Marriage without dating. (Namjin special)

3K 132 37
                                    


Seokjin melangkahkan kakinya menuju ruangan pribadinya setelah seharian penuh membantu seoarng wanita usia di bawah umur melahirkan. Dirinya heran, zaman sudah semakin gila, wanita berusia 16 tahun sudah melahirkan. Bahkan ibu dari si bayi tersebut tidak yakin lelaki mana yang menjadi ayah kandung bayinya sendiri.

Seokjin yang sudah berusia 35 tahun saja masih sendirian dan lupa rasanya untuk jatuh cinta. Walaupun terkadang Seokjin juga menginginkan seorang pendamping, tetapi rasa untuk membantu sesama itu lebih besar dibandingkan hanya sebuah cinta.

Pintu bercat putih itu terbuka, menampilkan sepasang suami-istri yang selalu menjadi langganan tetap dirinya. "Eoh, Jimin, Yoongi. Masuk." Seokjin tersenyum melihat Jimin yang sudah kesulitan berjalan karena kandungannya sudah memasuki bulan melahirkan.

"Halo eonni. Aduh aku sudah tidak kuat jika berjalan atau berdiri terlalu lama." Jimin duduk di kursi pasien di bantu Yoongi.

"Aku sudah mengingatkannya, noona. Tapi Jimin bersikeras masih ingin menjemput Jiyoon dan melakukan hal-hal lainnya." Yoongi mengelus punggung Jimin sayang. "Bahkan dia hampir membuat jantungku hampir copot." Ia menghela napas pasrah.

"Kamu berlebihan Yoongs." Jimin mencibir.

"Siapa yang tidak akan berlebihan kalau istrinya yang sedang hamil besar menyetir sendirian tanpa pendamping hanya karena ingin menjemput suaminya di kantor, Jimin! kamu itu suka sekali membuatku khawatir." Ucap yoongi sedikit berseru.

Seokjin hanya tersenyum melihat kelakuan sepasang suami istri di depannya. Ia membayangkan bagaimana kalau dulu Yoongi tau apa yang dilakukan Jimin ketika mengandung Jiyoon. "Sudah.. sudah.. kalian ini masih saja suka bertengkar. Ayo Jimin, kita cek dulu kandunganmu." Seokjin berdiri dan mempersiapkan alat-alat untuk memeriksa kandungan Jimin.

"Hati-hati Jim, jangan terlalu banyak bergerak." Pesan Yoongi.

"Kamu cerewet, Yoongs." Jawab Jimin sambil tetap menerima uluran tangan Yoongi untuk membantunya berdiri.

"Eonni, dua hari yang lalu aku merasa dia bergerak sangat aktif. Sampai aku ketakutan terjadi sesuatu yang membahayakan. Tapi setelah aku memberitahu Yoongi, dan Yoongi mengelus-elus perutku, dia jadi lebih pendiam." Ia menidurkan dirinya di atas kasur periksa, mengangkat kaosnya dan mengelus perut besarnya. "Apa sentuhan Yoongi lebih menenangkan daripada sentuhanku?" Tanyanya polos.

"Mungkin saja ketika dia aktif, dia rindu dengan Ayahnya. Nah, tunggu sebentar kuambilkan gel nya terlebih dahulu." Seokjin mengambil sebuah botol berwarna biru dari laci kerjanya. "Seperti biasa Jimin, ini akan sedikit dingin, dan aku tau bayi kalian agak tidak suka dengan kejutan dingin seperti ini."

Jimin dan Yoongi mengangguk. "Mungkin karena pembawaan Ayahnya yang sudah dingin." Jimin mencoba melucu namun gagal. "Maaf." Ucapnya kemudian setelah melihat raut wajah Yoongi dan Seokjin yang datar.

Setelah kata-kata maaf itulah baru Yoongi dan Seokjin tertawa. "Sudah, sudah.. lihat nih bayi kalian sehat dan terlihat gemuk sekali. Berbeda dengan Jiyoon dulu, Jiyoon kurus sekali sampai-sampai aku harus mengingatkanmu banyak hal." Seojkin memperlihatkan bayi dalam kandungan Jimin yang bergerak aktif di dalam. "Aku perkirakan minggu depan kamu akan melahirkan Jim. Jadi sebaiknya kalian mempersiapkannya. Aku akan pesankan kamar VVIP untukmu. Jadi Jimin bisa istirahat dengan santai dan Yoongi juga Jiyoon bisa menginap disini tanpa harus susah mencari penginapan terdekat." Yoongi dan Jimin mengangguk. "Oiya, apa kalian ingin foto bayi kalian? Akan ku berikan nanti, aku masih ada pasien setelah ini."

"Tidak apa, eonni. Biar kami ambil ketika aku sudah melahirkan." Jimin melirik rupa bayinya di layar televisi. "Eonni, apa aku bisa mendapatkan vitamin ekstra?" Tanyanya sambil menutup perut buncitnya. Ia menggenggam jemari Yoongi mencoba untuk bangkit duduk.

I don't careTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang