[3] Satu Lawan Satu

541K 34.9K 1.6K
                                    


Dara terkejut sekaligus kesal bukan main pada Malik. Ia kini dengan cepat menjadi pusat perhatian orang-orang di sekitar lapangan. Sementara Gino, tampak membuang napas kasar berkali-kali. Ia sempat melirik Dara sekilas, kemudian kembali menatap Malik yang seolah sedang menantangnya terang-terangan.

"Gue nggak punya waktu buat meladeni lo bercanda. Lempar bolanya sekarang!" Gino sebisa mungkin menanggapi dengan kepala dingin.

"Gue nggak lagi bercanda. Soal mau jadi tim inti, dan soal gue adalah calon pacarnya Adara." Malik masih tersenyum lebar dengan rasa percaya dirinya yang tinggi sekali.

Gino hampir hilang kesabaran. Ia kemudian melangkah dengan langkah-langkah cepat menghampiri Malik. Suasana ketegangan dari puluhan pasang mata di pinggir lapangan sempat tercipta. Para penonton bertanya-tanya apa yang akan terjadi sebentar lagi.

Gino berhenti tepat satu langkah di hadapan Malik. Dengan cepat ia merebut bola dari tangan cowok itu, seraya berucap, "Lo nantangin orang yang salah!" Ia kemudian berbalik, berniat melanjutkan kembali latihan yang sempat tertunda. Namun, baru beberapa langkah menjauh, suara Malik di belakangannya sukses memancing kembali emosinya.

"Gimana kalo kita tanding futsal satu lawan satu?"

Tantangan dari mulut Malik kembali memicu sorakan penonton. Mereka bertepuk tangan dan menanti untuk menyaksikan pertandingan yang seru dari dua cowok idola itu.

"Duh, si Malik nekad banget," komentar Ethan dari pinggir lapangan. "Dia nggak tahu kalo si Gino jago banget main bola."

"Si Malik juga nggak bisa diremehin."

Ethan dan Satya kompak menoleh pada Arul yang baru saja menyahut. Temannya itu rupanya mendengar perbincangan mereka sejak tadi.

"Gue satu sekolah sama Malik waktu SMP. Dia itu bintang lapangan," kata Arul. Yang disambut tatapan terkejut dari Ethan dan Satya.

Di lapangan, Gino berbalik dengan emosi yang sudah memuncak. Berani sekali Malik menantangnya!

"Lo bisa pertimbangin gue buat masuk jadi tim inti setelah lihat kemampuan gue di lapangan," kata Malik, tidak menyerah.

"Tim gue bukan buat main-main!"

"Gue juga nggak main-main!" Malik melangkah mendekati Gino. Kemudian mengambil alih bola dari tangan cowok itu dan meletakkannya di dekat kakinya.

Malik mundur beberapa langkah, mengambil ancang-ancang untuk mulai menendang bola itu.

Beberapa detik kemudian semua orang dibuat kagum dengan tendangan Malik. Cowok itu menendang bola yang berjarak lebih dari setengah lapangan futsal dari gawang. Dan berhasil memasukkannya ke dalam gawang tanpa mengenai para pemain yang masih berdiri berpencar memenuhi lapangan.

"Kalo lo pikir gue cuma akan bikin malu tim, lo nggak usah khawatir. Kemampuan main bola gue di atas rata-rata," kata Malik, menyombongkan diri.

Para penonton di pinggir lapangan bertepuk tangan sambil bersorak melihat kemampuan Malik. Gino masih bergeming di pijakannya. Ia melihat dengan jelas aksi Malik barusan. Dan harus ia akui memang Malik tidak bisa dibilang amatir. Namun, cowok itu terlalu sombong. Ia tidak mau menerima Malik masuk ke dalam timnya.

Salah seseorang pemain mendekati Gino, kemudian berbisik pelan pada sang kapten. "Dia lumayan juga, No. Kebetulan Martin kan lagi cidera. Nggak ada salahnya kita minta dia isi posisi striker buat pertandingan persahabatan lawan SMA Satu minggu depan. Jangan sampai kita malu, kalo sampai kalah di kandang sendiri."

Gino berpikir keras untuk mempertimbangkan kata-kata temannya-Roni-barusan. Diperhatikannya lagi Malik yang masih menatapnya dengan kedua alis terangkat, menunggunya memutuskan sesuatu.

My Ice Girl [Sudah Terbit - SEGERA  DISERIALKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang