3

710 129 17
                                    

Bohong kalau di dalam sebuah persahabatan tidak ada yang jatuh cinta kepada sahabatnya sendiri. Pasti ada cinta yang bertepuk sebelah tangan atau bisa jadi keduanya saling jatuh cinta.

Dan Vernon sedang merasakan cinta yang bertepuk sebelah tangan. Sejak Jieun selalu mengisi hari-harinya---saat masih di SD--- Vernon mulai menanamkan benih cinta dihatinya untuk Jieun. Vernon pikir tidak akan berlangsung lama karena itu adalah cinta seukuran anak SD atau bisa dibilang cinta monyet.

Tapi sampai saat ini, perasaan itu masih sama. Malah bertambah besar.

Vernon merasa risih ketika ada Mark diantara Jieun dan dirinya. Seakan-akan itu membuat dirinya jauh dari Jieun. Padahal seorang sahabat tidak boleh berpikiran seperti itu.

Namun Vernon tidak bisa menggubris fakta bahwa dia sakit hati dan cemburu. Di bus ini, ia bersandar pada jendela sambil memikirkan perubahan Jieun setelah bertemu dengan Mark pagi itu.

Yang pertama. Setiap akhir pekan, Jieun jadi rajin mengajak Vernon mencari sarapan di komplek. Padahal biasanya mereka akan mencari sarapan jika kedua orang tua mereka tidak membangunkan mereka. Karena itu tandanya, orang tua Vernon mau pun Jieun tidak membuat sarapan.

Kedua. Jieun selalu menunggu Vernon selesai berlatih di pinggir lapangan. Dulu dia paling anti duduk di bangku penonton ketika Vernon sedang berlatih basket. "Aku mau tunggu di kelas saja. Takut kena bola." Begitu kata Jieun.

Tapi sepertinya sekarang alasan itu sudah tidak berlaku lagi. "Aku kan ingin melihat sahabatku berlatih. Sekali-sekali bolehlah?" Sekali-sekali apanya. Sudah yang kesepuluh kali Jieun menunggu di bangku penonton.

Dan kenapa Jieun bisa sangat bodoh? Apa ia pikir Vernon tidak tahu bahwa alasannya berada di bangku penonton adalah ingin melihat Mark berlatih? "Oh Vernon... Kamu baru saja dihilangkan dari daftar prioritas Jieun." Itu yang Vernon pikir.

Yang terakhir. Jieun terlihat lebih ceria dan bersemangat. Sebagai sekertaris pertama, Jieun seharusnya menuruti apa yang diperintahkan guru-guru. Seperti mengembalikan buku ke perpustakaan, memasukan nilai teman-temannya ke buku nilai, atau memberikan buku bergilir ke kelas lain. Biasanya hal seperti itu akan dikerjakan oleh sekertaris kedua.

"Aku ini sekertaris pertama. Jabatanku lebih tinggi dari pada kamu. Lain kali akan aku bantu!" Begitu kata Jieun kepada sekertaris ke dua.

Oh ada lagi! Vernon baru menyadari bahwa Jieun sudah jarang meneleponnya tengah malam. Dan itu membuat Vernon berpikir bahwa ia sudah tidak lagi dibutuhkan.

///\\\

Vernon menghela napas. Dia sedikit menyesal sudah memikirkan Jieun karena itu membuatnya merasa sesak.

Vernon memasuki rumahnya dan disambut dengan Jieun yang sedang menonton televisi di ruang tamunya.

"Lama sekali pulangnya!" kata Jieun yang tetap fokus pada drama di televisi. Tidak ada balasan dari Vernon membuat Jieun menoleh ke pintu.

Vernon mengabaikan pandangan Jieun. "Tentu saja bodoh. Kamu meninggalkanku sendiri di halte."

Jieun yang mendengar itu langsung menghampiri Vernon, mengalangi jalan masuk ke kamar Vernon. "Kamu marah ya? Maaf deh," ucap Jieun. "Lain kali aku tolak ajakan Mark... Kalau dia mengajakku lagi."

Vernon tersenyum kaku lalu mengacak rambut Jieun. "Tidak mungkin seperti itu sayang. Mark itu orang yang kamu suka. Kamu pasti ingin selalu ada di dekatnya," jelas Vernon. "Kamu mau menyuruhku makan di sebelahkan? Duluan saja. Aku mau mandi dulu."

Jieun menggeleng. "Aku akan menunggu. Lagi pula ayah dan ibumu sudah ada di sebelah."

///\\\

"Hansol."

"Eh kenapa bu?"

Pukul 10 malam ini, Vernon menghampiri ibunya yang sedang menonton televisi sendiru. Ayahnya sudah berangkat kerja karena kali ini ditugaskan di luar kota. Dengan setoples makanan, Vernon pun duduk di samping ibunya.

"Ada masalah ya?"

Vernon menautkan alisnya. "Masalah? Maksud ibu?"

Ibunya menatap anaknya. "Kamu dengan Jieun. Ada masalah?"

"Ooh itu... Tidak ada kok bu."

"Tapi akhir-akhir ini kamu belum ke sebelah ketika larut."

Vernon tersenyum, menunjukan deretan giginya. "Aku tidak tahu bu kenapa dia begini," balas Vernon. "Aku ke kamar ya bu."

telephone // vernon chweTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang