:)

makasih





@hairahmaaa
@hai.rahmaaaa_ ---> ig

AFFECTATION [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang