12

681 104 13
                                        

Miso adalah teman sekelas Vernon dan Jieun ketika masih kelas 10. Ia tak lama tinggal di Seoul---kira-kira hanya 4 bulan--- karena ayahnya dipindah tugaskan ke Busan. Oleh karena itu, Miso meninggalkan Seoul dan juga teman-temannya.

Tapi di 4 bulan itu, tidak ada yang tahu kalau Miso menyimpan perasaan pada Vernon.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Jieun.

"Baik seperti yang kamu lihat," jawab Miso.

Vernon hanya mendengarkan obrolan mereka. Sesekali melihat kearah gadis di sebelahnya---Jieun--- yang semakin cantik ketika angin menerpa rambutnya yang panjang kecokelatannya itu. Ia tidak bisa menyalahkan Miso yang mengganggu "acara"nya itu karena toh Jieun sangat menikmati waktunya dengan Miso.

"Kamu ke sini dengan siapa?" Jieun bertanya lagi.

"Dengan pacarku," jawab Miso santai. "Beruntungnya orang tuaku memperbolehkanku ke sini dengannya." Yaaa... Beruntungnya perasaan Miso untuk Vernon sudah menghilang. Jadi ia tidak perlu mendekati Vernon.

"Lalu di mana pacarmu?"

"Di sana," jawab Miso sambil menunjuk kearah toko mainan yang berada di seberang taman.

"Tidak mengajaknya ke sini?" tanya Jieun.

Miso menggelengkan kepalanya. "Dia pemalu," kata Miso. "Ya sudah.. Aku pergi ya!"

///\\\

Kepergian Miso membuat jantung Vernon berdetak lebih cepat dari biasanya. Jangan lupakan rasa geli di perutnya dan lidahnya yang kelu. Vernon menarik napasnya, berusaha menenangkan dirinya.

"Apa urusanmu sudah selesai?" tanya Jieun membuka pembicaraan.

"Belum," jawab Vernon. "Sebentar lagi selesai."

Kemudian keheningan menyelimuti mereka lagi. Rambut Vernon mau pun Jieun diterpa oleh angin sore yang menyejukan. Dingin namun menyejukan. Dan itu membuat Vernon semakin gugup.

"Oh iya... Kenapa ingin bertemu di sini?"

Vernon melirik jam tangannya. Sekarang sudah pukul 2 lewat 15 menit. Tanpa berpikir panjang, Vernon menambil bunga tulip yang sebelumnya terbaring di sebelahnya. Vernon menatap bunga tulip itu karena ia berusaha tidak menangkap tatapan membingungkan dari Jieun.

"Jieun," panggil Vernon. "Kamu percaya dengan cinta pandangan pertama?"

Jieun menautkan dahinya. Itu pertanyaan yang sama seperti yang Jieun pernah tanyakan ke Vernon. "Percaya... Tapi ternyata cinta pertamamu belum tentu menjadi cinta terakhirmu," jawab Jieun.

"Aku juga sama sepertimu. Tapi saat ini, aku berharap cinta pertamaku adalah cinta terakhirku juga," kata Vernon yang mulai menatap Jieun. Vernon memutar tubuhnya menghadap Jieun, kemudian ia memberikan bunga tulip yang di tangannya.

"Mau jadi cinta terakhirku?"

Tak ada balasan dari Jieun. Jieun hanya menatap Vernon dengan tatapan ada-apa-denganmu.

Vernon menutar tubuhnya lagi ke posisi awal. "Aku tahu ini aneh atau membingungan. Aku menyukaimu dan perasaan itu timbul ketika kita pertama kali bertemu. Itu ketika kita masih di sekolah dasar. Yang membuatku terkejut adalah ketika kamu mengisi bangunan yang sebelumnya kosong di sebelah rumahku. Kukira perasaan itu tidak akan bertahan lama tap---"

Jieun mencium pipi Vernon dengan cepat, membuat Vernon berhenti berbicara dan menoleh kearah Jieun.

"Kamu percaya dengan cinta yang datangnya terlambat?" tanya Jieun. "Aku percaya karena aku sedang merasakannya sekarang. Bodohnya aku pernah berpacaran dengan orang yang kukagumi sedangkan orang yang selalu aku butuhkan sudah menyimpan perasaan yang sama kepadaku selama kurang lebih 10 tahun. Seharusnya aku menyukaimu ketika kita pertama bertemu atau mungkin ketika kita sudah mulai sangat dekat. Ini benar-benar-"

telephone // vernon chweTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang