Meet His Family

842 105 22
                                    

[Lily Collins as Alisha Fredixon]


"Nyonya Alisha, sarapan sudah siap. Tuan Fredixon menunggu anda," seru Camren-salah satu pelayan di rumahnya-dari balik pintu.

"Baiklah," sahut wanita muda itu sebelum akhirnya memutuskan untuk bangkit dari posisinya yang sedang berbaring di kasur king size itu.

Mengambil nafas panjang, ia berdiri kemudian melihat refleksi dirinya dari cermin besarnya untuk memastikan bahwa wajahnya tidak tampak seperti orang yang habis bangun tidur. Ia memutar kenop pintu dan menuruni anak tangga satu per satu yang berbentuk melingkar di rumahnya.

Wanita itu tidak lain dan tidak bukan adalah Alisha Fredixon. Anak dari John Fredixon yang hidup bagaikan Tuan Puteri di cerita dongeng dengan kehidupan yang mewah serta dilayani setiap saat. Menurut pandangannya, hidup semacam itu sangat membosankan. Hidup dengan sifat palsu serta kehidupan yang mulus tanpa ada masalah atau rintangan. Hidup yang harus selalu menjaga sikapnya di hadapan banyak orang, bahkan saat sedang makan bersama keluarganya.

Ayahnya adalah pengusaha besar di Negara Inggris. Keluarga Fredixon yang merupakan keturunan orang terkenal nan kaya raya harus selalu menjaga nama baik keluarganya. Itulah mengapa, kehidupan seluruh anggota keluarga Fredixon diatur oleh John.

Di saat Alisha berada di usia 14 tahun, kedua orang tuanya selalu selalu mengajarinya-memaksa- untuk memakai dress atau baju sopan dan tak luput dengan flat shoes. Kalian bisa bayangkan tata cara kehidupannya yang tak jauh berbeda dengan kehidupan Kate Middleton.

Kini di usianya yang sudah menginjak 21 tahun, ia sudah mulai terbiasa dengan peraturan yang dibuat oleh ayahnya tersebut. Banyak orang memimpikan hidup sebagai seorang Alisha Fredixon. Memiliki paras yang begitu cantik, seluruh kebutuhan hidup sangat tercukupi, selalu di hormati banyak orang, kehidupan yang terlalu sempurna dan selalu terlihat anggun serta sopan layaknya seorang puteri.

Tetapi, menurut Alisha sendiri kehidupan seperti itu sangat menyiksa. Ia tidak dapat mengekspresikan perasaannya dengan sembarangan, harus selalu menjaga tutur katanya dan yang paling penting, ia tidak bisa memakai ripped jeans atau short pants yang dapat memerlihatkan kaki jenjangnya.

Suara ketukan dari heels mewahnya terdengar jelas sampai membuat semua orang yang ada di meja makan menoleh ke arahnya yang kini berada di dua anak tangga terakhir.

"Sayang, duduklah," ujar John-ayah Alisha-yang sedang membaca koran.

Alisha mengambil tempat duduk di samping ayahnya. Semua orang telah berkumpul kecuali dirinya. Ya, ini kebiasaan keluarga Fredixon turun-temurun. Sebelum ayah dan ibunya pergi bekerja, semua anggota keluarga harus sarapan bersama.

"Alisha, setelah sarapan kau ikut dengan kami, oke?" ucap Victoria-Ibu Alisha- sebelum ia menyesap kopi hangatnya.

"Kemana?"

"Menemui seseorang."

"Baiklah."

***

Mobil hitam yang mereka naikki melaju dengan santainya melintasi jalan besar kota Westminster. Edward. Nama itu terus terngiang di telinga Alisha di sepanjang perjalanan. Pasalnya, dialah yang akan dijodohkan dengannya.

Entah siapa Edward itu tapi ia hanya bisa berharap bahwa Edward adalah orang baik-baik.

Rasanya Alisha ingin sekali menolak permintaan kedua orang tuanya itu, tapi apa daya, ini sudah tradisi keluarganya. Tidak ada yang bisa menolak apa yang diperintahkan oleh ayahnya. Ia bagaikan Raja Charles. Lagi pula, ia ingin orang tuanya merasa bahagia dengan pernikahannya nanti.

Permintaan John membuat Alisha bingung dengan tindakan ayahnya yang satu ini. Terkadang ia berpikir, apakah ayahnya harus ikut campur dalam urusan cintanya? Namun, karena ia begitu menyayangi kedua orang tuanya, maka Alisha memutuskan untuk menerima permintaan ayahnya itu.

"Sayang, kau tidak mau turun? Kita sudah sampai," John melambaikan tangan tepat di wajah Alisha yang kini sedang melamun.

"Uh-oh sudah sampai?" Alisha segera turun dari mobil dan berjalan di belakang ayahnya. Meski heels menyatu dengan kakinya, ia masih bisa melangkah dengan sangat lihai.

Sebuah restoran. Alisha baru menyadari kalau mereka kini berada di restoran, namun kali ini tak terlalu mewah seperti biasanya.

Keluarga Alisha masuk ke dalam hingga akhirnya bertemu keluarga inti yang memakai baju formal dan rapi sama seperti yang keluarga Alisha kenakan.

John menjabat tangan dan menunjukan senyum yang sangat bahagia dengan seseorang pria paruh baya namun masih terlihat bugar yang bernama David.

"Jadi ini anakmu yang bernama Alisha itu? Ya Tuhan dia sangat cantik. Dan oh, kenalkan ini puteraku,"

Mata Alisha seketika membelalak lebar hampir keluar dari tempatnya ketika ia melihat lelaki yang sangat tak asing berdiri di hadapannya, "Harry?! Kau--"

"Kalian saling kenal?" tanya John heran saat mendengar ucapan anaknya.

Harry yang sama terkejutnya dengan Alisha hanya bisa melebarkan matanya sambil terdiam. Ia berharap bahwa apa yang tengah dipikirkannya kali ini tidak benar.

"Ya, kami--" jawab Harry dan memberi jeda pada perkataannya. Wajahnya terlihat sedang mencari alasan yang tepat, "Dia teman lamaku dulu sewaktu kami di sekolah."

"Benarkah? Berarti ini tepat sekali. Kalian pasti akan jadi pasangan yang serasi." John kembali angkat bicara dengan bangganya.

"Sorry?!"

"WHAT?!"

Alisha dan Harry berucap bersamaan. Lagi, kedua orang tua mereka menganggap itu sebagai kekompakan untuk calon suami-istri.

***

"Jadi, bagaimana dengan pesta pertunangannya? Apa ingin dipercepat?" David memandang Harry dan Alisha secara bergantian.

Alisha yang mendengarnya hanya bisa menelan ludah dengan susah payahnya dan berusaha menunjukan senyum terbaiknya.

"Bagaimana kalau akhir bulan ini? Atau mungkin bulan depan? Karena kalian sedang libur, jadi kalau kalian sudah disibukkan oleh kuliah, pasti rencana pernikahannya akan selalu terhambat." usul David yang semakin membuat wanita bernama Alisha itu mati tersedak ludahnya sendiri.

Kini Victoria mengangguk setuju, "Kau benar. Tiga bulan lagi mereka akan melangsungkan wisuda, setelah itu bekerja. Pasti akan sulit menentukan waktu yang pas."

Ya Tuhan bisakah kau memberi mukjizat apa saja untuk membatalkan rencana ini? Aku berjanji, aku akan menjual atau membuang semua ripped jeans yang aku beli diam-diam, batin Alisha.

Memang benar Harry adalah teman lama Alisha. Permasalahannya terletak pada Harry yang merupakan musuh Alisha. Bagaimana bisa ia menikah dengan setan berwajah tampan sepertinya, pikir Alisha.

Jika kalian bertanya apa yang membuat Alisha memusuhi Harry. Jawabannya ada pada sifatnya yang termasuk biadab. Ia tidak ada habisnya menjaili, mengusik, membully, menyiksa dan menghasut Alisha. Dan wanita itu akan berpikir ribuan kali untuk memaafkan perbuatan Harry.

°°°
Enakan pake Author's Pov atau dari Alisha? Klo ada yg kurang paham, tanyakan ya! Have a great day

23rd September 2017

My Mate // H.STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang