[19] Memory

345K 26.6K 1.1K
                                    


“Gue udah lihat videonya. Kocak banget, sumpah!” Satya tak henti-henti tertawa membayangkan video yang dimaksudnya. Aksi tidak bisa diamnya itu tentu menarik perhatian setiap orang yang melewati koridor menuju kantin.

Iko ikut terbahak di samping Satya. “Kenapa nggak beneran aja sih, Than, lo kasih napas buatan buat Malik?” tanyanya langsung pada Ethan.

“Kampret! Kalian bisa pada diem nggak, sih?” kesal Ethan. Ia tidak habis pikir, masih ada saja orang yang sempat mengabadikan momen memalukan malam minggu lalu, kemudian menyebarkannya di grup.

Arul ikut terkekeh pelan. Ia kemudian menoleh pada Malik yang sejak tadi tampak tidak peduli dengan pembahasan menggelikan itu. “Bisa banget modus lo, Mal, Mal,” katanya pada Malik sambil geleng-geleng kepala.

“Jadi, lo beneran modus biar Dara kasih lo napas buatan?” tanya Satya memastikan pada Malik.

“Udah pasti modus seratus persen,” yakin Arul. “Gue tahu Malik emang nggak bisa berenang. Tapi, dia jago banget nahan napas dalam air. Semenit dua menit mah, bukan apa-apa buat dia.”

Semua kompak menatap Malik yang masih tidak bersuara. Diamnya cowok itu membuat yang lain menyimpulkan bahwa perkataan Arul adalah benar.

Ethan adalah yang paling marah saat ini. “Bangke emang! Hampir aja gue jadi korbannya.”

Satya dan Iko semakin terbahak melihat reaksi Ethan.

“Lagian, kenapa lo gantiin Dara, sih?” Malik tak kalah kesal pada Ethan yang merusak rencananya. “Udah bagus Dara yang kasih napas buatan buat gue.”

“Si Gino yang narik dia,” balas Ethan.

“Ya, lo harusnya jangan mau gantiin.”

“Lo nggak kasih gue kode, sih.”

“Lo-nya aja yang nggak peka!”

Ethan dan Malik masih menyalahkan satu sama lain. Hingga kemudian, perhatian Malik teralihkan pada tiga orang cewek yang berjalan melewatinya. Salah satu di antara tiga cewek itulah yang membuatnya tidak bisa mengalihkan tatapannya sedetik pun.

Dara balas menatap Malik. Namun mata mereka hanya bertemu satu detik, karena Dara dengan cepat mengalihkannya ke lain arah. Sementara Niki yang berjalan di sebelah Dara justru terus menatap Malik dengan malu-malu.

“Aduh, Malik lagi liatin gue,” bisik Niki, malu-malu. Ia sibuk merapikan rambut dengan jari-jarinya karena salah tingkah.

Dara tidak menoleh lagi ke arah Malik. Ia justru menarik tangan Niki dan Lala untuk berjalan semakin cepat. Ada yang aneh dengan perasaannya.

Malik masih menatap Dara, walau cewek itu sudah menghilang di belokan koridor.

“Tumben, nggak ngajak ke kantin?” komentar Iko pada Malik. “Biasanya, lihat Dara manisnya ke kantin, nalurinya pengen ngikut terus,” ejeknya.

Malik menghela napas sesaat. “Hari ini libur dulu,” sahutnya.

Pikiran Malik kini melayang pada kejadian tak terduga di kamar Manda, malam minggu lalu. Saat ia dan Dara diliputi rasa canggung luar biasa karena hanya berdua dalam satu ruangan.

Malik yakin, Dara juga merasakan kecanggungan itu. Maka, tak heran bila cewek itu langsung menjauh ketika Malik belum selesai mengeringkan rambutnya. Dara langsung memaksa Malik untuk keluar kamar, kemudian cewek itu dengan cepat mengganti kembali pakaiannya dengan dress miliknya yang masih setengah basah. Dara bersikeras untuk pulang saat itu juga.

Malik tersenyum ketika mengingat kembali kejadian itu. Dara benar-benar lucu. Dan ia bersyukur karena Dara mengambil keputusan yang tepat, sebelum Malik tidak bisa mengontrol dirinya sendiri.

My Ice Girl [Sudah Terbit - SEGERA  DISERIALKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang