part 7

2.3K 173 19
                                    

Sebulan setelah kepergian Fiona, menyisakan luka tersendiri di hati keluarga Garwine. Terutama untuk Fidel. Eara melihat perubahan putranya, ia tidak seperti dulu. Ia jarang bicara dan terlihat dingin. Seperti sosok Adrel dulu. mungkin Fidel lebih beruntung karena memiliki cinta keluarganya. Hingga membuatnya tidak melakukan hal di luar kewajaran. Tapi, diamnya Fidel membuat Eara sangat cemas. Ia ingin mencarikan pengganti hati putranya. Agar bisa menghilangkan rasa kecewa. Ia takut putranya hilang kepercayaan akan sebuah cinta.

Eara membawakan buah ke ruang kerja Adrel. Adrel terlihat bekerja lebih giat, Eara tahu suaminya tidak bisa melihat putranya kecewa. Dan Eara tahu apa yang ada di otak Adrel. Ia ingin mencari gadis itu dan menyakitinya. Beruntung Eara bisa mengalihkan pemikiran pria itu dan seluruh emosi suaminya tertumpah pada lembaran kertas dan laporan pekerjaan di laptopnya. Eara cukup takjub pada putra bungsunya. Walau ia terlihat tidak perduli dengan dunia pekerjaan, putranya itu cukup cekatan dengan menukar flashdick dan memory di brangkas dengan flasdisck dan memory kosong.
"Sayang, istirahat dulu." Adrel terlihat enggan melepaskan komputernya. Ia masih kesal dengan Eara karena melarangnya melakukan apa yang ia inginkan.
"Apa dengan kamu menangkap dan melukainya, akan menyembuhkan hati putra kita?" Tanya Eara. Adrel masih bungkam. Eara menghela napas dan meletakan piring buah di meja kerja suaminya." Baiklah, terserah kamu. Lakukan apapun yang kamu inginkan. Aku tidak akan melarangmu lagi." Eara berjalan keluar dan meninggalkan suaminya. Menangis bukanlah jalan keluar. Ia harus segera menemukan pengganti gadis itu di sisi Fidel. Eara menghela napas, ia duduk di kasurnya dan memperhatikan sederetan foto wanita-wanita berkelas yang ia minta dari asisten Adrel.

Banyak putri -putri bangsawan, namun Eara merasa tidak ada yang pas untuk putranya. Ia masih merasa gadis itu sangat cocok dengan putranya. Eara menggelengkan kepalanya dan mencari satu persatu foto yang setidaknya masih bisa ia terima. Dari foto-foto saja, semua gadis bangsawan itu sudah menunjukkan segalanya. Seperti kebiasaan berpakaian minim, peminum, free sex dan sederetan pergaulan lainnya.

Jadi, Eara harus sangat hati-hati dalam memilih anak bangsawan. Dari ratusan foto, hanya tiga foto yang ia minati. Satu Isabell, putri dari keluarga Aiden. Ia terlihat santun dan baik. Yang kedua, Della putri dari kelaurga Collin. Dan ketiga Cika, putri dari keluarga Vivaldi. Eara tinggal menunggu waktu yang pas untuk membuat putranya memilih salah satu gadis ini.
"Aku rasa, Fidel akan memilih yang nomor tiga." Eara terkejut saat Adrel berada di belakangnya dan memeluknya. Ia hanya tersenyum, membiarkan suaminya bersandar di bahunya.
"Maaf, aku sangat mencemaskan Fidel. Aku tidak ingin ia menjadi sepertiku yang dulu." Ucap Adrel. Ia mengeratkan pelukannya pada Eara dan mencium lekukan bahu istrinya. Wanita yang ia puja dan ia cintai. Wanita yang menariknya dari kegelapan dan mengerti akan sebuah cinta.
"Aku tahu. Sebaiknya kita mengatur pertemuan dengan putri Vivaldi ini." Ucap Eara. Adrel mengangguk, memainkan jambangnya di leher istrinya. Membuat Eara megidik geli dan ingin melepaskan pelukan suaminya.
"Adrel, stop!" perintah Eara tidak hiraukan Adrel. Ia masih saja bergairah di usianya yang tidak muda lagi. Eara hanya pasrah pada suaminya dan membiarkan pria itu menghangatkannya.
****

Fidel mendesah keras. Ia berjalan ke dalam kamarnya dan menutupnya rapat-rapat. Ia tidak ingin keluarganya melihatnya dalam keadaan seperti ini. Terutama mommy dan daddy. Fidel tahu, mereka sedang menyusun rencana untuk menjodohkannya dengan putri bangsawan. Fidel tidak mengelak, ia membiarkan itu terjadi asalkan bisa membuat kedua orang tuanya bahagia. Ia hanya butuh melihat kedua orang tuanya tersenyum, dengan begitu ia pun akan mudah menghilangkan rasa sakitnya.

Fidel mengguyur tubuhnya di pancuran. Ia berharap bayangan Fiona akan pudar setelah terguyur air hangat. Tapi, semuanya malah membuatnya semakin sesak. Ia semakin di cengkeram oleh bayangan Fiona. Senyumnya, kepolosannya, dan apa yang sudah mereka lakukan bersama. Membuatnya Fidel sulit melupakannya.

Fidel hampir hilang akal saat mereka berciuman, ciuman panas dan bergairah. Fidel semakin menekan ciuman itu dan membuat Fiona tidak berkutik di bawahnya. Satu persatu pakaian mereka tertanggal dan jatuh ke lantai. Ciuman keduanya masih terasa panas, dengan sentuhan Fidel di tubuh Fiona. Sentuhan yang begitu mendamba. Fiona pun menyentuh Fidel dengan dambaan yang sama. Hingga akhirnya keduanya tersadar dengan apa yang mereka lakukan. Fidel menarik selimut dan menutupi tubuh Fiona. Sedangkan dirinya memakai celana dan beranjak dari kamar Fiona.

Fidel mendesah keras dan beranjak keluar kamar mandi. Dengan handuk yang di lilit di pinggangnya. Fidel memakai baju santai dan berjalan ke kasurnya. Ia tidak terlalu bernapsu makan. Ia hanya ingin tidur. Jika bisa, ia ingin melepaskan Fiona dari mimpinya. Hanya saja, itu terasa sulit. Karena bayangna Fiona benar-benar seperti hantu.

****

Cika tidak menyangka, ia mendapatkan tamu yang ia harapkan. Entah bagaimana bisa, laki-laki itu datang bersama dengan kedua orang tuanya. Dan sekarang sedang berbicara dengan daddy. Fiona tidak mendengarnya dengan jelas. Yang ia sempat dengar keluarga Garwine ingin lebih dekat dengannya. Seorang perias professional pun sudah di undang daddy untuk merias wajahnya. Dengan gaun yang terlihat anggun sebatas lutut, daddy menjemput Cika dan membawanya keluar.

Cika tidak tahu kemana mommy pergi. Sudah hampir satu minggu ini mommy beserta kedua kakaknya tidak ada di rumah. Hanya daddy yang pulang karena sebuah telepon dari tuan Garwine yang ingin berkenalan lebih jauh dengan keluarganya. Cika tidak memperdulikan itu, ia hanya berharap hubungannya dengan pria itu bisa lebih jauh.

Memperlihatkan keanggunannya, Cika hanya tersenyum ramah pada keluarga Garwine dan pria di sampingnya. Walau dalam hati ia ingin langsung memeluknya dan memilikinya.
"Kita serahkan pada mereka saja. Jika mereka memang cocok, kita akan menjadi besan." Ucap Adrel. Rey hanya tersenyum ragu dan mengangguk. Semua orang terlanjut mengenal Cika sebagai putrinya. Dan jika ia menolak lamaran ini, Rey tahu Cika sangat menyukainya. Dan setidaknya Rey melakukan sesuatu yang baik untuknya. Karena gadis itu selama bertahun-tahun sudah membantunya menjaga istrinya.
"Ya, tuan Garwine." Ucap Rey. keduanya saling berjabat tangan. Eara mengecup pipi Cika. Ia tersenyum pada gadis itu dan meraih bahu suaminya. Rey juga meninggalkan Cika yang masih terlihat bahagia. Ia harus buru-buru pergi, karena ada pekerjaan penting yang harus ia lihat." Dad," suara Cika membuat Rey terhenti dan berbalik.
"Terima kasih." Rey hanya mengangguk dan memasuki mobil. Dan mansion benar-benar sepi sekarang. Bukan sekali dua kali Cika merasakan kesendirian seperti ini. Tapi, biasanya mommy akan selalu menemaninya. Sekarang, ia benar-benar sendirian. Cika menghela napas dan berjalan ke dalam. Ia menghubungi teman-temannya untuk bermain di rumahnya.

****

follow ig @authorfanyandra
Path @authorfanyandra
Twitter @fanya08
Askfm fanyandra90

Jangan lupa follow yaa 😉😉

gentleman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang