Part 5 - A letter

9.9K 460 10
                                    


Seorang lelaki paruh berjaskan biru dongker dan seorang wanita paruh baya dengan dress ungu tuanya sedang berdiri diluar pintu berwarna coklat. Pintu kamar dimana Ara dirawat.

"Tak usah basa basi. kenapa kau memaki anakku?" ucap lelaki itu dengan tajam sambil menatap Elly yang sekarang sedang menunduk seakan takut menatap mata lelaki dihadapannya.

Melihat kebungkaman Elly membuat pria bernama Bram itu hilang kesabaran.

"Jawab Elly!!!!" bentak Bram.

Lelaki itu adalah Bram, adik Joni. Yang secara langsung adalah adik ipr Elly sendiri.

"Katakn padaku kenapa kau membungkam mulut sialanmu itu!! Tadi didlam sana kau memaki Ara!! Darah dagingku, sialan!" ucap Bram dengan nada pelan namun mematikan.

"Maafkan aku." ucap Elly sambil menundukkan kepala.

Bram memutar kedua bola matanya. ia sungguh muak dengan wanita didepannya ini. Ia menyesal pernah mengenal wanita itu. Sungguh menyesal.

"Maaf kau bilang???Maaf!!!" suara Bram kini meninggi.

"Kau menyiksa anakku. Kau membuatnya seperti hewan yang tak layak hidup. Apa kau seorang ibu, Elly? Bagaimana perasaanmu ketika melihat Tere diperlakukan seperti itu? Ha!! Jawab aku, sialan!!"

Elly membungkam dan terus menundukkn kepalanya.

"Kenapa kau diam, sialan! kau dengan hebatnya memaki anakku tadi. Kau menghina anakku dan istriku sebagai jalang. Apa maksudmu? Apa kau lebih baik dari istriku Elly?! Jawab!"

Kali ini Elly menegakkan kepalanya dan menatap bram dengan mata penuh dengan air mat.

"Aku memang lebih baik dari istrimu, Bram!! Kau tak tau betapa aku mencintaimu dulu!! Kau tak pernah melihatku sebagai wanita! Kau selalu menganggapku saudaramu!"

Bram terkejut dengan pengakuan Elly. Sungguh ia tak habis pikir jika wanita berstatuskan teman baikny dulu dan sekarang menjadi kakak iparnya kini mengaku mencintainya.

"Kau baru menyadarinya bukan? Yang kau lihat hanya Bianca! Bianca dan Bianca! Apa bagusnya wanita jalang itu! Ia sungguh tak pantas bersamamu, Bram! Hanya aku yang pantas!!!" ucap Elly sambil terus menangis.

"Saat kau dan Bianca datang ke rumahku dan menitipkan anak sialan itu, apa kau pikir aku senang? Tidak!!!"

"Aku bersumpah akan membalaskan semua sakit hatiku pada anak Bianca. Karena dia mengambilmu dariku! Maka aku tak akn membiarkn Aramu ittu bahagia didunia ini.!!!"

Sesudah mengatakan semua keluh kesahnya, tiba-tiba seseorang memanggil nama Elly. Dengan ketakutan, Elly menoleh kearah pemilik suara itu. Betapa terkejutnya dia saat melihat Joni ada disitu. Berdiri sambil menahan air mata. Dibelakangnya terdapat Bima yang sudah menahan amarah sambil menatap tajam ke arah sang ayah, Bram.

Bersamaan Bima dn juga Joni mendekati dua orng itu. Entah karena memang sudah tak tahan menahan emosinya,Bima sampai dahulu didepan Bram sang ayah.

"Benarkah itu? Ara adikku?" ucapnya dengan tajam. Bram mengangguk sebagai jawaban.

Bima langsung mengacak rambutnya frustasi dan mengerang. Kemudian ia menonjok tembok rumah sakit menyebabkan kepalan tangannya membiru saat itu juga.

"Kenapa ayah tutupin ini? Ara itu adikku yah? Kenapa ayah tutupin?" ucapnya dengan mata sayu.

Bima mendengar semua pembicaraan ayahnya dan tantenya. Bukan hal yang aneh melihat kedua orang itu berbicar sambil teriak. Namun, yang membuat Bima terkejut adalah kenyataan yang keluar dari mulut ayahnya sendiri bahwa sepupunya yang selalu ia sayangi adalah adiknya.

Letter From Ara (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang