"Habisnya dia memaksaku untuk pergi ke kafe. Padahalkan aku sudah bilang kalau aku lelah! Dia juga berpikir bahwa aku hanya ingin pergi denganmu atau dengan teman-temanku. Aku mau kok pergi dengannya! Hanya saja waktunya yang tidak tepat yang membuatku menolak ajakannya! Dia kekanakan!" jelas Jieun panjang lebar.
Vernon mengangguk mengerti. "Ya sudah... Lanjutkan saja kehidupanmu seperti biasa," kata Vernon. "Aku ngantuk. Aku pulang ya? Besok kamu harus sekolah!"
///\\\
Guru Kim datang dan ia langsung memberikan soal matematika yang ia tulis di papan tulis. Setelah selesai menulis, ia menerangkan beberapa materi baru yang kemungkinan akan keluar di ujian semester mendatang.
Guru Kim terus berbicara sampai sesuatu menghentikan aktifitasnya. Pintu kelas 11-2 diketuk dari luar. Seseorang memasuki kelas itu dan ternyata itu adalah Mark.
Jieun menundukan badannya, berharap bahwa Mark tidak akan melihatnya. "Permisi pak, maaf mengganggu," kata Mark sembari memberikan salam kepada Guru Kim. "Sekertaris diminta menemui Guru Jung di perpustakaan."
Jieun mendongakan kepalanya. Kemudian ia menatap Youngji---sekertaris 2--- yang ternyata sedang menatapnya juga. Jieun menatap Youngjing dengan tatapan kumohon-aku-tidak-mau-menemui-Mark. Youngji mengangguk mengerti dan ia pun mengacungkan tangannya.
"Bae Youngji, cepat kembali ya! Materi ini termasuk materi yang penting," ucap Guru Kim. Youngji mengangguk lalu segera pergi keluar kelas.
Jieun yang mendapat tatapan dari Mark hanya memalingkan wajahnya dan menghela napas setelah Mark keluar kelas.
Sudah tiga jam Guru Kim menerangkan materi dan sesekali memberikan soal. Sekarang ia memperbolehkan siswanya untuk beristirahat karena bel istirahat memang sudah berbunyi. Jieun, Vernon, dan teman-teman dekat mereja yang lainnya lansung menuju ke kantin untuk makan bersama.
Mereka mengantri untuk mendapatkan makan siang mereka. Ada juga yang membeli camilan tambahan.
"Jadi Jieun," ucap Eunha. Jieun menatap Eunha, menunggunya untuk melanjutkan kalimatnya. "Bagaimana rasanya merasakan hari-harimu sebelum bertemu Mark Lee?"
Jieun tertawa pelan. "Benar-benar menakjubkan. Aku sadar kalau aku hanya mengaguminya. Tapi aku bingung. Apa orang kekanakan sepertinya pantas dikagumi?"
Teman temannya tertawa. Mereka sibuk mengobrol sambil sesekali menyuapkan nasi ke mulut mereka. Mereka membicarakan tugas-tugas mereka, guru baru yang terlihat cantik, dan tidak jarang juga mereka menggosip tentang siswa-siswi di sekolahnya.
Sedang asik bercanda, seseorang menginterupsi kegiatan mereka. Oh, itu Jung Yerim dari kelas 11-4. Ia membawa setangkai bunga dengan kotak susu stoberi dan selembar kertas.
"Ini untukmu," kata Yerim sembari memberikan barang yang ia bawa. Jieun menerimanya. Kemudian ia membaca tulisan yang ada di kertas itu.
"Maafkan aku." Itu yang tertulis di sana.
"Dari siapa?" Yurim bertanya lalu mengambil kertas yang ada di tangan Jieun. Setelah membacanya, Jieun mengambilnya lagi dari tangan Yurim.
"Mark ya?" tanya Jieun kepada Yerim. Yang ditanya hanya menjawab dengan jari telunjuk yang menempel pada bibirnya, memberitahu agar tidak mengatakan apa-apa ke Mark.
Jieun menghela napasnya. Kemudian ia memberikan kembali kotak susu dan kertasnya. "Susunya untukmu saja. Kertasnya bisa kamu buang. Mawarnya untukku ya?" Yerim mengangguk kemudian ia pergi sambil membuang kertas tak berguna itu ke tempat sampah.
"Mawarnya mau untuk apa?" tanya Hoshi. Jieun tidak menjawab. Dia malah sibuk melihat orang-orang yang berlalu-lalang di kantin.
"Kak Chanyeol!" panggil Jieun sedikit berteriak membuat yang dipanggil menghentikan jalannya dan berjalan menuju meja Jieun.
"Kenapa?"
Jieun berdiri dan langsung memberikan mawar yang ada di tangannya. Chanyeol bingung. Begitu juga teman-teman Jieun.
Chanyeol tertawa garing. "Ada apa ini? Dalam rangka apa?"
"Tadi ada yang memberikannya kepadaku. Tapi aku lebih suka tulip dari pada mawar. Jadi aku berikan kepadamu saja."
Chanyeol mengangguk paham. "Aneh. Tapi terima kasih ya! Aku tinggal ya." ucap Chanyeol yang setelah itu melambaikan tangannya ke arah Jieun dan teman-temannya.
Jieun kembali duduk dan mulai memakan puding yang ada di depannya. "Kenapa tidak berikan ke aku saja? Aku kan suka mawar!" kata Haeun.
Jieun menatap Haeun dengan tatapan minta maaf. "Maaf... Lagi pula kamu tidak bilang."
///\\\
Jieun pulang bersama Vernon. Mereka sudah sampai di depan rumah Jieun dan di sana ada siswa berseragam sama dengan mereka. Siapa lagi kalau bukan Mark?
"Ada perlu apa?" tanya Jieun.
"Bisa kita bicara?"
"Bicara saja."
"Vernon, kau bisa pergi?"
Vernon mulai menggas kembali motornya. Namun ia berhenti ketika Jieun melarangnya pergi. "Tidak usah. Vernon di sini saja."
"Tapi Jieun, aku mau bicara ber---"
"Kalau dia tidak mau tidak usah dipaksa," kata Vernon.
"Cepat katakan. Aku tidak punya banyak waktu," suruh Jieun dengan nada dinginnya. Ia sudah mulai malas dengan laki-laki di depannya ini.
Mark menarik napas lalu menghembuskannya perlahan. "Maafkan aku. Aku sadar kalau aku memang kekanakan. Aku terlalu mementingkan diriku sendiri sampai aku tidak peduli dengan keadaanmu. Beri aku kesempatan dan aku berjanji akan menjadi orang yang dewasa."
"Baguslah kalau kamu sadar. Tapi aku tidak memberikanmu kesempatan. Apa kamu yakin kalau kamu akan menjadi dewasa? Bagaimana kalau kamu lebih memilih egomu? Lagi pula aku tidak akan menjilat ludah yang sudah kubuang," jelas Jieun yang setelah itu pergi masuk ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
telephone // vernon chwe
FanfictionVernon suka sama Jieun. Kalau Jieun sukanya sama siapa?