Jam tangan Clayn sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Dan, mereka masih saja terjebak di kawasan ini. Benar-benar gelap. Sialnya lagi, senter yang tadi Kalisha temukan pun sudah mati.
Clayn duduk dimotornya yang ia parkir tepat disamping pintu kiri Kalisha. Dan Kalisha, ia duduk di kursi belakang, dengan pintu yang terbuka sehingga ia bisa jelas melihat Clayn yang berada dibawah sinar rembulan. Jadi, tepat disampingnya ada Clayn yang duduk diatas motornya.
"Jadi, gimana?" Tanya Kalisha, mengkerutkan dahinya. Mereka tak dapat saling bertatapan, karena benar-benar gelap disini. Hanya wajah Clayn yang samar-samar terlihat karena sinar rembulan.
"Mungkin kita bakalan nginap disini semalam." Kata Clayn.
"Hah??" Kalisha mulai panik. Apalagi besok pagi ia ada janji dengan Vero.
Benar-benar tak Kalisha sangka sama sekali. Liburannya yang menyenangkan sehari dirumah nenek berubah saat ia pulang. Kini ia benar-benar terjebak disini. Tak ada oranglain yang lalu-lalang disini. Dalam kata lain, hanya mereka berdua disini. Disaat seperti ini, Kalisha mulai semakin ketakutan sehingga ia menjadi tambah menggigil. Badannya pun seringkali bergetar.
"Ssss..." Kalisha mendesis, menaruh kedua tangannya di saku jaket. Namun tetap saja ia merasa tangannya dingin.
"Bisa aku bantu kamu?" Pertanyaan itu membuat Kalisha mendongakkan kepalanya kearah wajah Clayn yang nampak samar-samar.
Namun Kalisha hanya diam. Menatap Clayn.
Tanpa menunggu perkataan selanjutnya dari Kalisha, Clayn langsung turun dari motornya dan masuk kedalam mobil. Ia duduk disamping Kalisha. Pintu tetap ia buka.
"Sini tangan kamu," Kata Clayn mengulurkan tangannya. Tatapan matanya memang tak terlihat, namun kehangatan suaranya jelas terdengar di telinga Kalisha.
"Aku akan ngehangetin tangan kamu." Sambung Clayn lagi. Dan dengan ragu-ragu, Kalisha mengeluarkan tangannya perlahan dari dalam saku jaket milik Clayn yang ia kenakan. Jujur saja, disaat seperti ini ia ingin Vero berada disampingnya. Ia ingin menghangatkan tubuhnya di peluk Vero.
Namun kini yang ada dihadapannya adalah seorang Clayn.
Bercampur sudahlah perasaan Kalisha. Antara bimbang dan merasa beruntung. Karena ia tahu bahwa Clayn sangatlah susah untuk dekat dengan wanita, bahkan sekedar berbicara dengan wanita pun sangatlah jarang dilakukan oleh Clayn.
Saat Kalisha sudah mengeluarkan tangannya, Clayn langsung meraihnya dan menggenggam kedua tangan Kalisha. Kalisha hanya diam, dengan detakan jantungnya yang tak beraturan lagi. Nafasnya serasa sesak. Entah mengapa ia bisa merasakan perasaan seperti ini.
"Aku bakal ngehangetin tangan kamu, boleh kan?" Clayn meminta izin terlebih dahulu. Sedangkan Kalisha masih saja diam. Tak dapat ia berkata-kata lagi.
"Emm..."
"Nggak ada maksud lain. Aku cuman mau bantu kamu. Kesian kamu daritadi menggigil."
"Yaudah." Setelah mendengar ucapan itu, Clayn langsung mengelus-elus lembut tangan Kalisha. Sesekali ia menggenggam tangan Kalisha begitu kuat.
Clayn lalu meletakkan tangan Kalisha di lehernya. Dan itu adalah hal yang sebelumnya belum pernah ia lakukan.
Keheningan tercipta diantara mereka. Tak ada yang berani membuka percakapan duluan. Sementara itu Clayn tetap berusaha menghangatkan tangan Kalisha. Sesekali ia meniup tangan Kalisha, berharap Kalisha bisa merasakan kehangatan.
Sekitar lima menit berlalu, dan mereka masih saja canggung tak membuka pembicaraan. Hingga akhirnya salah seorang dari mereka berani membuka pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss The Rain : From Heaven
Ficção AdolescenteCinta itu rumit. Cinta tak mudah melupakan. Meski mungkin banyak kenikmatan yg datang mendekat, namun percayalah cinta sejati sulit tuk terganti. Namun ada waktunya saat cinta itu akan terganti, jika cinta itu sudah lelah dengan keadaan. "Mencintai...