Begin

1.6K 170 32
                                    

Yoongi menciumnya lembut, melumat dan mengabsen setiap inchi deretan gigi Jimin. Tangkupan tangan kekarnya beralih kepuncak tertinggi tubuhnya, meremas dan memilin pucuknya untuk memberikan rasa lain yang lebih menggelitik.

Di bawah sana, pinggul Yoongi tak berhenti menghentak untuk memberikan rasa nikmat pada Jimin yang telah penuh dengan peluh. Tubuh Jimin terlampu lemas menikmati semua permainan lembut Yoongi. Di tatapnya lelaki yang sama kondisinya dengan tubuhnya, penuh keringat dan wajah menahan nikmat.

Dari bawah sini, Jimin bisa melihat mata sayu lelaki yang pernah singgah di kehidupannya. Tatapan penuh nafsu dan kerinduan terlampau lama tertahan, membuat Jimin tidak kuasa untuk menciumnya lagi lebih dalam, lebih intens dan lebih panas.

"Ahh.." lenguhan Jimin kesekian kalinya membuat libido seorang Min Yoongi semakin tinggi. Gerakan pinggul yang intens dan teratur itu membuat Jimin tidak tahan ingin segera mencapai klimaksnya.

"Jimin. Kau sangat cantik. Maafkan aku, aku mencintaimu." Ucap Yoongi di sertai kecupan pada bibir Jimin lalu beralih mengulum puncak payudara yang sangat sintal tersebut.

Jimin mendesah dan terus saja mendesah tak karuan, permainan Yoongi benar-benar membuatnya melayang. Kata-kata cinta yang di lontarkan membuat hatinya selalu bergetar dan merasa aman. Jika Jimin boleh egois, bisakah malam-malam berikutnya Jimin selalu habiskan dengan kegiatan seperti ini?
.
.
.
Dering telpon yang bunyi pada ponsel Jimin membuatnya terpaksa membuka mata. "Sial, bisa-bisanya aku mimpi bercinta dengannya." Gerutunya ketika dengan malas menjawab telpon yang terus mengganggu istirahatnya. "Halo." Jawab Jimin.

"Aku di depan apartemenmu, cepatlah. Kamu harus ke Busan kan pagi ini?" Jimin mengerenyitkan dahinya. Siapa yang pagi-pagi buta begini berdiri di depan apartemennya hanya untuk mengingatkannya pergi ke Busan? Oh, tapi terima kasih kepada siapapun itu telah membangunkan dan mengingatkan Jimin tentang Busan.

"Hmm tunggu sebentar, ku bukakan pintu." Jawab Jimin asal. Matanya masih berat sekali untuk terbuka. Terang saja, pukul 4 dini hari dan kau terpaksa bangun untuk proyek besarmu itu sungguh menyiksa.

Jimin membuka pintu apartemennya, mengucek matanya sebentar dan melihat orang gila mana yang pagi-pagi buta datang ke apartemennya.

"Hai, Jim. Hari ini aku antar kamu ke Busan. Bersiaplah." Ucap lelaki itu sambil memeluk dan mengecup pucuk kepala Jimin yang masih setengah sadar.

"Hnn." Jawab Jimin sambil menutup pintu apartemennya.

Jimin baru sadar sepenuhnya ketika lelaki itu memeluknya dari belakang dan meraup wajanya dengan tangan yang sengaja di basahi dengan air supaya Jimin bangun. Cara lembut dari menyirammu dengan segayung air. "Akh! Dingin!" Jimin berjengit dan memutar badannya untuk menyumpahi lelaki yang telah memaksanya untuk membuka mata.

"Bangun Jim, dan segeralah mandi. Akan ku buatkan sarapan untuk kita berdua sementara kamu bersiap. Ok?"

Itu Yoongi. Jimin sadar sepenuhnya dan tau suara berat serta urat-urat di tangannya yang menonjol itu ciri khas dari seorang Min Yoongi. "Ngapain kamu kemari?" Akhirnya Jimin bersuara setelah sadar.

"Jemput kamu, untuk mengantarmu ke Busan."

"Tidak perlu, aku bisa naik KTX. Pulang sana." Gerutu Jimin sambil mengambil segelas air mineral di dalam kulkas dan meneguknya sampai habis.

"Kalau aku antar kan bisa sekalian membawa Jiyoon dan kita lebih cepat sampai. Sudah sana cepat." Yoongi menelan ludahnya kasar, sudah lama sekali rasanya dia tidak melihat tuhuh sintal Jimin yang malah semakin menggairahkan setelah melahirkan.

Jimin yang menyadari raut wajah Yoongi memperhatikan tubuhnya tiba-tiba memiliki ide licik. Kerah kaos putih kebesarannya sengaja di usapkan ke wajahnya yang sedikit basah, membuat otomatis kaos tersebut terangkat dan memperlihatkan celana dalam merah renda mengintip dari bawah. Pantat berisi mulus Jimin terpampang jelas menggoda Yoongi untuk di spank.

I don't careTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang