12. Sorry

95 12 2
                                    


Lavennica mengikuti langkah Lerrie dari belakang. Sebenarnya dia ingin kabur saja daripada mengikuti pria menyebalkan didepannya.

Namun wajah Lerrie terlihat sedikit marah dan tidak main-main saat mengucapkan bahwa Dia tidak akan segan-segan memberikan nilai D pada lavennica.

Dan lavennica tidak punya pilihan lain. Dia tidak ingin nilai kuliahnya hancur karena dapat nilai jelek di mata kuliah ini.

Lavennica memaklumi jika Lerrie berkata seperti itu, karena bagaimanapun juga Lerrie adalah Dosen dan Lavennica juga mengakui bahwa dirinya memang salah.

Dia sudah siap dengan konsekuensi yang akan diberikan oleh Lerrie, walaupun ia tahu kalau kuliah dan sekolah sangatlah berbeda.

Lerrie menghentikan langkahnya dan mengambil duduk disalah satu kursi taman kampus. Jarang ada yang lewat disekitar situ karena berada di belakang kampus.

Lerrie menghembuskan nafasnya pasrah melihat Lavennica yang masih berdiri menatapnya dengan tatapan polos, sama sekali tidak berniat untuk duduk disebelahnya.

" Duduk." Kata Lerrie pelan namun masih dapat terdengar oleh Lavennica.

Lavennica menurut, dia duduk disamping Lerrie. Dia tidak berani melawan kata-kata Lerrie seperti biasanya karena moodnya juga sedang kacau.

" Jelaskan apa yang barusan terjadi." kata Lerrie singkat.

Matanya menatap wajah Lavennica yang kelihatan kusut. Pipi kiri gadis itu tergores sampai ke bibir,di dahi kanannya juga terdapat goresan bekas cakaran. Bibir lavennica berdarah namun sudah mengering.

Rambutnya yang biasanya rapi juga terlihat berantakan dan kusut.

Lerrie menghembuskan nafasnya lagi melihat kondisi lavennica yang sedikit memprihatinkan menurutnya. Ia lalu memberikan beberapa Handsaplast dan salep kepada Lavennica supaya gadis itu mengobati lukanya terlebih dahulu dan gadis itu menerimanya.

Lerrie sedikit heran dengan sikap Lavennica sekarang yang menurutnya cukup bersahabat dan penurut. Biasanya gadis itu pasti sudah berkata sinis dan menjauh darinya.

Lavennica mengeluarkan Handphone dan melihat wajahnya dari kamera handphone miliknya.

Astaga. Kacau sekali.
Batin lavennica ketika melihat wajah dan rambutnya yang sudah seperti singa.

Dalam hati dia sangat malu melihat kondisinya. Dia baru sadar kalau tadi dia berjalan mengikuti Lerrie dengan penampilan seperti orang gila. Pantas saja waktu dia berjalan tadi, orang-orang yang lewat tidak henti-hentinya menatap kearahnya.

Lavennica kemudian merapikan rambutnya dengan kedua tangan dan mengucir rambutnya yang berantakan agar terlihat rapi. Setelah itu dia mengoleskan salep ke wajah, dahi dan bibirnya dan Lerrie dengan sabar menunggu gadis itu selesai mengobati lukanya.

Lavennica menempelkan Handsaplast terakhir ke bibirnya, kemudian menutup handphone-nya dan menatap lurus kedepan, sama sekali tidak menatap Lerrie yang sedari tadi memperhatikannya dengan sabar untuk menunggu jawaban.

.

.

" Aku hanya membela diri."

Lavennica membuka suaranya. Entah mengapa setiap kali berbicara dengan orang yang lebih tua lavennica tidak bisa berbicara akrab seperti Lo dan gue, termasuk dengan Lerrie. Mungkin ini sudah menjadi kebiasaanya untuk menghormati orang yang lebih tua, Yah, walaupun kadang terasa aneh.

Lerrie diam, menunggu gadis itu melanjutkan kata-katanya.

" Aku sudah mencoba bersabar dan tidak menghiraukannya, tapi si muka aspal itu sudah keterlaluan." lanjutnya dengan wajah datar dan sebal.

Love Me LerrieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang