Sudah 6bulan semenjak pesan dari Bima terus menghantui pemikiran Ara. Ara terus menunggu kabar dari Bima. Namun sang sepupunya itu nampaknya tak kunjung memberi kabar yang pasti untuknya.
Sejak 5bulan yang lalu, Ara sudah menjalankan perannya sebagai Arsitek. Ia bekerja di suatu perusahaan yang bergerak dibidang jasa dekorasi dan jasa pembangunan. Bahkan Ara sudah dapat menjadi arsitek paling diandalkan diperusahaannya.
"Ara, keruangan saya." Ucap Pak Aron selaku atasan Ara.
Dengan langkah anggun, Ara mengikuti langkah Pak Aron menuju ruangannya. Dapat Ara perhatikan banyak tatapan memuja dan tatapan meremehkan dari setiap bilik para pekerja berada. Ara sekarang cukup cuek. Tak banyak berbicara pada karyawan, kecuali mengenai pekerjaan. Makanya, Ara cenderung tak perduli dengan sekitar. Karena yang mereka lihat adalah luar diri Ara yang begitu sempurna dimata mereka, bukan bagian dalam diri Ara yang banyak kekurangan.
Ara akhirnya sampai diruangan Pak Aron. Pak Aron langsung mendudukkan dirinya diatas kursi kebanggannya. Sedangkan Ara tetap berdiri menunggu informasi ataupun tugas yang akan diberikan oleh atasannya itu.
"Dita" panggil Pak Aron
"Iya pak" sahut Ara seadanya. Memang semenjak ia pindah ke New York, ia mengganti nama panggilannya. Bukan Ara lagi, melainkan Dita. Karena orang yang memanggilnya Ara hanyalah orang-orang yang berasal dari masa lalunya. Dan Ara tak ingin mengingat masa lalunya karena seperti yang kalian tau. Menyakitkan.
"Saya ingin kamu menggantikan saya untuk menghadiri pesta antar pembisnis besok. Bisa?"
"Kenapa saya, Pak?"
"Karna kamu orang kepercayaan saya, Dita. Saya tak ingin orang lain yang menghadirinya. Melihat kamu begitu sopan kepada semua orang, saya semakin yakin kamu bisa saya andalkan untuk menggantikan saya"
"Tapi pak--"
"Saya mohon, Dita. Saya tak hadir karena istri saya sedang sakit. Saya tak mungkin meninggalkannya untuk pesta seperti tukan? Tapi tak mungkkn juga saya tak mengirimkan perwakilan saya. Karena seperti yang kamu tau, pesta ini juga penting untuk menjaga relasi perusahaan inj kepada perusahaan lain."
Mendengar penjelasan Pak Aron, Ara berfikir sejenak. Lalu ia menghela nafas panjangnya.
"Baiklah pak."
Senyum mengembang dengan lebarnya diwajah Pak Aron. Ia sangat senang mendengar pekerja kesayangannya yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri.
"Terimakasih, Dita. Nanti saya emailkan ke kamu ya alamat dan waktunya"
Ara menganggukkan kepalanya dan keluar dari ruangan itu. Lagi-lagi ia menghela nafasnya saat ia sudah berada diluar ruangan atasannya itu. Entah apa yang dipikirkan Ara, tak ada yang tau.
***
Kini Ara sedang berada di dalam taksi. Entah kenapa jantungnya berdegup dengan kencang. Ara baru kali pertama ini datang ke tempat yang sangat ramai. Bagaimana Ara tau sangat ramai? Ia sering menonton di tv-tv. Melihat bagaimana pembisnis melaksanakan pestanya.
"Non, sudah sampai" ucap supir itu sambil tersenyum.
Ara membalas senyuman itu kemudian ia memberikan beberapa lembar dollar pada supir itu. Tak lupa ia mengucapkan terimakasih.
Disinilah dia sekarang. Disebuah gedung pencakar langit gelap itu dengan tulisan "The Mark" didepannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.