Siang itu sekolah sudah sangat sepi. Tak ada satu murid pun yang berkeliaran di area sekolah setelah pukul dua siang.
Namun, berbeda dengan hari ini. Saat Verly baru saja keluar dari ruang guru dan berjalan melintasi taman bermain, dia melihat seorang anak yang masih tertinggal di sana sedang bermain ayunan sendirian.
Verly mengerutkan keningnya, lalu melangkah ke arah taman bermain untuk menjumpai anak tersebut. Begitu sampai di sana, Verly nampak terkejut. Dia mengenali siswa perempuan yang mengenakan kerudung putih berusia sekitar enam tahun itu.
"Qila ...?" panggilnya.
Qila mendongakkan kepalanya, tersenyum pada Verly. Kemudian mencium punggung tangannya.
"Pak Guru?" sapa Qila.
"Panggil Om aja. Sekolahnya 'kan udah selesai," perintah Verly dengan nada lembut.
"Iya, Om," jawab Qila.
"Kok, masih di sini? Qila belum dijemput?" tanya Verly.
"Belum," jawab Qila mengerjap polos.
Verly terdiam menatapnya. Dengan lembut, dia membelai puncak kepala Qila dari balik kerudung putih yang dikenakannya.
"Qila, mau Om anterin pulang?" tawar Verly.
Qila menggelengkan kepalanya sembari memegang rantai ayunan.
"Qila mau tunggu Bunda aja. Nanti, Bunda nyariin Qila," jawab Qila.
"Tapi di sini udah sepi, loh. Emang, Qila berani di sini sendirian? Om tahu kok, rumah kamu. Om anterin aja, ya?" bujuk Verly.
Qila tetap kukuh menggelengkan kepalanya dan menolak tawaran Verly.
"Nggak, Om. Qila mau tunggu Bunda aja," tolak Qila.
Pada akhirnya, Verly pun hanya bisa mengalah. Qila sama sekali tak mempan dengan bujukannya. Verly pun mengangguk kecil padanya, lalu kembali membelai puncak kepala putri Dito itu.
"Ya udah, kalau gitu. Om temenin sampai Bunda Qila datang, ya?" tawar Verly.
Qila mengangguk dan meringis lebar sembari menunjukkan deretan gigi susunya pada Verly.
"Makasih, Om," jawabnya.
"Sama-sama. Hmm ... gimana kalau kita tunggu Bunda kamu sambil duduk di bawah pohon besar itu," tawar Verly lagi.
Qila kembali mengangguk kecil, kemudian mengikuti langkah Verly yang menggandengnya menuju sebuah pohon besar di tengah taman. Lalu duduk di sebuah bangku panjang yang ada di bawahnya.
"Kita duduk di sini aja, ya. Sambil tunggu Bunda kamu," ujar Verly begitu sudah duduk.
"Iya, Om," jawab Qila.
"Qila, udah makan siang belum? Kebetulan, Om punya roti isi buatan Mamahnya, Om. Qila mau?" tanya Verly.
Qila mengangguk lirih dan segera mendapatkan senyuman lebar dari Verly.
"Nah, ini dia roti isinya. Dimakan, ya!" kata Verly setelah mengeluarkan kotak makan dari dalam tas kerjanya dan menyerahkannya pada Qila.
Qila menerimanya dengan mata membulat serta bersemangat untuk segera mencicipi roti tawar yang disodorkan Verly padanya. Roti itu dipotong berbentuk segitiga yang digoreng dengan tepung roti. Di bagian dalamnya diisi dengan orak-arik telur dicampur dengan daging beserta keju dan potongan wortel.
"Gimana rasanya?" tanya Verly.
"Enak. Kayak yang Bunda bikin," jawab Qila.
"Oh ya? Bunda Qila sering ya, buatin roti isi kayak gini?"

KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN YOU & US
Ficción General[COMPLETED] __________________________ Altavian Danish, tak pernah membayangkan jika ia akan dipertemukan lagi pada satu kesempatan dengan sosok laki-laki tampan yang dicintainya itu setelah sekian tahun. Anindito Mahawira, c...