[Mulmed: Harry Styles]
Keesokan harinya Harry kembali menjemput Alisha untuk ke kelas dansa seperti yang Harry katakan kemarin. Sebenarnya Harry berniat untuk membalas perbuatan yang kemarin Alisha lakukan, tapi Harry malah harus menjemput wanita muda itu kembali, bak supir yang mengantar-jemput majikannya.
Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya Alisha keluar. Ia memakai dress bermotif stripes selutut dan juga sneakers yang jarang ia pakai. Kemudian mereka berdua pun pergi ke tempat tujuan. Setelah hampir setengah jam atau lebih berkendara mereka pun sampai di tempat dansa Harry.
“Kickboxing? Harry kau bilang ke kelas dansamu?” tanya Alisha tepat saat melihat tulisan Kickboxing di depan gedung.
Harry hanya bergumam menjawab pertanyaan tersebut tanpa melihat bagaimana perubahan ekspresi yang ditunjukkan oleh wanita di sampingnya.
“Oh ayolah Harry, kau tahu kan aku tidak suka dengan hal yang ada sangkut pautnya dengan kekerasan.”
“Siapa yang bilang kalau aku tahu itu?” Alisha terdiam. Harry benar, pria itu tidak tahu apapun tentang hal yang di sukai atau tidak di sukainya.
Ia merasa terlalu bodoh untuk mempercayai Harry yang mengikuti kelas dansa. Bagaimana bisa pria yang berjiwa kriminal kelas kakap itu berdansa. Ia merutuki dirinya karena Harry kembali melihat sisi bodohnya. Alisha yang tersadar dari lamunan kilasnya itu melihat Harry berjalan masuk lebih dulu, lantas ia segera menyusulnya.
Sudah terbayang di pikirannya bagaimana menyeramkannya tempat itu. Jujur saja, ia tidak pernah tau bagaimana bentuk tempat latihan tinju atau semacamnya, tapi ia sering melihatnya di film-film dan itu cukup menyeramkan.
Tempat yang penuh dengan makhluk ganas bertubuh besar di selimuti tato dan—tunggu, tempat ini tidak menyeramkan. Benar, bahkan tempat ini sangat nyaman! Kali ini Alisha salah menilai.
Harry membawa pasangannya itu ke sebuah ruangan yang berisi beberapa ring tinju. Sebenarnya Harry tidak membawanya, tapi Alisha yang mengikuti Harry dari belakang. Mungkin saja Harry lupa jika ada manusia bernama Alisha di sini.
“Aly,” panggil Harry.
"Hell, it's Alisha."
Sejak dulu, Alisha tidak suka semua nama panggilan buatan Harry. Karena menurutnya, itu aneh. Semua yang keluar dari mulut Harry itu aneh. Begitulah sekiranya.
"I don't fucking care, Aly." Ia mengendikkan bahu lalu melucuti atasannya tepat di hadapan Alisha, membuat tubuhnya terekspos jelas. Tubuh kekar yang penuh dengan tato. Pupil Alisha sedikit membesar melihat pemandangan langka di hadapannya. Geez, he is so hot, batinnya.
Nyaris saja pipinya memerah karena melihat manusia di depannya itu. Ia mengakui kalau Harry merupakan pria tampan, tetapi tetap saja menurut Alisha pria itu brengsek.
“Dari pada kau memandangiku, lebih baik kau pegang ini, dan oh bisakah kau ambil sarung tinju di sana? Dan satu lagi, aku lupa membawa minum, bisakah kau membawakanku minum? Minumanku ada di tas,” Tanpa mendengar persetujuan dari Alisha, Harry berangsur masuk ke dalam ring.
Ia menatapi baju yang berada di tangannya. Apa maksudnya tadi? Semudah itukah ia menyuruh-nyuruh seorang Alisha? Tentu saja dengan rasa kesal ia melangkah ke arah yang di maksud dan segera mengambil tas hitam yang tergeletak di kursi bagian pojok ruangan, yang tadi ditunjuk oleh Harry.
Ia bahkan tak tahu yang mana tas milik Harry. Pasalnya, banyak sekali tas yang berada disana. Karena sudah merasa kesal, maka Alisha mengambil tas asal yang ia harap milik Harry.
Oh, Alisha jadi ingat perlakuan Harry padanya sewaktu SMA.
“Awas kau pria licik,” Alisha tidak bisa berhenti mengumpat dalam hati. Dengan langkah lebar ia kembali menghampiri Harry.
“Harry!” teriaknya dari beberapa meter tempat ring tersebut.
“Harry!” Pria tersebut menghiraukan suara Alisha dan masih asik dengan aktifitas tinju-meninju.
“Harry!!” Akhirnya Harry berhenti dan menoleh ke arah Alisha yang sedang berdiri dengan wajah jengkel.
Merasa dipanggil, ia pun turun dari ring dan segera menghampiri orang yang memanggilnya. Tidak sampai tiga menit, tubuhnya sudah mulai mengeluarkan keringat karena aktifitas tersebut.
Alisha Fredixon harus menelan salivanya ketika berhadapan dengan tubuh seksi yang dipenuhi butiran keringat.
"Ini tasmu, ambil dan letakkan sendiri. Jangan menyuruhku lagi." kata Alisha sedikit datar, disusul oleh gerutuan yang tidak jelas.
Harry melihat tas yang masih berada di tangan Alisha dengan alis yang bertautan, "Kau salah mengambil tas. Itu bukan milikku. Ambil dengan benar."
Alisha pun menyerahkan tas tersebut dan memaksa Harry untuk menerimanya meski jelas Harry tak mau mengambil tas orang lain, "Astaga, lebih baik kau ambil sendiri. Jangan menyuruhku kalau tak mau salah ambil."
"Kau ini kan calon istriku, bagaimana aku bisa hidup kalau kau saja tak mau melayaniku." Harry menyeringai di akhir kalimatnya membuat Alisha mengacak-acak rambutnya frustasi.
Di dalam hati, Harry sedang tertawa terpingkal-pingkal karena berhasil mengerjai Alisha hingga ia kesal. Yang ia tahu, Alisha tidak suka disuruh, terlebih lagi Harry yang menyuruhnya.
Alhasil, Alisha kembali ke tempat semula dan mengambil tas Harry dengan benar. Meski sebenarnya ia tetap tak tahu yang mana tas milik Harry, yang terpenting ia sudah menuruti permintaan pria itu.
Dengan langkah terburu-buru, ia menyerahkan tas berwarna navy pada Harry yang masih menunggunya di pinggir ring.
"Ini! Jika ini tetap bukan tasmu, jangan menyuruhku lagi, aku bukan pembantumu! Sudah sa--"
“Excuse me, sorry—” Seseorang memotong perkataan Alisha yang sedang meledak itu. Ia memejamkan matanya berusaha untuk tidak memaki orang itu. Ia sungguh tak peduli jika seluruh pasang mata di ruangan ini tengah memerhatikan Alisha yang sedang memarahi Harry.
“Jika kau masih melakukan hal buruk terhadapku lagi seperti dulu, aku akan membuatmu tersiksa. Aku jamin kata-kataku itu un—“
“Maaf mengganggu kalian, tapi kau mengambil tasku,” Akhirnya orang tadi menyelesaikan perkataannya.
Seketika wanita itu berhenti berucap dan matanya terbuka lebar menatap Harry. Sedangkan Harry hanya berusaha menahan tawa agar tidak keluar.
Alisha memberi tatapan-- haruskah aku menengok -- pada Harry, namun pria itu hanya mengangkat kedua bahunya tak tau-menau.
Akhirnya ia pun menoleh ke sumber suara dengan ragu, “J-jadi ini milikmu? Ambil lah, a-ambil saja aku tidak butuh ini.”
“Wait, Alisha?” Kepala Alisha yang sedari tadi tertunduk akhirnya mengangkat kepalanya saat namanya disebut pria tersebut.
Ya, pemilik tas tersebut adalah seorang pria dan Alisha sedikit mengerutkan keningnya ketika matanya melihat wajah pria di hadapannya. Ia berusaha mengingat-ingat kembali wajah yang tak terlalu asing di pengelihatannya itu.
"Astaga, kau? Duh, aku lupa namamu--" Alisha mengetuk-ngetuk kakinya di lantai sambil memejamkan mata, mencoba mengingat kembali namanya.
"Ah, aku ingat! James? Bagaimana kau bisa ada disini?"
•••
Lets be honest, adakah yg minat sama cerita ini? Kalo gaada bisa aku apus dan bikin cerita baru lol gimme your answer. Have a great day everyone❤1st October , 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mate // H.S
FanfictionHanya cerita klasik tentang perjodohan seorang wanita bernama Alisha Fredixon yang hidupnya bak puteri mahkota. Kenyataan pahit menimpa Alisha yang harus dijodohkan oleh pria yang sering mem-bully-nya sewaktu SMA, Harry Styles. Benci jadi cinta, ki...