Jiyoon-ie

1.7K 170 60
                                        

"Jim, sudahlah.. tadi Seokjin noona kan bilang Jiyoon tidak apa-apa."

"Iya, tapi tetap saja aku khawatir. Kamu sendiri bagaimana? Sakit?"

Yoongi menggeleng. Pukulan yang di terimanya memang tidak sebanding dengan apa yang dia lakukan terhadap Jimin.







"Aku ayahnya Jiyoon." Jawab Yoongi mantap.

Seokjin melirik Yoongi sengit. "Jadi kamu yang meninggalkan Jimin? Yang menelantarkan Jimin? Yang bahkan kamu tidak tahu Jimim hampir mati berjuang mempertahankan Jiyoon walau kondisinya tidak memungkinkan? Hah!" Seokjin memukul Yoongi dengan sangat tidak berkeprimanusiaan. Seokjin benar-benar marah. Jimin sampai meringis dan tidak berani mendekat pada dokter kandungan yang biasanya bersikap sangat manis terhadap orang lain.

Seokjin sebenarnya manusia berhati malaikat yang memiliki sifat seperti princess, sangat dan tidak tega pada orang yang kesusahan atau kesakitan.

Namum nampaknya kali ini batas kesabaran Seokjin telah habis. Mengenal Jimin selama lebih dari lima tahun semenjak pertama kali wanita itu datang untuk mengecek kondisinya membuatnya ingin melindungi adik kecilnya tersebut.

"Kamu! Ngapain datang lagi seteleah sekian lama! Ugh!" Seokjin masih saja menggencarkan serangan-serangan cubit dan pukul yang brutal.

"Eonnie. Sudahlah.. kita.. auch!" Jimin tidak sengaja kena pukul Seokjin yang mengganas. "Eonni! Kita bisa bicara baik-baik. Ada Jiyoon sedang sakit juga disini."

Seokjin menghela napas panjang dan kasar. Ia menyerah. Membetulkan jas dokternya dan merapikan rambut coklatnya yang sedikit berantakan dengan anggun. "Maaf, maafkan aku Jimin, aku kelepasan. Hhhh ya Tuhan.." ucap Seokjin sambil menenangkan dirinya sendiri.

"Maaf noona. Aku minta maaf karena telah mentelantarkan Jimin. Aku memang pantas mendapatkannya lebih dari sekedar pukulan." Yoongi menunduk hormat pada Seokjin.

Jimin dan Seokjin melihat Yoongi heran dan terpana. Seingat Jimin, Yoongi adalah orang yang paling gengsi untuk merendahkan diri di hadapan seseorang. Tapi sekarang ia malah terlihat sedang membungkuk dengan sopan di hadapan Seokjin, yang notabene bukan siapa-siapanya.

Seokjin jadi terenyuh, ia menepuk-nepukkan jemari lentiknya pada punggung Yoongi dan mencoba tersenyum pada ayah anak adik kecilnya. Seokjin juga meminta maaf karena main hakim sendiri dengan memukuli Yoongi brutal.

Ketika Seokjin menepuk-nepukkan jemarinya pelan, tanpa sadar Yoongi meringis kesakitan. Seokjin yang menyadari itu langsung bertanya pada Yoongi. "Hey, kau baik-baik saja?"

"Iya, aku sshh baik-baik saja, noona." Ucapnya sambil tersenyum kecut.

Seokjin dokter. Tidak bisa di bohongi dengan kata-kata itu. Tanpa izin, Seokjin langsung mengangkat kaos yang Yoongi kenakan dan terkejut. "Astaga." Ucapnya sambil menutup mulutnya. "Kamu habis berkelahi? Buka, buka semua kaosnya." Suruh Seokjin dan di patuhi oleh Yoongi. Seokjin langsung mencari obat merah dan kapas serta plester yang tersedia di laci prakteknya. "Aku tidak akan bertanya mengapa ini terjadi kepadamu, tapi yang jelas, jika luka-lula ini tidak segera di obati, luka ini bisa infeksi yang membuat kau rentan terhadap penyakit." Jelas Seokjin. "Dan lihat, ini luka yang telah mengering. Auhh nampaknya kau berkelahi sangat parah sehingga.. lihat! Lenganmu bahkan ada bekas gigitan!" Seokjin bermonolog sambil terus mengobati Yoongi dengan obat merahnya.

Jimin dan Yoongi saling pandang dengan wajah memerah. Bahkan Yoongi sempat tersenyum pada Jimin dan mengatakan kalau dia baik-baik saja dengan luka-luka ini.

I don't careTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang