11

512 83 8
                                    

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Sudah lama sekali sejak Jieun memulai hidup biasanya lagi setelah berpacaran dengan Mark. Bahkan Jieun dan teman-temannya sudah melewati ujian semester.

Dan Vernon masih saja menyimpan perasaannya pada Jieun. Teman-teman dekatnya (kecuali Jieun) sering bertanya, "kapan mau menyatakan perasaanmu pada Jieun?"

"Kalian tunggu saja." Itu adalah jawaban yang selalu diberikan oleh Vernon untuk menjawab pertanyaan teman-temannya.

Hari ini hari Sabtu. Jieun sedang berada di rumah Vernon karena sepupu Vernon yang paling kecil sedang berkunjung ke rumahnya. Namanya Sofia.

"Sofiaa... Aku punya kue tart di rumah. Kamu mau?" tawar Jieun kepada Sofia. Sofia yang sedang bermain dengan Vernon hanya menganggukan kepalanya. Jieun pun pergi meninggalkan rumah Vernon untuk mengambil kue

"Sofia," panggil Vernon. "Menurutmu kak Jieun itu bagaimana orangnya?"

Sofia menoleh ke arah Vernon. "Hmm.. Kak Jieun baik, cantik juga.. Dia pintar masak juga kak.. Waktu aku ke sini terus nggak ada kak Vernon, kak Jieun bikinin aku pancake."

Jieun pun kembali dengan kue tartnya. "Kak Jieun!!" panggil Sofia dan Jieun langsung menghampiri Sofia. Sofia mulai menggigit kue tart yang ukurannya kecil itu.

"Kak, tadi kak Vernon nanyain kakak," kata Sofia. Jieun menatap Vernon dengan menautkan alisnya. Vernonnya hanya menunduk sembari memainkan ponselnya, berpura-pura tidak mendengar apa-apa.

Tatapan Jieun kembali ke Sofia. "Kenapa?"

"Kayaknya kak Vernon suka sama kakak deh." Kalimat yang dilontarkan Sofia membuat Vernon mengangkat kepalanya.

"Anak kecil jangan sok tahu!" kata Vernon.

Jieun hanya tertawa. Kemudian ia mengelus rambut Sofia dan berkata, "tidak mungkin... kakakmu yang tampan itu sudah menyukai seseorang." Jieun tersenyum. "Nih, dimakan lagi ya kuenya."

Waktu sudah menunjukan pukul 6 sore. Sofia dan orang tuanya baru saja pulang. Jieun kembali ke rumahnya setelah menghabiskan makan malam yang diberikan Nyonya Choi.

"Makasih ya," kata Vernon ketika mereja berdua berada di depan rumah Jieun.

"Untuk?"

"Untuk membantuku mengurus Sofia," jawab Vernon yang kemudian tersenyum, menampakan deretan giginya.

"Aku sudah sering membantumu dan kamu baru berterima kasih sekarang?" Vernon terkekeh. "Sama-sama... Ya sudah, aku masuk ya."

Jieun hendak masuk ke rumahnya namun tangannya ditahan oleh Vernon. Jieun menoleh ke Vernon. "Kenapa?"

"Besok kita pergi ke kafe yuk. Mau tidak?"

Jieun mengangguk dengan senyumnya. "Tapi aku harus mengurus sesuatu jadi aku tidak bisa berangkat bersamamu. Aku tunggu di kafe biasa pukul 2." Vernon melepaskan tangan gadis itu. Jieun lagi-lagi hanya mengangguk dan ia segera masuk ke rumahnya.

///\\\

Sekarang pukul  12 dan Vernon sudah keluar rumah. Padahal janjinya bersama Jieun pada pukul 2. Hari ini Vernon akan menyatakan perasaan yang ia pendam selama ini. Ia berniat untuk memberi Jieun bunga tulip, karena itu yang dia suka. Semoga hari ini akan berjalan dengan lancar.

Vernon memasuki toko bunga di seberang taman kota. Vernon selalu suka toko bunga karena bangunannya yang minimalis dan dihiasi berbagai macam bunga dan warna. Vernon menyusuri setiap inci ruangan, mencari bunga yang ia cari. Ia pun menemukan bunga yang ia cari. Bunga tulip yang berwarna oranye. Vernon segera mengambil beberapa tangkai bunga itu dan memberikannya kepada penjaga toko untuk membungkusnya. Setelah selesai dibungkus, ia membayar bunganya dan pergi keluar.

Vernon melirik jam tangannya. Satu jam lagi menuju pukul dua. Maka ia memilih untuk ke taman kota dan duduk di salah satu bangku di sana.

Kakao Talk

Vernon :

Jieun, bisa ke taman kota sekarang?

Ini bukan bagian dari rencana Vernon. Hanya saja Vernon benar-benar bingung apa yang harus ia lakukan selama satu jam. Menyusun kata-kata? Menenangkan diri agar tidak gugup? Tidak-tidak... Vernon tidak suka semua itu.

Kakao Talk

Jieun :

Janji kita kan pukul 2

Kenapa tiba-tiba?

Vernon :

Ke sini saja. Cepat.

Jieun :

Yaaa baiklah... Aku bersiap dulu

///\\\

"Hai Vernon."

Suara seorang perempuan membuat Vernon membuka matanya. Matanya menyipit karena sinar matahari yang masuk begitu saja ke matanya. Vernon menoleh perempuan di sampingnya. Ia sedikit terkejut melihat perempuan di sampingnya.

"Miso?"

"Hai... Sudah lama tidak bertemu," kata perempuan yang bernama Miso itu. Ia tersenyum cantik. Pantas saja diberi nama Miso (senyum). Miso memang suka tersenyum ramah dengan orang orang. "Apa kabar?"

"Baik. Kamu sediri bagaimana?"

"Sama denganmu," balas Miso. "Sedang apa di sini?"

"Menunggu Jieun," jawab Vernon. "Omong-omong, aku sedikit terkejut karena kamu masih mengingatku."

"Kamu dan Hoshi itu wajah yang sangat mudah diingat."

"Vernon!" Seseorang memanggil nama Vernon dari kejauhan. Oh, itu Jieun. Ia berlari menghampiri Vernon. "Maaf terlambat.. Tadi ibu memerlukanku," kata Jieun ketika sampai di tempat Vernon berada. "Oh hai! Kamu siapa?" tanya Jieun sembari mengulurkan tangannya.

"Lupa denganku ya?" tanya Miso dengan senyumnya. Wajah Jieun terlihat bingung dan ia menarik kembali tangan yang ia ulurkan. Namun terlambat karena Miso sudah menerima uluran tangannya. "Hai aku Miso. Senang bertemu denganmu lagi."

telephone // vernon chweTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang