I Finally Got Home

667 101 10
                                    

"Baiklah David sepertinya aku harus pergi. Bisa-bisa aku terlambat meeting," John melirik jam mewah yang melingkar di tangannya. Setelah itu disusul oleh tubuhnya yang beranjak berdiri, "Dan oh, Alisha, Mom dan Dad tidak bisa mengantarmu pulang. Kau bisa naik taksi saja, tapi kalau kau keberatan aku akan menunda jadwal meeting dan--"

"Tidak Dad, aku naik taksi saja." Tidak mau memperpanjang masalah, Alisha lebih memilih untuk naik taksi.

"Alisha, lebih baik kau pulang dengan Harry. Dia membawa mobil sendiri, aku juga tidak bisa mengantarmu pulang." Kini David angkat bicara.

Mendengar perkataannya membuat Alisha mengedipkan matanya tiga kali untuk mencerna apa yang barusan ia dengar. Sungguh ini merupakan hari yang bagus untuk mengawali penderitaan Alisha.

"Harry, tolong antarkan Alisha sampai ke rumah, oke?" ujar David yang terdengar seperti memerintah anaknya dan kemudian ikut berdiri.

Harry menghela napas panjang dengan wajah yang tertekuk sebelum akhirnya menyetujui perintah ayahnya itu.

**

Setelah kedua pasangan—yang sebenarnya dipaksa menjadi pasangan—itu melihat kedua orang tua mereka menghilang, mereka saling terdiam. Beberapa detik kemudian Harry kembali duduk.

"Hey bodoh, kenapa kau bilang kalau kita berteman lama?" tanya Alisha dengan tangan terlipat di dadanya.

"Lalu kenapa? Apa kau mau aku bilang kalau kita bermusuhan? Kemudian mereka berpikir kalau kita sangat kekanak-kanakan. Selain itu mereka akan tertawa mengejekmu karena alasan kenapa kau memusuhiku. Itu terserah padamu saja." balasnya dengan enteng kemudian mengangkat tangannya ke udara untuk memanggil pelayan.

Alisha memicingkan matanya dengan penuh kebencian, "Dengar Styles, kau tidak bisa meremehkanku lagi seperti dulu, kau akan lihat apa yang terjadi jika kau masih berani menindasku."

Harry menatap Alisha dengan remeh dan mengendikkan bahunya, "Ouch, aku sangat takut."

Harry Styles. Seorang pria yang sangat menganggu hidup Alisha kini berada di hadapannya setelah beberapa tahun tidak bertemu. Dia pikir, setelah lulus SMA dia akan hidup tenang tanpa melihat rupa Harry yang menyebalkan itu. Tapi siapa sangka, mereka malah dijodohkan untuk kepentingan perusahaan kedua orang tuanya.

"Aku akan mengantarmu setelah aku makan. Aku sangat lapar. Kau bisa menungguku di luar." ujar Harry setelah pelayan restoran datang dan memberi buku menu.

"Kau pikir aku mau satu mobil dengan pria aneh sepertimu? Hell no! Aku tidak butuh tumpanganmu." Harry menyeringai masa bodo meski matanya tak menatap Alisha, melainkan buku menu.

Setelah berucap Alisha segera pergi keluar restoran dan hendak menunggu taksi. Di langkahnya sebelum sampai ke depan jalan raya, ia seperti merasa seperti ada keganjalan. Tangannya kosong. Maksudnya, ia tidak merasa ada tas atau ponsel berada di tangannya.

Dengan gerak refleks ia mengentikan langkahnya. Kemana dompet atau ponselnya itu?  Jangan-jangan tertinggal di restoran tadi. Atau mungkin ini ulah Harry agar aku tidak bisa pulang, batin Alisha.

Ia menelan ludahnya sekali lagi sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali ke dalam dan memeriksa ponsel yang mungkin tertinggal itu. Ia melangkahkan kaki dengan berat hati.

Sesampainya di depan pintu restoran, Alisha tidak masuk ke dalam. Dia hanya akan mengintip dari luar. Yang benar saja, tidak mungkin ia masuk ke dalam dan bertemu Harry setelah apa yang dikatakannya tadi. Itu hanya akan membuat harga dirinya hancur.

My Mate // H.STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang