Part 3 - Hurt

11.2K 482 2
                                    

           

Seluruh murid SMA Permata berkumpul di lapangan sekolah. Termasuk aku. Tetapi ada pemandangan lain dari barisan di lapangan kali ini. Selain ada murid SMA Permata ada beberapa barisan perwakilan dari sekolah-sekolah yang berpartisipasi pada Permata Champion kemarin.

Dari barisan sekolahku dapat kulihat Leonard sedang berbicara dengan teman-temannya. Kulihat juga Tere sedang berbincang dengan temannya sambil berkaca. Ya, memang kedua sekolah kakakku itu ikut berpartisipasi. Namun mereka berdua hanya sebgaai penonton, bukan ikut dalam lombanya.

"Hai." Ucap seseorang membuatku membalikkan badan.

"Kamu?" ucapku dengan heran.

"Iya. Heheh." Dia tertawa. Astaga ia tertawa kenapa tampan juga hm.

"Sedang apa disini?" ucapku dengan sopan.

"Apa kamu lupa, aku mewakili sekolahku mengikuti lomba pidato kemarin?" ia menaikkan alisnya sebelah,

"Oh iya. Maaf aku lupa."

"Tak apa. Oh iya, kemarin kita tidak jadi berkenalan. Perkenalkan namaku Adam. Adam Pratama. Umur 18 tahun. kelas 3 SMA. Cita-cita dokter." Ucapnya sambil mengulurkan tangannya.

Akupun mengulurkan tanganku dan menjabat tangannya. Satu kata mengenai tangan kekarnya, halus.

"Perkenalkan namaku Aradita Yudistira. Umur 17 tahun. kelas 2 SMA. Cita-cita arsitek." Ucapku sambil terkekeh.

"Kepada seluruh siswa siswi harap baris berdasarkan sekolah asalnya"

Suara kepala sekolahku pun membuat jabatan tangan kami terlepas. Aku tersenyum kearahnya. Adam juga demikian.

"Aku pergi dulu ya." Ucapnya sambil melambaikan tangan dan pergi menuju barisannya.

Sepertinya Adam anak yang baik. Tak mungkin aku berpikiran negatif mengenai dirinya. Ya, Adam sepertinya anak baik-baik.

"Psssst"

Suara itu membuatku menoleh dan mendapatkan wajah Cia sahabatku sedang menyengir.

"Tadi siapa ra? Tumben ngobrol sama cowok" ucapnya sambil menaik turunkan alisnya.

"Anak SMA 21. Dia ajak kenalan mulu dari kemarin. Yauda." Ucapku acuh

"Jangan-jangan dia naksir kamu, ra"

"Gamungkinlah. Gila aja. Mungkin ia hanya ingin berteman denganku, cia. Kami sama-sama ikut lomba pidato inggris. Jadi wajar kan kalau dia ingin berteman."

"Ya tapi kan-" ucapannya terpotong dengan suara kepala sekolah yang memulai proses acara.

Kepala sekolah mulai membacakan para peraih penghargaan. Pemenangnya didominasi oleh nama sekolahku. Bukan karena sekolahku tuan rumah, tetapi memang murid murid SMA Permata sangat berbakat dalam segala hal. Inilah yang membuat sekolahku menjadi sekolah swasta unggulan di Jakarta.

Hingga akhirnya, pembacaan pemenang dari lomba yang kuikuti. English Speech.

"Baiklah untuk para peserta English Speech diharapkan berdiri didepan podium"

Aku dan beberapa peserta lainnya langsung bergerak membentuk barisan didepan podium dimana kepala sekolahku berdiri.

"Seluruh juri sangat sulit untuk menentukan pemenangnya dikarenakan kalian semua sangat bagus dalam menyampaikan pidato kalian. Maka dari itu masing-masing dari kalian akan di beri hadiah berupa sertifikat dan juga kesempatan pertukaran pelajar dengan murid Amerika."

Semua peserta tampak antusias dengan hadiah yang diberikan. Aku juga. Siapa yang tak mau ke Amerika? Apa lagi alasannya untuk belajar. Siapapun pasti mau.

Letter From Ara (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang