9

477 96 5
                                    

Hari ini hari Rabu. Dan hari ini juga Jieun merasa dirinya sangat lelah. Bagaimana tidak? Hari ini tugas sekertaris sangat banyak. Walau pun sudah dibantu dengan sekertaris kedua, tetap saja masih terasa lelah.

Pertama, sekertaris disuruh untuk mengambil buku pelajaran sebanyan jumlah siswa di kelas dan harus dikembalikan setelah pelajaran berakhir.

Kedua, ada tiga guru yang memberikan tugas-tugas kelasnya untuk dimasukan ke buku nilai.

Ketiga, memberikan informasi ke setiap kelas bahwa Guru Han---wali kelas mereka--- akan memberikan tugas yang lumayan banyak dikarenakan Guru Han akan mengambil cuti melahirkan.

Tidak sampai di situ saja. Tugas kelompok guru sejarah dan pelajaran olahraga juga membuat mereka---para sekertaris--- merasakan lelah yang berlebihan.

Untungnya hari ini Jieun tidak ada piket. Jadi ia bisa langsung beristirahat di rumah. Jieun keluar kelas dengan beberapa buku di tangannya. Tasnya sudah cukup berat karena ia meminjam beberapa buku untuk mengerjakan tugas sejarah bersama kelompoknya. Kenapa tidak teman sekelompoknya saja yang bawa? Itu karena Jieun adalah ketua kelompoknya. Ketua kelompok yang lain pasti membawa jenis buku yang sama dengan Jieun.

Jieun disambut dengan Mark ketika ia sampai di luar kelas. Mereka berjalan bersama menuju parkiran di mana motor Mark terparkir. "Kita ke kafe yuk," ajak Mark.

Jieun menggeleng. "Langsung pulang saja Mark," balas Jieun. "Aku lelah."

"Ayolah... Kemarin kan kita tidak jadi pergi. Jadi perginya sekarang ya?"

"Tidak Mark. Lain kali saja. Aku benar-benar lelah," kata Jieun.

Mark diam sebenar. Kemudian ia mulai membuka mulut lagi. "Giliran diajak Vernon kamu mau."

Jieun menghentikan langkahnya. "Kenapa waktu itu tidak memperbolehkanku pergi denganmu?" Mark bertanya.

Jieun tidak menjawab. Ia sedang mengatur amarahnya karena sekarang ia benar-benar lelah dengan semua yang diucapkan Mark. "Sudahlah! Pokoknya kita harus pergi!" kata Mark yang kemudian menarik tangan Jieun namun ditepis.

"Vernon tidak pernah mengajakku pergi ketika aku lelah! Kalau pun ia mengajakku ketika aku lelah, ia pasti tidak akan memaksa ketika aku sudah bilang tidak! Dan soal Sabtu itu, aku tidak mau teman-temanku terganggu dengan kehadiranmu!" jelas Jieun. Mark tidak menjawab. Jieun menarik napasnya, kemudian mengeluarkannya.

"Mark," panggil Jieun. "Aku tidak merasa nyaman denganmu. Kamu belum cukup dewasa untuk mengerti keadaanku. Ayo akhiri semua ini." Tepat ketika Jieun menyelesaikan kalimatnya, Jieun melihat Vernon. Dengan segera, Jieun memanggil Vernon dan berlari kearahnya, meninggalkan Mark sendiri.

///\\\

Vernon baru saja selesai membeli minuman dikantin. Sekarang ia akan pergi ke parkiran dan segera pulang. Dari lapangan Vernon melihat Jieun dan Mark yang sedang berjalan beriringan. Namun kemudian mereka berhenti. Vernon memilih untuk melihatnya sebentar. Karena setelahnya mereka hanya berdiam di tempat, maka Vernon mulai berjalan kearah motornya. Tapi siapa sangka Jieun akan memanggilnya?

Sekarang Vernon membawa Jieun bersamanya. "Mau langsung pulang atau mampir ke suatu tempat?" tanya Vernon ketika lampu lalu lintas berwarna merah.

Jieun mendongakan kepalanya yang sebelumnya ia sandarkan di punggung Vernon. "Langsung pulang saja."

Vernon tahu pasti sesuatu telah terjadi. Namun Vernon lebih memilih untuk diam dan fokus mengendarai motornya dan menunggu sampai Jieun akan menceritakan sesuatu itu.

///\\\

Vernon duduk di kursi belajarnya. Ia memandangi ponselnya dalam keadaan gelap. Ia terus menunggu Jieun yang (mungkin) akan meneleponnya atau setidaknya mengirim pesan. Vernon menoleh ke jam dinding. Sudah pukul setengah dua belas. "Apa aku harus tetap menunggunya?"

Tak lama kemudian, ponsel Vernon berbunyi, tanda seseorang sedang meneleponnya. Dengan cepat, ia langsung mengangkat panggilan itu.

"Vernooon...... Besok aku tidak ingin ke sekolah"

"Hah?!"

"Aku tidak mau bertemu Mark!"

"Hei, ada apa sih? Cepat ke sini!"

"Apa-apaan? Biasanya kan kamu yang ke sini!"

"Ya ya.... Aku ke sana"

Vernon mengetuk pintu kediaman keluarga Song. Yang keluar bukan Jieum, melainkan ayahnya. "Loh, ada apa Hansol?" tanyanya.

"Jieun menyuruhku ke sini," jawab Vernon.

"Ooh... Sana masuk... Pastika dia baik-baik saja ya! Dari tadi om denger dia teriak-teriak gitu."

Vernon mengangguk. Kemudian ia pergi menuju kamar Jieun, mengetuknya secara perlahan, dan pintu pun terbuka. Wajah Jieun masih terlihat lelah. Sepertinya ia bertambah lelah dengan masalah yang ia alami. Di tangannya terdapat sebatang cokelat yang sedang ia makan.

Vernon mengambil cokelat tersebut lalu ia berjalan masuk ke kamar Jieun. "Putus dengan Mark ya?"

telephone // vernon chweTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang